Retrouvailles
Ardi Rahardian bukanlah CEO maupun presdir di perusahaan ternama layaknya pangeran yang hidup di dunia halu para pembaca novel. Ataupun lelaki dengan sejuta pesona yang menjadi rebutan kaum hawa seperti di drama korea. Berbeda dengan sang kakak, dia memutuskan berdiri sendiri dan tak meneruskan usaha ayahnya. Modal nekad, karena merasa tak dipercaya oleh orang ia cintai berhasil mengantarkannya menjadi generasi muda yang sukses setelah bergabung dengan Start-up, perusahaan yang menyaring generasi muda berpotensi dan membantunya merintis usaha hingga kini Ardi memiliki perusahaan yang bergerak di bidang game online.
Wajahnya yang tampan memang tak kalah jika dibandingkan dengan aktor korea karena banyak orang yang bilang dia mirip dengan Song Kang, salah satu aktor Korea yang namanya melambung akhir-akhir ini.
Namun beribu sayang, meskipun wajahnya mirip aktor korea tapi nasibnya tak sama. Kisah cintanya jungkir balik tak beraturan. Jika dihitung entah sudah berapa kali hatinya terluka. Berawal dari gadis yang ia kejar sejak sekolah menengah atas hingga berani mengambil resiko berjauhan dengan keluarga bahkan pindah jurusan demi bisa sekelas dengan gadis pujaannya, tapi kenyataan pahit yang ia peroleh saat tau jika gadis yang dicintainya adalah tunangan sang kakak.
Yang lebih naas, dia harus merelakan hatinya tercabik-cabik setiap melihat kemesraan kakak dan kakak ipar durjana yang merupakan mantan orang yang begitu ia sayangi. Berbulan-bulan ia berusaha mengikhlaskan gadis yang ia cintai untuk sang kakak hingga akhirnya ia menyadari perasaan baru untuk seorang gadis yang selalu ada di sampingnya, gadis yang mengetahui pahit manis hidupnya.
Tapi kini semua hanyalah sebuah kisah yang telah berlalu, menyisakan luka yang masih jelas terasa meski waktu telah bergulir lama. Nyatanya sampai saat ini rasa sakit itu masih terasa begitu menyesakkan. Sudah empat tahun berlalu sejak ia berlutut sambil memegang kedua tangan gadis berambut pendek dan berjanji untuk selalu menjaga serta membahagiakannya.
Ardi tergelak menertawakan kisahnya sendiri, diambilnya ponsel yang tergeletak tak berdaya di meja. Membuka galeri dan menatap satu persatu deretan gambar.
Sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman saat melihat foto anak perempuan dengan seragam TK sangat menggemaskan. Poni rata yang menutupi kening dan rambut panjang dikuncir dua itu menambah manis gadis kecil yang yang selalu memanggilnya dengan sebutan ‘Daddy’.
Ardi kembali menggeser layar ponsel hingga terpampang sebuah video batita yang sedang aktif-aktifnya membuat seisi rumah berantakan. Terlihat lelaki kecil itu sedang mengeluarkan mobil-mobilan beserta seperangkat alat mainnya dari dalam sebuah box. Di samping batita itu ada gadis kecil berambut panjang yang asik dengan krayon ditangannya. Sesekali si adik kecil mengganggu kakaknya yang sedang mewarnai.
“Bem…bem…Aka Leta ayo Caka antel aka cekulahhh.” Celoteh batita itu sambil mengerakkan mobil-mobilan biru di atas buku gambar kakaknya.
“Sakha awas. Sana-sana mainnya di sana! Kakak lagi ngerjain tugas dari bu guru nih.” sang kakak yang merasa terganggu memindahkan mobil-mobilan diatas buku gambarnya ke samping tempatnya duduk.
Si adik tak mau tau, ia ingin main dengan kakaknya. Ia mengambil mainnanya dan kembali meletakannya di atas buku gambar. “cekalian gambal obil caka ka.” Pintanya dengan bahasa aneh yang kadang kala tak bisa dimengerti oleh sang kakak.
Lama-lama gadis kecil berseragam TK itu kesal dan melempar mainan adiknya hingga si adik menangis. “Mama…Sakha nangis…” teriaknya.
Ardi kembali tergelak, hanya dua bocah itu yang selalu membuatnya bahagia. Meskipun tak jarang mereka membuatnya repot.
“Kalian benar-benar menggemaskan kesayangan daddy, andai mommy kalian ada di sini.” Gumamnya.
Tawa dan senyum Ardi lenyap, wajahnya seratus delapan puluh derajat berubah murung. Binar senang di matanya menghilang berganti dengan tatapan kosong nan dingin saat tangannya berhenti di sebuah foto dirinya dengan seorang gadis berambut pendek dengan senyum mengembang.
