RISALAH RINDU
Hampir setiap kali pulang kerumah, Arkana selalu memergoki bundanya yang tengah murung seorang diri dibalkon kamarnya. Arkana tahu betul apa yang ada dalam fikiran sang bunda saat itu. Bisa dibilang sejak 15 tahun yang lalu wajah murung dan sendu itu kerap kali menghiasi wajah sang bunda. Tepatnya setelah kepergian sang putri Alifa. Sejak saat itu Arkana tak pernah lagi melihat senyum lebar diwajah bundanya. Meski sang bunda sudah berusaha
sebisa mungkin menutupi perasaanya dari semua orang. Namun Arkana tetap saja bisa melihat secara gamblang raut kesedihan itu.
Fikiran Arkana melayang menyentuh ingatan 15 tahun yang lalu. Hari dimana kesedihan datang menghampiri mereka. Masih jelas diingatan Arkana, bagaimana tangisnya pecah saat melihat adiknya dibawa menjauh darinya. Sekuat apapun dia menangis, dia tak mampu menahan sang adik untuk tetap bersama mereka. Dia juga masih bisa merasakan hangatnya genggaman sang adik yang enggan untuk dilepaskannya. Seketika rindu menghampiri hatinya. Rindu pada sosok kecil yang dulu selalu mengisi hari-hari mereka. Entah dimana dan bagaimana Alifa sekarang. Arkana bahkan tidak tahu keberadaannya.
Seketika seruan sang adik Zafiya memecahkan lamunannya. Begitu hebohnya Fiya menggedor pintu kamar Arkana. Tak lupa suara cemprengnya yang terus memanggil namanya tanpa henti. Hal itu benar-benar membuat Arkana terganggu. Adiknya itu memang selalu punya cara untuk mengganggu dan membuatnya kesal.
Ceklek…. Arkana membuka pintu dan memasang wajah kesalnya. Sementara Zafiya hanya tersenyum kuda memamerkan deretan gigi putihnya. Tanpa meminta persetujuan, Fiya melenggang masuk ke dalam kamar sang kakak. Saat ini dia sudah duduk cantik ditepi ranjang. Arkana menghempaskan nafas kasar, lalu menghampiri adiknya. Memang terkadang adiknya yang masih berusia 14 tahun itu sering kali bersikap menyebalkan.
“Ada apa sih Fiya? Berisik sekali dari tadi.” Gerutu Arkana berdiri didepan Zafiya.
“Tidak apa-apa Kak, Fiya hanya rindu saja pada kak Arka.” Jawab Zafiya tersenyum.
“Biasanya juga setiap dua bulan sekali kakak pulang.” Ucap Arkana duduk disamping adiknya sembari mengusap lembut kepala sang adik.
“Apa kakak akan kembali lagi ke pesantren Abi ? Kakak sudah lulus kan?” tanya Zafiya menundukkan kepalanya. Sepertinya dia sedang menyembunyikan kesedihannya. Arkana menarik nafas dalam. Inilah kelemahannya, dia tak pernah tega melihat bunda dan adiknya bersedih. Apalagi sampai ada air mata yang mengalir.
“Kakak memang sudah lulus Fiya. Tapi kakak masih harus kembali ke pesantren untuk malam kelulusan dan perpisahan.” Arkana mencoba memberikan pengertian pada Zafiya penuh kelembutan.
“Setelah itu apa kakak akan tinggal dirumah?” tanyanya lagi menatap Arkana.
“Kau masih ingat dengan rencana kita kan? Kakak masih harus pergi untuk mencapai tujuan kita.” Arkana kembali memberi pengertian.
“Rencana mencari kak Alifa?” sahut cepat Zafiya. Kali ini tatapannya meredup, sepertinya kesedihan hatinya semakin dalam.
“Iya, kita sudah sejak lama merencanakan ini bukan? Demi bunda, demi bisa melihat lagi senyum bahagia bunda.” Arkana mengingatkan kembali tujuan mereka. Zafiya menundukkan kepalanya lagi.
Sepetinya jawaban Arkana semakin membuat Zafiya bersedih. Arkana sedikit bingung, dia tidak tahu kenapa Zafiya bersikap seperti ini. Bukankah dia juga ikut andil dalam mengambil keputusan ini? Lalu kenapa kali ini dia terlihat begitu sedih saat membahas Alifa.
“Apakah setelah kak Alifa kembali, kasih sayang kakak dan bunda pada Fiya akan berkurang? Apakah bunda dan kakak sangat menyayangi kak Alifa melebihi Fiya?” suara Zafiya bergetar. Sekarang Arkana tahu alasan kesedihan adiknya itu. Selama ini Arkana tak pernah tahu jika Zafiya merasa kehadiran Alifa akan mengancam posisi dan kasih sayang keluarga.
“Kenapa kau berfikir seperti itu Fiya. Kau atau pun Alifa, kami sama-sama menyayangi kalian dan kasih sayang kakak dan bunda tidak akan pernah berkurang untukmu. Kau akan tetap menjadi adik kesayangan kakak yang cerewet dan manja.” Arkana memeluk Zafiya. Dia mencoba mengusir semua fikiran buruk yang ada dalam kepala adiknya itu.
“Benarkah, kakak tidak berbohong pada Fiya kan?” tanya Zafiya mendongak menatap wajah Arkana.
“Tentu saja, sudah jangan berfikir yang macam-macam. Bagaimana kalau kakak ajak kau jalan-jalan. Kau boleh beli dan minta apapun yang kau inginkan.” Bujuk Arkana mencoba mengembalikan senyum Zafiya.
“Sungguh? Apapun yang Fiya inginkan. Meski pun Fiya akan menghabiskan semua uang kakak?” tanya Fiya nampak serius.
