Dari Sipirok Bonar Siregar melanjutkan perjalanan menuju Padang Lawas, ia mau jiarah ke makam kedua orangtuanya. Setelah selesai dari situ, mereka melanjutkan perjalanan pulang kembali ke Rao, tempat tinggalnya sekarang.
Butuh waktu tiga hari menunggang kuda untuk sampai kembali ke Rao. Sesampainya di Perguruan Silat Harimau Rao, mereka sangat lega. Karena semua badan mereka pegal-pegal akibat guncangan dari langkah kuda itu.
"Ah ... capeknya!" Zulaikha lansung merebahkan tubuhnya di atas kasur.
"Mandi dulu baru tidur!" Bonar Siregar menegurnya.
"Iya, iya ...." Zulaikha kembali bangkit dan pergi ke kamar mandi, ia sudah tak sabar ingin tidur. Kamar surganya itu telah merindukannya, walaupun sederhana namun tak akan tergantikan.
Bonar Siregar juga pergi ke belakang rumah, ia memandikan kudanya. Karena telah kotor setelah menempuh perjalanan panjang.
Perutnya lapar setelah selesai membersihkan kuda dan kandangnya. Namun ketika ia menuju dapur, tak ada apa-apa di sana. "Aish ... kosong melompong!" guman Bonar Siregar lesu.
Bonar Siregar kemudian menghampiri Zulaikha ke kamar. "Sayang ... kamu belum memasak, ya!" seru Bonar Siregar membuka pintu kamar. "Eh sudah tidur saja," gumannya.
Zulaikha sudah terlelap hanya dibalut handuk saja. Dia sudah kelelahan akibat perjalanan panjang mereka.
Bonar Siregar memandangi tubuh istrinya itu, "Astaga dia ini, tak takut orang berbuat senonoh padanya," guman Bonar Siregar menyelimutinya dan menutup jendela kamar. Dia kemudian kembali ke dapur dan memasak nasi, namun tak ada lauk pauk yang akan dimasak. Cuma ada cabai, bawang dan garam saja disitu. Kemudian Bonar Siregar membuat nasi goreng seadanya saja untuk makan malam mereka.
Setelah nasi gorengnya jadi, ia menyisihkan sepiring buat Zulaikha. Nasi goreng itu ditaruhnya di sebuah meja kecil dalam kamar mereka, tak lupa juga segelas air putih. Dia yakin nanti tengah malam istrinya itu pasti bangun dengan perut keroncong. Sementara tak ada lauk pauk yang bisa dimasak di dapur.
Hari sudah menjelang malam, Bonar Siregar membersihkan semua rumah yang berdebu karena ditinggal pergi. Ternyata ayah mertuanya juga belum balik dari Payakumbuh.
"Ah beres juga, mandi di sungai sajalah. Sekalian memasang lukah ikan. Tak ada apa-apa lagi buat dimasak besok," gumannya pergi ke belakang rumah. Karena sungainya berada dibelakang rumah mereka.
Malamnya Zulaikha tersadar dari tidurnya. Cacing diperutnya sudah berdendang ria meminta jatah asupan nutrisi. "Astaga aku lupa memasak!" Zulaikha panik dan menengok kesamping, ternyata suaminya telah tidur.
Dia berdiri dan melepas selimutnya, ternyata tak ada sehelai benangpun yang menempel ditubuhnya. "Aduh memalukan sekali ... kenapa Uda Bonar tak membangunkanku." Zulaikha beranjak dari tempat tidurnya dan mengambil pakaian dari lemari.
"Eh Uda Bonar telah memasak ya tadi," guman Zulaikha melihat nasi goreng diatas meja. "Tahu aja aku akan lapar!" Zulaikha melahap habis nasi goreng itu. Sebenarnya ia masih ingin tambah, namun ketika ia ke dapur tak ada apa-apa disitu. Mau memasak lagi, ia malas. Zulaikha lebih memilih tidur kembali.
Di dalam kamar, dipandanginya suaminya itu yang terlihat kelelahan. "Selamat tidur sayang ...." Zulaikha mencium pipi suaminya itu. Bonar Siregar tersadar sebentar dan melihat sekilas Zulaikha memeluk tubuhnya dari samping. Dia tersenyum tipis dan melanjutkan kembali tidurnya. Mereka berduapun menikmati malam dengan mimpi-mimpi indah menyertainya.
Keesokan paginya, Basridal Chaniago menggedor-gedor jendela kamar mereka. Karena pintu rumah dikunci dari dalam. "Woi bangun ... rezeki kalian sudah dipatok ayam!" Teriaknya sambil menggedor-gedor jendela.
Zulaikha kaget terbangun dari tidurnya, berbeda dengan Bonar Siregar yang masih terlelap dalam alam mimpinya. "Iya yah ... tunggu!" jawab Zulaikha. "Uda ... bangun!" Zulaikha menggoyang-goyang badan suaminya.
"Bentar lagi ya, kau duluan saja!" jawabnya. Sebenarnya ia sudah bangun, namun tubuhnya masih terasa pegal-pegal. Sehingga ia malas untuk bergerak.
"Tapi kita makan apa hari ini, tadi malam kulihat di dapur tak ada apa-apa," bisik Zulaikha ditelinganya.
Bonar Siregar kemudian beranjak dari tempat tidurnya. "Kita makan ikanlah ..." jawabnya sambil beranjak keluar rumah. Dia mau menengok lukah ikan yang dipasangnya di sungai.
"Mana suamimu?" tanya Basridal Chaniago ketika Zulaikha membuka pintu.
"Ke sungai yah," jawab Zulaikha singkat. Dia pergi ke dapur untuk membuatkan kopi untuk ayahnya.
"Cuma ini saja? tak ada pengganjal perut!" Basridal Chaniago mengkerut melihatnya.
"Bagaimana lagi yah ... kami baru kemarin pulang," sahutnya sambil cengengesan.
"Aduh ... payah kali kalian nih, tak bawa oleh-oleh sama sekali dari sana!" Ayahnya menyindirnya.
"Hihihi ...." Zulaikha cuma bisa cengengesan, sebab tak terpikirkan oleh mereka kesana.
"Ini ...." Ayahnya mengeluarkan keripik sanjai, gulai rendang daging dan lemang dari tas bawaannya.
"Wah ... Ayah tahu aja aku lapar!" Zulaikha lansung memakan Lemang yang dibawa ayahnya itu.
"Jangan lupa sisakan buat suamimu!" jawab Basridal Chaniago sambil menuju kamarnya. Dia merasa kelelahan juga, setelah menempuh perjalanan jauh dari Payakumbuh.
Beberapa saat kemudian Bonar Siregar membawa beberapa ekor ikan yang cukup untuk mereka hingga makan malam. Karena jatah liburannya masih ada beberapa hari lagi. Dia hanya mengasah Ruduih miliknya dan membuat beberapa anyaman rotan untuk membuat kursi, serta membantu Zulaikha menenun kain.
Catatan: Uda adalah Abang
Ruduih adalah Senjata tradisional Minangkabau mirip dengan golok
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Mr. Dirg Ant
Lanjut
2022-07-27
0
IG: Saya_Muchu
Semangat thor
2021-04-29
0
Ana Yulia
lanjut
2021-04-09
0