Beberapa hari kemudian, jatah libur buat Bonar Siregar telah habis. Dia akan kembali bekerja sebagai Prajurit Hulubalang, namun kali ini di istana Goduang Gajah Morom, sebagai pengawal Putri Sakinah, Putri Mahkota Kerajaan Padang Nunang.
"Aku pergi dulu ya sayang!" Bonar Siregar mencium kening istrinya. "Jika terjadi sesuatu, kau lansung kirim kabar ya, dengan merpati itu!" seru Bonar Siregar. Dia masih khawatir ada lelaki hidung belang yang akan menggangu istrinya nanti.
"Jangan khawatir Uda ...." Zulaikha tersenyum manis, "Kan masih ada ayah!" jawab Zulaikha lagi dan memberikan bekal nasi yang dibungkus dengan daun pisang untuk makan siang suaminya itu.
"Hehehe, aku pamit ya," ucap Bonar Siregar menaiki kudanya, ia akan pergi ke Koto Tinggi.
"Hati-hati dijalan, jangan tergoda dengan bunga di taman, ya!" seru Zulaikha sambil melambaikan tangan.
"Hahaha, tak ada bunga seindah dirimu. Justru aku takut kumbang pengganggu yang menggerogotimu," sahut Bonar Siregar melambaikan tangannya juga.
"Hiyyaaaa ...." Dia memacu kudanya.
Sesampainya di Koto Tinggi, Bonar Siregar turun dari kudanya dan berjalan sambil menggiring kuda itu ke pintu gerbang istana Goduang Gajah Morom.
"Pagi pak ..." sapa Bonar Siregar pada Prajurit Hulubalang yang berjaga.
"Ya, kau dari pasukan mana?" tanya prajurit Hulubalang itu, karena tak pernah melihatnya.
"Saya Bonar Siregar, baru dimutasi dari Nagari Sumpur Setia. Disurat tugas dipekerjakan di bagian Pengawal Putri Mahkota."
"Oo, kau kan yang menenangkan pertandingan yang lalu!" seru Prajurit Hulubalang itu mempersilahkannya masuk kedalam.
"Hahaha beruntung saja Pak," jawabnya memasuki istana Goduang Gajah Morom.
Bonar Siregar kemudian menambatkan kudanya dibagian belakang istana tempat kandang kuda yang disediakan oleh Kerajaan. Selanjutnya ia menuju barak prajurit yang terletak didekat situ.
"Lapor Pak! Saya Prajurit Hulubalang yang dimutasi dari Nagari Sumpur Setia!" seru Bonar Siregar menyerahkan surat tugasnya.
"Hmm Pengawal Putri Mahkota ya, ayo saya antar!" seru Prajurit Hulubalang itu menuju taman istana. Putri Sakinah sering bersantai di situ. Karena ia suka sekali menanam dan merawat bunga, kadang-kadang ia juga menenun disana.
Tak berselang lama, mereka sampai di taman yang lokasinya tak begitu jauh dari barak prajurit. "Lapor Datuk!" sapa Prajurit Hulubalang itu pada Datuk Marajo Silayang yang juga kepala Hulubalang istana. "Saya membawa Prajurit Hulubalang baru yang bertugas sebagai pengawal tuan Putri."
"Oh nak Bonar ya, silahkan duduk!" seru Datuk Marajo Silayang. "Anda boleh kembali!" Datuk Marajo Silayang menyuruh prajurit Hulubalang yang mengantar Bonar Siregar kembali ke barak.
"Siap ... Datuk!" jawab Bonar Siregar gugup.
"Santai saja, tuan Putri lagi menenun di sana!" tunjuk Datuk Marajo Silayang pada Putri Sakinah yang sedang asyik menenun, ia tak sadar Bonar Siregar sudah didekatnya.
"Iya Datuk, apa saja tugasku nantinya?" Bonar Siregar memberanikan diri bertanya, ia takut nanti salah bertindak sehingga membahayakan nyawa Putri Sakinah.
"Gampang saja, karena kau sudah menikah. Aku akan memberikanmu shift siang saja. Masuk pagi dan pulangnya tergantung kegiatan yang dilakukan oleh tuan Putri. Paling cepat sore hari dan kau boleh libur diakhir pekan."