“Sungguh, kau tak perlu cemas jika uang kakak habis kita tinggal minta lagi ke Ayah.” Jawab Arkana dengan santainya.
“Janji ya Kak, tunggu sebentar Fiya akan ganti baju dulu.” Sahut Fiya sumringah. Arkana mengangguk mantap sebelum Zafiya berlalu pergi.
Arkana menatap punggung sang adik, dia tersenyum getir. Dia merasa gagal menjadi seorang kakak. Bagaimana bisa Zafiya sampai mempertanyakan kasih sayangnya. Selama ini Arkana tak pernah bisa melihat hati dan perasaan Zafiya yang sebenarnya. Dia bahkan tak mampu melihat kegelisahan yang dialami adiknya.
“Maafkan kakak Fiya selama ini kakak hanya terobsesi untuk menemukan Alifa. Sampai tanpa sadar kakak melukai hatimu. Maaf karena membuatmu merasa tak mendapatkan kasih sayang yang cukup dari kakak. Maaf karena membuatmu bersedih dan merasa takut kehilangan. Tapi sungguh kakak tak pernah berniat membedakan kau dan Alifa. Kakak sangat menyayangimu dan Alifa. Bahkan kakak tidak akan bisa memilih satu diantara kalian. Selama ini kehadiranmu mampu membuat kami bahagia dan menghidupkan kembali keluarga ini. Kau akan tetap menjadi adikku, sampai kapan pun kau adalah adikku. Adik yang akan selalu kusayang dan kumanja.” Gumam Arkana merasa sangat bersalah atas sikapnya selama ini yang tanpa sadar menyakiti perasaan Zafiya.
Sesuai janjinya, Arkana menuruti semua kemauan adiknya hari ini. Bahkan dia sampai menemani adiknya nonton di bioskop. Meski yang ditonton adalah film animasi keluarga, Arkana bahkan tak protes sedikit pun. Dia tak perduli dengan tatapan orang-orang disekelilingnya. Yang menjadi perhatiaanya hanyalah melihat senyum bahagia Zafiya.
Zafiya terlihat sangat senang hari ini. Dia sangat puas bisa berbelanja dan menonton bioskop bersama kakaknya. Yang paling membuatnya bahagia adalah dia bisa menghabiskan banyak waktu bersama sang kakak. Selama ini dia sering merasa kesepian, dan biasanya hanya bunda yang punya waktu luang untuknya. Sementara ayah Rayhan selalu sibuk bekerja, dan kakaknya tinggal dipesantren jauh darinya.
“Apa kau senang hari ini?” tanya Arkana ketika mereka sudah kembali kerumah.
“Senang, sangat senang. Terimakasih Kak.” Jawab Zafiya mencium pipi Arkana. Arkana terkejut melihat tingkah adiknya. Ternyata adiknya masih bersikap manja dan begitu menggemaskan. Arkana tersenyum senang melihat kebahagiaan Zafiya.
“O iya Kak, saat kak Alifa kembali nanti kakak harus mengajak kami jalan-jalan bersama seperti hari ini. Aku sangat tidak sabar menanti hari itu. Pasti akan sangat menyenangkan.” Lanjut Zafiya sebelum meninggalkan kakaknya.
“Kakak berjanji akan segera membawa pulang Alifa. Tunggulah sebentar lagi Fiya, kau akan bertemu dengan kakak perempuanmu itu.” Gumam Arkana kembali tersenyum senang.
Tanpa mereka sadari sejak tadi ada sepasang mata yang mengamati mereka. Dia adalah Rayhan sang ayah. Rayhan begitu senang melihat kedekatan dan keakraban putra dan putrinya itu. Tidak ada hal yang lebih membahagiakan orang tua selain melihat anak-anaknya akur dan selalu bahagia. Namun senyum Rayhan sedikit luntur saat tanpa sengaja mendengar nama Alifa keluar dari bibir Zafiya. Dia bingung bagaimana mungkin Zafiya tahu soal Alifa. Bahkan Zafiya lahir satu tahun setelah kepergain Alifa. Selama ini juga mereka tak pernah sekalipun menyinggung masalah Alifa didepan Zafiya.
“Apa mungkin aku salah dengar? Atau yang dimaksud Alifa oleh Zafiya adalah temannya bukan Alifa kami. Ya mungkin itu Alifa yang berbeda. Lagi pula bagaimana mungkin Zafiya tahu soal Alifa. Bahkan dia tidak pernah bertemu dan tahu adanya Alifa.” Rayhan mencoba menepis fikirannya. Dia mencoba mencari alasan yang lebih masuk akal menurutnya. Dia tidak ingin lagi mengingat hari yang menyedihkan itu. Hari yang telah membawa separuh kebahagiaannya dan Assyfa pergi.
.
.
Bersambung.......
.
.
.
Hai aku kembali 🤗🤗...... Sesuai janji ya ini Squel dari BIDADARI SURGAKU. Kisah para jagoan kecil, semoga kalian suka ya. Jangan lupa tetap dukung dan beri semangat kalian. Boleh beri saran dan masukan, asalkan gunakan bahasa yang baik dan sopan 😉
.
.
Masukkan daftar Favorit ❤❤ dulu biar selalu dapet notifikasi Updatenya. Sertakan like, vote, komen, serta hadiah usai membaca. Terimakasih readers terkasih... 😍😍😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Faticha76
semangat... lanjutkan
2021-05-31
2
Agustina RS
semangat terus Thor, ku kasih bom like,
jangan lupa mampir di karyaku juga
ustadz Idolaku
terimakasih 🙏😊
2021-05-08
1
Ade Yayuk
Hai kk author aq hadir.
Salam kenal.
Kala Senja Di Kota Kecil.
2021-03-15
1