Setelah tulangnya mempersilahkan mereka masuk, dengan hati-hati mereka melangkah ke dalam rumah panggung yang sudah dimakan usia itu. Mereka kemudian duduk di tikar yang penuh tambalan yang ditaruh oleh Nantulangnya.
"Silahkan duduk Parumaen!" seru Nantulangnya dengan senyuman hangat pada Zulaikha. Ia juga membalas senyumannya walaupun tak tahu apa yang diucapkannya.
"Tak kusangka kau akan berhasil merantau, bahkan kau membawa seorang wanita cantik. Siapakah wanita ini? Kalian kelihatan akrab," tanya Nantulangnya.
"Ini biniku Nantulang ... hahaha," jawab Bonar Siregar sambil tertawa, ia lupa mengenalkan Zulaikha pada mereka. "Maaf aku tak bisa mengundang kalian. Karena jauh, aku tinggal di Pagaruyung sekarang," ucap Bonar Siregar lagi.
"Jadi suksesnya kau merantau itu! Kami kira kau sudah mati diluar sana!" seru Nantulangnya blak-blakan.
"Aish ... hahaha maaf, dulu aku tak memberi kabar," jawab Bonar Siregar merasa bersalah.
Tujuh tahun lalu, waktu itu Bonar Siregar masih berusia sepuluh tahun. Tulangnya, Parlindungan Hasibuan sedang mengopi disebuah kedai, Bonar Siregar pamit padanya untuk pergi merantau ke Pagaruyung katanya. Tulangnya itu mempersilahkan nya pergi, karena ia mengira anak itu cuma bercanda saja. Karena ia sering tak pulang berhari-hari kerumah. Faktor ekonomi membuat ia merasa tak enak ikut berbagi makanan dengan mereka, padahal ia masih kecil namun pikirannya sudah dewasa. Ia lebih suka mengais-ngais tong sampah mencari makanan sisa atau belas kasih dari orang lain.
"Hei ... Beremu itu sudah seminggu tak pulang lho, diluaran juga aku tak pernah berjumpa dengannya!" seru Halimah Nasution. Karena biasanya walaupun Bonar Siregar tak pulang, ia pasti berada di pasar atau kampung sebelah.
"Biarin saja, lama-lama juga balik," jawab Parlindungan Hasibuan santai. Namun sebenarnya ia sedang berpikir mau kerja apa, karena gagal panen padi sudah untuk yang kesekian kalinya.
"Parlindungan ...." Seseorang diluar rumahnya memanggilnya.
Ia kemudian membuka pintu rumahnya, "Eh ada apa uwak?" Ternyata yang memanggilnya adalah Hatobangon di Huta Lombang ini.
"Bagaimana kau mendidik beremu itu! Kemarin ada orang kampung sebelah yang melihatnya di Huta Simalakama!" seru Hatobangon itu memarahinya.
"Apa? Itu jauh sekali, ngapain anak itu ke sana?" jawab Parlindungan Hasibuan bingung, "Apa ia berniat ke Pagaruyung ya?"
"Apa anak sekecil itu mau merantau? Kau bodoh, ya! membiarkannya pergi." Lagi-lagi ia dimarahin Hatobangon itu.
"Aku kira ia bercanda uwak hahaha," jawab Parlindungan Hasibuan tertawa cengengesan.
"Sudah ... cepat kau jemput dia, ambil kuda di rumah. Dasar Tulang yang tak bertanggungjawab. Kalau tak mampu merawat, kau kasih saja ia pada koumnya di Padang Lawas sana!" Lagi-lagi ia kena semprot Hatobangon itu.
Kemudian Parlindungan Hasibuan berlari-lari kecil ke rumah Hatobangon itu dan membawa kudanya menuju Huta Simalakama. Jarak antara Huta Lombang dengan Simalakama adalah sekitar sepuluh kilometer.
Sesampainya di sana, warga kampung memberitahu bahwa Bonar Siregar pergi dua hari yang lalu menumpang pada kereta kuda pedagang yang menuju Padang Lawas.