"Terimakasih kasih Datuk ..." jawab Bonar Siregar gembira. Karena ia tak ada shift malam, bahkan diakhir pekan juga libur.
"Kalau masalah tugas harian, kau hanya perlu mengikuti tuan Putri kemana saja dan memastikan keamanannya. Gampang kan!" seru Datuk Marajo Silayang sambil tersenyum.
"Aku akan melakukan tugasku dengan baik Datuk!" jawab Bonar Siregar juga dengan senyum tipis terpancar di wajahnya.
"Eh kau sudah tiba, ya!" Putri Sakinah menengok ke arahnya karena mendengar suara yang familiar ditelinganya.
"Baru saja tuan Putri!" jawab Bonar Siregar sambil membungkukkan badannya memberi hormat padanya.
"Tak usah formal begitu, kau lihat prajurit yang lain santai saja jika denganku," sahut Putri Sakinah.
Bonar Siregar memperhatikan sekitarnya, benar sekali. Semua pengawal Putri, sedang duduk santai sambil menikmati teh dan makanan ringan. Dia kemudian berdiri kembali dan menunggu instruksi dari Putri Sakinah.
Namun Putri Sakinah asyik kembali menenun. Hingga beberapa saat kemudian, "Ah, selesai juga! Ini kau pakai ya. Supaya seragammu sama dengan mereka."
Sontak semua yang ada disitu kaget, tak ada seorangpun diantara mereka yang dibuatkan khusus oleh Putri Sakinah. Bahkan Bagindo Aziz, saudara sepupunya yang juga kepala Pengawal pribadi Putri Sakinah tak dibuatkan olehnya. Kini ada orang baru tiba-tiba mendapatkan perhatian khusus dari tuan Putri. Orang lama seperti mereka lansung terlupakan.
"Kenapa dia dibuatkan! Sedangkan kami tidak." Bagindo Aziz yang merupakan kemanakan Raja itu protes.
"Karena stok pakaian untuk Pengawal sudah habis! Betulkan Datuk ..." jawab Putri Sakinah sambil melempar jawaban pada Datuk Marajo Silayang. Dia yakin Datuk pasti membelanya, padahal ia sendiri tak memeriksa gudang pakaian untuk Prajurit Hulubalangpun.
"Betul yang dibilang oleh tuan Putri," sahut Datuk Marajo Silayang berbohong. Dia juga tak tahu, apakah di dalam gudang masih ada atau tidak stok pakaian.
"Beruntung sekali nasib pemuda ini," bisik Prajurit Hulubalang yang juga Pengawal Putri Sakinah.
"Wajarlah, pemuda ini juga gagah sekali," bisik yang lainnya.
Bagindo Aziz yang mendengar bisikan mereka merasa kupingnya panas. "Dia itu sudah beristri!" jawabnya keras supaya Putri Sakinah mendengarnya dan sadar diri tak menjadi pelakor. Apalagi yang diincarnya cuma rakyat jelata saja, berbeda kasta dengan mereka. Tentu saja itu sangat merendahkan martabatnya.
"Ayo dipakai, ya ..." Putri Sakinah tak memperdulikan ocehan Bagindo Aziz.
Bonar Siregar memakai pakaian pemberian Putri Sakinah dengan terpaksa, ia merasa serba salah. Karena tatapan penuh kebencian terpancar dari atasannya yang juga sepupu Putri Sakinah itu.
🌸Catatan 🌸
Uda : Abang
Nagari : kadipaten ( sudah dijelaskan di bab Awal)
Datuk: gelar adat
Kemanakan: keponakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Nur Tini
Putri sakinah... Sakinah dari bahasa arab/islam. Padahal jaman itu abad ke 15 atau 16 masih beragama budha di nusantara
2022-09-07
0
Nur Tini
Baru hari ini jadi pengawal tuan putri, kok tuan putri sudah famiiar dgn langkahnya. Aneh-aneh aja bang tegar ini
2022-09-07
0
batik mida
akhirnya si Bonar lupa pulg,dan mnikh dgn putri,,dan lupa SMA yg di rumh
2021-06-12
0