"Uda Bonar hati-hati di sana ya, jangan lupa sering-sering kemari, ini rumah kamu juga lho," seru Zulaikha pada Bonar Siregar yang akan pergi menuju kantor Nagari Sumpur Setia melamar sebagai Prajurit Hulubalang.
"Iya ... sejauh-jauhnya bangau terbang, pasti kembali ke sarang kok," jawab Bonar Siregar.
"Cih ... sok pujangga kau," sahut Alfian, kawannya yang juga ikut melamar Prajurit Hulubalang. "Zulaikha ... Uda pergi dulu ya, nanti kalau Uda sukses, akan kulamar engkau." Alfian menggodanya, namun Zulaikha hanya senyum-senyum saja menanggapinya.
"Ehemmmmm!" Bonar Siregar menatap tajam Alfian, sebab mereka sudah sering bertaruh. Siapa yang kalah dalam pertarungan silat, maka tak boleh mendekati Zulaikha.
"Apa? Hah!" balas Alfian menatap tajam juga, "Aku ini kemenakan disini, kau itu cuma penumpang! Jangan sok keras kau ya!" Alfian menantangnya.
"Sudah ... jangan ribut-ribut mulu!" Zulaikha melerai mereka, "Ini Uda Bonar, bekal makan siangmu." Zulaikha memberikan nasi dengan gulai rendang ayam dibungkus pakai daun pisang.
"Makasih ya, hati-hati disini. Kalau ada apa-apa kirim saja pesan pakai merpati itu!" Bonar Siregar menunjuk dua ekor merpati peliharaannya yang sudah jinak. "Nanti aku akan kemari segera," seru Bonar Siregar lagi.
"Iya Uda ..." jawab Zulaikha sambil melambaikan tangannya pada mereka.
Bonar Siregar sebenarnya merasa khawatir meninggalkannya, karena selalu ada saja orang yang berdatangan untuk melamarnya. Kadang-kadang ia harus turun tangan menghajar orang yang bersikap tak sopan itu.
Bonar Siregar dan Alfian berkuda kesana. Beberapa bulan yang lalu ia membeli kuda hasil penjualan kursi rotan dan ikan salai yang ditabungnya dua tahun ini. Mereka kemudian memacu kuda masing-masing menelusuri beberapa pematang sawah dan sungai kecil sebelum berakhir di kantor Ketua hulubalang Nagari Sumpur Setia. (Nagari adalah semacam kadipaten/distrik di kerajaan lain. Karena saya mengambil kesimpulan dari pepatah Minang ini, Dari Taratak menjadi Dusun, dari Dusun manjadi Koto, dari Koto manjadi Nagari, Nagari ba Panghulu.)
"Salam tuan, kami utusan dari Perguruan Silat Harimau Rao ingin memenuhi undangan dari Datuk Rimbo Berangin," seru Alfian pada Prajurit Hulubalang yang berjaga di gerbang masuk.
"Oh, kalian ya orangnya ... mari ikuti aku!" sahut salah satu Prajurit Hulubalang. Mereka kemudian mengikuti Prajurit Hulubalang itu masuk kedalam rumah panggung, yang mirip dengan 'rumah gadang' yang merupakan kantor Nagari Sumpur Setia.
"Datuk ...." Prajurit Hulubalang itu mengetuk pintu ruangan kepala Hulubalang Nagari Sumpur Setia.
"Iya masuk," sahut Datuk Rimbo Berangin. "Ada apa?"
"Utusan dari Perguruan Silat Harimau Rao telah datang, ini mereka." Prajurit Hulubalang itu mempersilahkan Alfian dan Bonar Siregar masuk.
"Baiklah, kau kembali ke posmu! Kalian silahkan duduk!" seru Datuk Rimbo Berangin.
"Ba-baik," sahut Bonar Siregar gugup. Mereka kemudian duduk bersila di tikar yang ada didepan mereka.
"Aku sudah mendengar kehebatan kalian dari Pak Idal. Beliau itu adalah sahabatku, aku yang dulu mengajaknya merantau kemari. Dia kemudian menikah dengan seorang gadis dikampung kalian dan menetap di sana. Tak kusangka ia dapat memoles pesilat tangguh seperti kalian," seru Datuk Rimbo Berangin.
"Datuk terlalu memuji kami, hahaha ...." Alfian merendah karena dipuji.
"Baiklah mulai sekarang kalian resmi menjadi Prajurit Hulubalang disini, dengan upah 50 keping emas sepekan dan akhir pekan libur. Boleh bekerja di akhir pekan dengan bayaran lembur 10 keping emas, bagi yang mau dan tak dipaksakan." Datuk Rimbo Berangin menjelaskan sistem kerja Hulubalang.
"Wah ... upahnya besar juga." Bonar Siregar senang.
"Kalian besok berangkat ke Koto Tinggi ikut pertandingan pencak silat yang diadakan oleh Kerajaan Padang Nunang. Nanti acara itu juga dihadiri oleh perwakilan dari Kerajaan Pagaruyung. Kalau beruntung, kalian akan direkrut menjadi Prajurit Hulubalang di ibukota," seru Datuk Rimbo Berangin lagi.
"Siap! Datuk!" sahut mereka serempak.
"Bagus aku suka semangat membara kalian, buktikan kalau Nagari Sumpur Setia ini memiliki pesilat tangguh!" Datuk Rimbo Berangin memuji mereka. "Kalian bergabunglah bersama pasukan lain, nanti mereka yang akan menunjukkan kemana kalian berpatroli," serunya lagi dan merekapun keluar dari ruangan itu.
Bonar Siregar ditugaskan mengawal Pedagang, sedangkan Alfian berpatroli ke beberapa kampung.
Bersambung ...
*********************************************
Catatan: Uda adalah Abang
Kemenakan adalah keponakan
Datuk adalah gelar adat
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Nur Tini
Lanjut... Thor... Mau tau nasib si bonar
2022-09-04
0
hendri adi
skalian nambah ilmu mantab bang
2022-07-24
1
triana 13
lanjut
2021-05-13
1