Sebelum menuju penginapan, Bonar Siregar mencari rumah makan lebih dulu, karena perutnya sudah keroncongan.
"Kau masuk lebih dulu, aku tambat kudanya disamping!" seru Bonar Siregar pada Zulaikha.
"Permisi ...." Zulaikha memasuki rumah makan.
Pelayan rumah makan dan beberapa orang yang sedang makan lansung menoleh kerah sumber suara itu. "Wah ... cantiknya," guman mereka terpesona dengan parasnya yang cantik.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya pemilik rumah makan dengan bahasa Mandailing.
"Tak ngerti Pak ..."jawab Zulaikha bingung apa yang dibilang bapak tersebut.
"Hei, dia pasti dari Pagaruyung, kenapa gadis cantik sepertinya pergi sendirian!" seru salah satu pemuda yang sedang makan. Ia adalah preman paling ditakuti di Panyabungan.
"Kalian jangan berulah di sini, ya!" seru pemilik rumah makan, ia curiga dengan gelagat mereka yang akan menggangu wanita cantik didepannya.
"Kau diam saja Pak tua! Wanita ini pasti kesasar kemari!" seru Haruting nama preman tersebut sambil beranjak dari tempat duduknya. Ia kemudian menghampiri Zulaikha.
"Nona cantik ... ikut Abang saja, ya!" seru Haruting dengan menatap Zulaikha dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"Nasi ... dua! lauknya ikan!" seru Zulaikha pada pemilik kedai dengan menggunakan bahasa isyarat.
"Oo, mau makan. Silahkan duduk!" seru pemilik kedai sambil menunjuk meja makan.
Zulaikha yang melihat pemilik kedai itu menunjuk ke arah meja makan lansung pergi duduk ke sana, tanpa memperdulikan Haruting.
"Sombong sekali wanita ini," ucap Haruting. Namun, Zulaikha diam saja sebab ia tak mengerti. Namun ia paham pemuda itu sedang menggodanya.
"Lama sekali Uda Bonar," guman Zulaikha. Ia sudah risih berada dalam rumah makan ini.
"Hei cantik, sombong sekali kau!" seru Haruting sambil memegangi rambut Zulaikha. Ia kemudian menghirup rambut itu, "Ah wanginya!" seru Haruting dan tiga orang anakbuahnya tertawa terkekeh-kekeh melihatnya.
"Haruting tolong hargai saya, jika kau ingin gadis ini. Lakukan diluar, jangan disini!" seru Pemilik kedai.
"Bruakkkkkkkkkkk!" Haruting terhempas menabrak beberapa meja hingga hancur. Ternyata Zulaikha menendang perutnya, karena telah menodai rambutnya.
"Kurang ajar!" seru Zulaikha dengan muka memerah karena marah.
"Cih ... hebat juga kau!" seru Haruting sambil mengusap darah segar dari bibirnya. "Kalian serang dia! Kita akan buat dia apa itu artinya Neraka!" Perintah Haruting pada anakbuahnya.
"Baik bos, serang!"
"Berani menyentuh istriku, kepala kalian lepas!" seru Bonar Siregar dengan bahasa Mandailing memasuki kedai. "Kau tak apa sayang ... apa mereka melukaimu?" tanya Bonar Siregar sambil memperhatikan tubuh istrinya itu.
"Tak apa Uda Bonar, aku sudah memberikan pelajaran pada mereka!" seru Zulaikha sambil tersenyum manis padanya.
"Untung saja senyuman manis istriku masih ada, kuberikan pilihan. Pergi atau mati!" seru Bonar Siregar memasang kuda-kuda dengan sebilah Ruduih ditangannya.
"Ternyata mereka berdua sepasang pesilat," guman Haruting. "Baiklah kami pergi!" seru Haruting meninggalkan kedai itu dengan kesal.
"Hei bagaimana dengan kerusakan ini!" seru pemilik kedai.
"Tak apa Pak, biar aku saja yang ganti," sahut Bonar Siregar. "Apa pesanan kami sudah dipesan istriku?" tanyanya lagi.
"Sudah Nak, terimakasih sudah mau mengganti kerusakan ini," ucap Pemilik kedai pergi ke dapur untuk mengambil pesanan Zulaikha tadi.
"Kau tak apa sayang?" tanya Bonar Siregar sambil membelai rambut Zulaikha.
"Iya tak apa!" sahutnya masih pura-pura merajuk.
"Ayolah maafkan aku," goda Bonar Siregar sambil mencium telapak tangannya.
"Ehemmm ... jadi pahit makanan ini!" seru salah satu pengunjung rumah makan yang tak tahan melihat tingkah mereka.
"Hahaha maaf bang, kami tadi berantem jadi aku lagi berusaha berbaikan," ucap Bonar Siregar pada pengunjung tersebut dengan bahasa Mandailing, sehingga Zulaikha tak mengerti apa yang sedang dibicarakan olehnya.