“Kamu dimana?” ucapnya lirih sambil terus memandangi gambar itu.
Tok…tok…
Suara ketukan pintu mengalihkan perhatiannya. Ardi meletakan kembali ponsel ke meja. Membenarkan posisi duduknya. Inilah Ardi Rahardian yang sekarang.. Pria yang sudah berusia dua puluh lima tahun itu selalu berwajah datar dan minim ekspresi, bahkan bicaranya pun jadi lebih irit dan seperlunya.
“Masuk.” Ucapnya membuat seorang wanita cantik membuka pintu dengan beberapa map berkas di tangan kirinya.
Wanita yang mengenakan rok putih selutut dikombinasikan dengan blazer berwarna pink itu berdiri tepat di depan meja kerja dan meletakan map berkas yang ia bawa. “Ini laporan yang Bapak minta.”
“Terimakasih Manda.” Ardi membuka map yang baru saja diletakan oleh sekretarisnya, membaca isinya.
“Sama-sama Pak. Ada yang bisa saya bantu lagi?” tanyanya penuh hormat.
Ardi masih focus dengan laporan di depannya, ia menjawab pertanyaan Manda tanpa memandang wanita itu. “Tidak ada, kamu boleh pergi.”
“Baik. Saya permisi Pak.” Manda membungkukkan kepala sebagai tanda hormat sebelum akhirnya keluar dari ruangan bosnya.
Dering ponsel yang berbunyi membuat Ardi menutup berkas yang ia bawa. Dia segera menggeser ikon telpon berwarna hijau.
“Ya… kenapa?” tanya Ardi begitu menangkat panggilannya.
“Baiklah. Aku bener-bener Daddy yang baik kan? Biar ku jemput putriku sekarang.” Ucapnya lagi kemudian mengakhiri panggilan.
Ardi mengenakan jas yang menggantung di samping meja, memasukan ponselnya ke dalam saku kemudian melangkah keluar ruangan.
“Manda, aku harus menjemput putriku. Jika ada tamu persilahkan mereka menunggu sebentar.”
“Baik Pak.” Jawab Manda sambil menganggukkan kepala. Manda terus menatap punggung Ardi hingga pria itu menghilang setelah masuk ke dalam lift.
“Mingkem woy… iler kamu udah netes tuh.”
Manda reflek mengusap mulutnya, “ish… jail banget sih.”
“Liatin apaan sih?” kepo Arum.
“Nggak liat apa-apa.” Elak Manda.
“Paling liatin Pak Ardi yah? orangnya ada di dalem nggak? Aku mau ngasih laporan nih.” Arum menunjukan berkas yang ia bawa.
“Nggak ada lagi jemput putrinya, baru aja pergi. Taruh sini aja.”
“Ya udah nanti kasihin yah.” Arum meletakan berkas itu di meja Manda.
“Eh Bu Arum, tunggu!” Manda menarik tangan Arum hingga wanita itu berhenti dan menatapnya. “Pak Ardi itu duda yah, Bu?” tanyanya.
“Menurut kamu?”
“Aku kan kerja di sini baru enam bulan Bu, dan selama itu Pak Ardi belum pernah bawa istrinya ke kantor. Kalo anaknya sih kadang dibawa. Jadi menurut aku sih duda, soalnya karyawan yang lain juga bilang begitu.”
“Tapi gaji kamu lancar kan?”
“Lancar Bu.”
“Ya udah kalo gajimu lancar nggak usah ikut campur urusan pribadi bos mu. Kecuali kamu mau dapat pesangon lebih awal.” Ujar Arum sebelum akhirnya pergi menjauh dari meja sekretaris.
Manda langsung duduk lemas mendengar jawaban Arum, niatnya yang kepo malah dijawab sadis. “padahal kan aku cuma tanya. Bu Arum sensi banget. Maksud aku kan baik, aku siap jadi ibu buat anaknya Pak Ardi. Nggak apa-apa juga aku perawan dapat duda. Katanya duda lebih berpengalaman.”
.
.
.
Yang udah baca JODOH DARI GC masih inget nggak Arum itu siapa?
Jangan lupa like, komen dan favoritkan yah biar aku makin semangat nerusin kisah mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
N Wage
baca utk yg ke 2 kali
2024-10-01
0
ALIKA🥰🥰CHEN ZHE YUAN.LIN YI
seson 3 ardi rahardian .kamiya.adik arkana .
2024-05-10
0
Ita rahmawati
temenny miya sm freya y kykny si arum mah,,agk lupa klo bkn pemeran utama mah 🤭🤭
2023-03-24
1