Retha terlihat anteng di sofa, gadis kecil itu sibuk dengan buku gambar dan crayon aneka warna di tangannya. Retha akan asik bermain sendiri selama ada orang yang ia kenal di sekitarnya. Itulah alasan Ardi tak pernah merasa terganggu dengan keponakan yang sudah ia anggap anak. Retha sudah sering ikut Ardi ke kantor karena setiap Arka tak bisa menjemputnya maka daddy kesayangannya akan dengan senang hati menjemputnya. Retha anak yang periang dan mudah membaur dengan lingkungan, persis seperti mamanya.
Ardi dan Arum sedang membahas pekerjaan, sesekali ia melirik Retha yang masih anteng mewarnai. Arum ikut menoleh sekilas kemudian kembali focus pada proyek yang sedang mereka bahas. Sekitar empat puluh menit keduanya telah selesai dan beranjak menghampiri Retha.
“Lagi gambar apa sih kesayangannya daddy?”
Retha mendongak menatap Ardi, “Aku nggak ngegambar Dad tapi mewarnai. Nih bagus nggak?”
“Bagus dong.” Timpal Arum. “sekarang beresin dulu buku gambar sama crayonnya. Masukin tas terus kita makan siang.” Lanjut Arum sambil membantu Retha membereskan barang-barangnya.
Siang itu di kantin kantor sangat ramai dengan karyawan yang sedang makan siang. Begitu juga dengan Ardi, Retha dan Arum yang duduk di meja yang sama. Sesekali Ardi menyuapi Retha, meskipun Retha sudah bisa makan sendiri tapi entahlah jika tak menyuapi anak itu saat bersama rasanya aneh karena sejak Retha kecil Ardi dan dia sering menghabiskan waktu bersama Retha. Tentu sebelum dia memilih pergi dan tak kembali hingga saat ini.
“Di, biarin Retha makan sendiri. Liat noh karyawan pada liatin kalian terus.” Ucap Arum yang sadar akan kondisi saat ini hampir semua mata karyawan wanita memandang mereka.
“Biarin aja lah Rum. Aku suka kayak gini kok.” Ardi kembali menyuapi Retha.
“Tapi kalo kayak gini terus kamu bakal nggak dapet-dapet jodoh Di. Apa kamu nggak tau semua karyawan di kantor ini ngira kamu duda.”
Ardi mengelap bibir mungil Retha dengan tisu kemudian memberikan gelas air putih padanya, “maksudnya?”
“Masa kamu nggak tau sih Di? Ini tuh udah lama. Bahkan sekretaris kamu yang baru si Manda, tadi nanyain kamu duda apa bukan soalnya yang lain pada bilang kamu duda.”
“Terus kamu jawab apa Rum?”
“Aku harus jawab apa? Ya aku bilang jangan ngurusin urusan pribadi bos. Lagian kamu tuh aneh masa si Retha manggil kamu Daddy.”
Merasa namanya disebut gadis kecil yang sedang menghabiskan sisa makanannya itu protes, “kenapa nama aku disebut-sebut Onty Arum? Apa Onty mau ngasih aku permen lagi? Kalo iya, lain kali aja soalnya kata Papa aku nggak boleh makan permen banyak-banyak, ntar gigiku ompong.”
Arum menjeda ucapannya, kenapa anak kecil ini begitu peka namanya disebut pikirnya. “Nggak apa-apa sayang, kamu lanjutin aja makannya.” Ucapnya sambil tersenyum menatap Retha hingga anak itu kembali mulai menyendok makanannya kembali.
“Pinter banget kesayangan daddy.” Ardi mengecup pucuk kepala Retha.
“Di…” panggil Arum lirih.
“Hm…”
“Kenapa kamu nggak nikah aja sih? Kenapa nggak nerima perjodohan dari Tante Mira? Dari pada kayak gini kamu di kira duda. Kak Arka sama Freya aja nikah karena perjodohan tapi mereka bahagia. Liat Retha, apa kamu nggak pengen punya anak sendiri? Aku sebagai temen nggak tega liatnya.” Ujar Arum.
“Jangan bahas soal itu, Rum. Aku nggak peduli mereka mandang aku duda ataupun pria yang sudah beristri sekalipun. Justru itu lebih baik, aku nggak perlu repot-repot bikin mereka menjauh dariku.”