"Dasar pria bodoh, istrimu itu lagi pura-pura saja itu. Dia senang kau menggodanya. Makanya jangan terlalu kaku jadi pria, sekali-kali godalah istri atau puji dia supaya dia senang," sahut pengunjung tersebut.
"Jadi begitu ya, terimakasih Abang hehehe kau berpengalaman sekali!" seru Bonar Siregar.
"Kau saja yang tak peka," jawabnya sambil menyantap makanannya. Bonar Siregar hanya tersenyum canggung disindir olehnya.
"Kenapa Uda?" tanya Zulaikha yang melihat suaminya tersenyum canggung.
"Tak apa, ayo makan pesanan telah tiba," jawab Bonar Siregar, karena hidangan mereka telah sampai.
Setelah selesai makan, Bonar Siregar membayar biaya kerusakan yang diakibatkan oleh Haruting tadi dan biaya makan mereka. Mereka kemudian menginap di penginapan menunggu pagi baru berangkat kembali.
Keesokan paginya mereka kembali melanjutkan perjalanan meninggalkan Panyabungan. Namun, ketika keluar dari Panyabungan mereka dihadang oleh Haruting yang membawa sepuluh anak buah.
"Mau kemana kalian pagi-pagi begini, bukannya lebih enak melakukan itu dulu hahaha." Haruting mengejek Bonar Siregar dan Zulaikha.
"Apa kalian sudah bosan hidup ya?" Bonar Siregar sambil turun dari kudanya dan meneteng sebilah Ruduih ditangannya.
"Uda Bonar ..." Zulaikha mendekatinya.
"Tunggu disitu sayang, kau tenang saja. Mereka cuma cacing pita yang perlu dipotong saja biar diam!" serunya memasang kuda-kuda.
"Sombong! Bunuh dia, kalian juga akan kuberikan jatah nanti hehehe!" seru Haruting pada anakbuahnya.
"Serang!" Mereka mengepung Bonar Siregar.
"Trang-trang-trang!" Suara Ruduih dan Pedang beradu. Namun, ia mampu menebas satu persatu anak buah Haruting.
"Akh ... Umak kakiku putus aaaaa," jeritan anak buah Haruting.
"Akh tanganku tidakkkkk aaaaaa!"
"Akh ...." Anak buah Haruting terkena tebasan di perut hingga organ dalamnya keluar.
"Bruakkkkkkkkkkk!" Zulaikha muntah melihat pemandangan mengerikan didepannya.
"Tutup matamu sayang!" seru Bonar Siregar menyadari Zulaikha tak sanggup melihat pemandangan mengerikan ini.
"Dia hebat sekali kabur!" Seorang anak buah Haruting meninggalkan kawannya disusul yang lainnya.
"Bodohhhhhh! ini saja kalian tak sanggup!" Haruting menerjang ke depan.
" Trang ...." Bonar Siregar menangkis tebasan pedang Haruting.
"Rasakan ini brengsek!" Haruting menendang perut Bonar Siregar. Namun ia menyadarinya dan melompat kesamping serta melakukan serangan balik.
"Cis ...." Darah segar mengucur deras keluar dari leher Haruting.
"Akh ...." Haruting memegang lehernya, "Kenapa gelap sekali!" serunya sambil duduk di tanah.
"Ada apa Uda?" tanya Zulaikha bingung, tiba-tiba suasana menjadi hening.
"Tak apa jangan buka matamu!" seru Bonar Siregar sambil menggendong Zulaikha ke kuda.
"Hiyyaaaa..." Ia memacu kudanya, takut nanti pihak keamanan datang dan menangkap mereka.
"Apa kau tak apa?" tanya Zulaikha pelan sambil memeluk erat tubuh suaminya itu.
"Kita sudah aman, kau bisa membuka matamu. Mereka pantas menerima itu!" seru Bonar Siregar sambil mencium telapak tangannya.
"Harusnya aku tak ikut saja, aku malah menambah masalah saja," sahut Zulaikha. Ia menyadari kecantikannya malah membuat banyak bencana daripada kebaikan.
"Jangan pesimis begitu, selama ada aku kau akan baik-baik saja!" Bonar Siregar menyemangatinya.
Berbagai kampung dan pegunungan telah mereka lewati dan matahari akan tenggelam di ufuk barat. Mereka memutuskan menginap di Padang Sidempuan. Sepanjang perjalanan Zulaikha kini menutupi mukanya dengan selendang dan yang terlihat hanya matanya. Itupun tetap membuat penasaran orang-orang yang melihatnya.
********************************************
Catatan: Uda : Abang
Umak: Ibu
Ruduih : senjata tradisional Minangkabau, mirip dengan golok
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Nur Tini
Hahaha jadi pahit makanan itu. Ada yg manis dan cantik didepan mata. Ada uda ganteng pulak...
2022-09-05
0
Murni Agani
serba salah ya chinn😂
2022-02-17
0
TN ZAKI
mantap!!!?
2021-08-06
0