"Ngapain dia kesana? Kan tak ada sanak saudara ayahnya yang mau merawatnya disana," guman Parlindungan Hasibuan memacu kuda menuju Padang Lawas.
Sesampainya di sana lagi-lagi ia tak membuahkan hasil. Yang ada, ia malah kena semprot oleh sanak saudara ayahnya Bonar Siregar. Namun Parlindungan Hasibuan melawan dengan memaki-maki mereka, karena dulu mereka juga tak mau merawatnya. Hampir saja kepalanya lepas kalau tak dilerai oleh Hatobangon disana. Sanak saudara ayah Bonar Siregar merasa tersinggung dan kalap, mengambil parang ke dapur. Sontak saja, Parlindungan Hasibuan lansung melompat dari jendela dan meminta pertolongan kepada penduduk.
Setelah Hatobangon di sana mendamaikan mereka, ia kembali pulang ke Huta Lombang. Saking merasa bersalahnya, ia sampai sakit seminggu. Karena ia dulu berjanji didepan makam kakaknya untuk merawat Bonar Siregar seperti merawat anaknya sendiri.
Halimah Nasution terus menyemangatinya, ia berkata bahwa Bonar Siregar adalah anak yang kuat. Bahkan dulu, ia sering tak pulang ke rumah berhari-hari lamanya. Ia yakin Bonar Siregar pasti dapat bertahan diluar sana dan kembali suatu saat nanti.
Parlindungan Hasibuan kemudian mulai mencoba melupakannya, karena ia juga harus menghidupi keluarganya. Namun kini sosok yang dilupakannya itu malah muncul dihadapannya kembali.
"Oo, cantik juga istrimu. Apa kau sudah berhasil disana," jawabnya kecus. Padahal didalam hatinya ia senang Berenya itu berhasil dan ia tak merasa bersalah lagi.
"Sebenarnya Tulang aku beruntung, dulu aku hampir mati diterkam harimau. Untung saja ayahnya Zulaikha merawatku dan membolehkan aku tinggal bersama mereka. Aku juga diajarin Pencak Silat dan didaftarkan menjadi Prajurit Hulubalang. Dan yang paling spesial adalah ia malah menikahkan putrinya padaku, padahal banyak saudagar kaya dan pejabat pemerintah yang ingin meminangnya. Namun mereka menolaknya dengan tegas, aku tak tahu bagaimana lagi berterimakasih pada mereka, sungguh beruntung sekali aku Tulang ..." jawab Bonar Siregar senang.
"Baguslah, kau memang beruntung sekali. Aku saja iri menengok istrimu yang cantik ini. Tapi kau harus berhati-hati, nanti akan banyak orang yang iri dan tertarik padanya melakukan hal nekat!" seru Tulangnya.
"Iya, dia memakai penutup wajah kok ketika kami bepergian," jawab Bonar Siregar.
Mereka kemudian menginap beberapa hari disana. Zulaikha juga sudah akrab dengan Halimah Nasution, walaupun dengan bahasa isyarat. Begitu juga dengan Risma yang selalu menempel padanya. Sedangkan Bonar Siregar mengajarkan beberapa gerakan silat pada anak tertua tulangnya itu.
Setelah puas melepas rindu dengan tulangnya itu, Bonar Siregar menuju Padang Lawas berkunjung ke makam orang tuanya. Tak lupa ia juga meninggalkan beberapa koin emas untuk merenovasi rumah tulangnya itu.
**********************************************
Catatan:
Tulang: Paman(adik atau Abang dari ibu)
Nantulang: Istri tulang
Bere: keponakan
Huta: kampung
Hatobangon: gelar adat/ tetua
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Anhar Harahap
koq parumaennya itu regar?
Boru nya lah..
2022-10-16
1
Sis Fauzi
semakin cantik semakin besar potensi bahayanya Bonar 😀💪
2021-06-20
1
Mawar Berduri💕
semangat
2021-06-06
0