“Mau sampe kapan Di? Ini udah empat tahun berlalu. Apa kamu masih nggak bisa lupain Mi-“ Arum berhenti berucap saat melihat ekspresi wajah Ardi yang berubah.
“Jangan pernah sebut lagi namanya di depan aku Rum.”
“Nama siapa Dad?” Retha yang sejak tadi mendengarkan percakapan mereka meski tak paham tapi otak cerdasnya meronta ikut kepo.
“Mommy.” Ardi menjawabnya, karena percuma keponakannya itu akan terus bertanya jika tak mendapat jawaban yang memuaskan.
“Mommy nya Retha kapan pulang Dad? Retha kangen udah lama banget nggak liat Mommy.”
“Kita tunggu aja yah sayang. Nih Retha nonton aja yah.” Ardi menyodorkan ponselnya setelah memutar kartun spongebob untuk mengalihkan perhatian Retha.
“Apa dia tau?” tanya Arum dengan menunjuk Retha menggunakan tatapannya.
“Ya, dia tahu. Meskipun mungkin Retha udah nggak inget wajahnya. Kamu tau sendiri dulu kami sangat dekat dengan Retha bahkan mengatakan jika kami mommy dan daddy nya. Hingga sekarang dia masih ingat, padahal waktu dia pergi Retha baru umur satu setengah tahun.” Terlihat raut sedih di wajah Ardi, pikirannya otomatis kembali pada masa-masa menyenangkan yang berakhir sedih empat tahun lalu.
“Daddy ada telpon.” Retha memberikan ponsel Ardi. Lelaki yang ia sebut daddy itu menerima ponselnya dan segera menjawab panggilan yang masuk.
Ardi melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya, masih ada lima belas menit sebelum jam kerja di mulai tapi dirinya dan Arum harus segera menemui klien di Resto yang tak jauh dari perusahaan. Ardi memperhatikan sekitarnya, ada sekretarisnya yang masih makan siang dengan karyawan yang lain. Tak ada pilihan lain ia harus menitipkan Retha sebentar.
Ardi menuntun Retha menghampiri meja tempat sekretarisnya sedang makan siang, “Manda maaf saya akan sedikit merepotkanmu. Tolong jaga Retha sebentar, saya harus menemui Pak Adrian di Resto seberang.”
“Baik Pak.”
“Retha baik-baik sama Onty Manda yah. Daddy pergi dulu sebentar sama Onty Arum.” Ucap Ardi.
“Iya daddy.”
“Anak pinter.” Ardi mengecup pucuk kepala Retha sebelum akhirnya pergi.
Manda segera mengangkat Retha dan mendudukkannya di sampingnya. Kesempatan langka bisa nemenin calon anak batin Manda. Tak hanya Manda ternyata kehadiran Retha di tengah-tengah mereka juga memancing karyawan perempuan yang lain hingga meja itu semakin penuh saja.
“Retha Retha … Onty mau tanya nih kamu punya Mama nggak?” tanya Manda yang juga merupakan pertanyaan para perempuan yang sedang mengerubungi mereka.
“Punya dong Onty. Mama aku cantik loh, rambutnya panjang kayak aku.” Retha menyentuh rambut panjangnya yang dikuncir dua sambil tersenyum.
“Tapi kok Mama Retha nggak pernah ke kantor Daddy?” tanya salah seorang karyawan.
“Mama di rumah, jagain Shaka. Shaka, adeknya Retha dia lucu banget loh onty. Tiap hari bikin rumah berantakan.”
Pupus sudah harapan menjadi calon Mommy untuk Retha, ternyata Pak Ardi bukan duda, dia punya istri. Ditambah lagi ternyata anaknya ada dua. Dan mulai detik itu juga gosip Pak Ardi adalah seorang duda terhapuskan, berubah jadi Pak Ardi yang memiliki istri dan dua orang anak.
.
.
.
Tinggalkan jejaknya Like, komen dan favoritkan. Kalo mau ngasih bunga juga boleh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Dina Marliana
,👣👣👣👣👣👣😁
2024-04-19
0
La Popi
setelah vakum lama ga baca NT..baca ini karena judulnya jd ingat Anja n Cakra 😊
akhirnya maraton baca..ga bisa berhenti
2023-04-05
1
Ita rahmawati
masih penasaran...
2023-03-24
0