Keesokan harinya Zulaikha bergabung dengan teman-temannya dalam rutinitas latihan pencak silat harimau. Namun Annisa menoleh kearahnya dan menemukan sesuatu yang berbeda darinya.
"Apa kau sudah dilamar?" tanya Annisa penasaran melihat kalung indah yang dikenakannya.
"Ini hanya pemberian Uda Bonar," jawab Zulaikha malu-malu kucing.
"Cie ... cie, dilamar nih ya?" Laila juga ikut mengejeknya, "Yah ... Uda ganteng berlabuh pada Zulaikha dong, padahal aku tak kalah cantik darimu," seru Laila lagi.
"Apa? Kau dilamar!" sela Alfian ikut nimbrung di percakapan mereka, karena ia juga menyukai Zulaikha.
" Dilamar ...." Zulaikha bingung, "tapi kata Uda Bonar karena kami keluarga saja," jawab Zulaikha dengan polosnya, membuat Alfian cemberut karena ia kalah langkah dengan orang baru itu.
"Keluarga?" jawab Laila dan Annisa serempak.
"Iya ..." jawab Zulaikha bingung, kok teman-temannya serius begitu menanggapinya.
"Dilamar lah itu! Bagaimana kau ini Zulaikha. Kalau kau tak mau, kau harusnya jangan menerima kalungnya," seru Annisa menanggapi ucapan Zulaikha.
"Bilang saja supaya kau yang dilamar!" sela Laila pada Annisa yang serius menanggapi perkataan Zulaikha.
"Iya dong, hehehe." Annisa tertawa cengengesan. "Siapa yang tak mau sama Uda ganteng," serunya lagi.
"Sabar ya Alfian, masih ada kami kok!" seru Laila padanya yang keliatan murung. "Tapi bo-ong hahahaaa." Dia mengejek Alfian lagi yang bertambah kesal.
"Sudah jangan begitu," seru Zulaikha sambil senyum-senyum.
"Cih, aku latihan ditempat lain saja." Alfian meninggalkan mereka.
"Yah merajuk hahaha," seru mereka lagi mengejeknya. Namun Alfian tak menggubrisnya, kemudian Bonar Siregar lewat didepannya.
"Pagi ..." sapa Bonar pada Alfian, namun ia hanya menatap sinis padanya. "Kenapa dengannya ya?" guman Bonar Siregar bingung, ia kemudian melangkah pergi meninggalkan Perguruan Silat Harimau Rao menuju hutan di bukit dekat kampung. Ia berencana mengambil rotan kesana untuk membuat beberapa kursi dari anyaman rotan untuk dijual kembali. Karena ia sudah berniat tak akan menerima upah dari pekerjaannya di perguruan milik keluarga Zulaikha. Diberi makan dan tempat tinggal saja sudah hadiah terbesar dalam hidupnya.
"Aku bikin lukah ikan juga lah," guman Bonar Siregar menebas batang bambu didepannya. Dia bolak-balik hampir setengah hari dari bukit ke perguruan membawa beberapa rotan dan bambu.
"Buat apa itu?" tanya Basridal Chaniago padanya yang melihatnya bolak-balik dari tadi membawa rotan dan bambu.
"Hehehe buat dianyam pak, bikin kursi dan lukah ikan," jawabnya. "Apa Pak Idal bisa mengajari saya cara membuatnya?" tanya Bonar Siregar lagi, sebab ia sebenarnya tidak pandai membuatnya. Namun karena tekadnya ingin mandiri mendorongnya untuk mencoba membuatnya.
"Bisa ... sini saya ajarin." Basridal Chaniago membuat sebuah contoh anyaman kursi dari rotan dan lukah ikan dari anyaman bambu. "Bagaimana kau sudah bisa?" tanya Basridal Chaniago lagi, setelah membuat contohnya.
"Bisa!" Bonar Siregar lansung duduk dan membuat sebuah kursi dari anyaman bambu, sedangkan Basridal Chaniago pergi meninggalkannya.
Sore harinya ia sudah membuat dua buah kursi dari anyaman rotan dan sebuah lukah dari anyaman bambu. Setelah murid-murid Perguruan pulang, Basridal Chaniago kembali datang untuk menengoknya.
"Wah ... hebat juga kau ya, kukira kau tak akan mampu tadi." Basridal Chaniago memuji Bonar Siregar.
"Hahaha tapi tak sebagus buatan Pak Idal," jawab Bonar Siregar merendah.
"Sepertinya kamu itu sangat pintar dan tangkas, bagaimana kalau aku ajarin kamu beberapa gerakan silat." Kemudian Basridal Chaniago menunjukkan semua gerakan silat yang ia kuasai. " Bagaimana?" serunya lagi sambil tersenyum, ia yakin Bonar Siregar pasti mengingat semua gerakan yang ia peragakan.
"Aku coba dulu pak," serunya sambil memperagakan semua gerakan yang telah diperagakan oleh Basridal Chaniago.
" Hahaha bagus-bagus!" Dia memujinya, "baiklah ayo kita latih tanding," seru Basridal Chaniago memasang kuda-kuda.
"Jangan terlalu serius ya Pak!" Bonar Siregar berinisiatif menyerang lebih dulu. Basridal Chaniago hanya menangkis semua serangannya.
"Bagus, kau memang hebat. Aku yakin tahun depan kau sudah tak terkalahkan lagi," seru Basridal Chaniago mengakhiri latih tanding mereka. "Berlatihlah dengan giat, nanti saya daftarin kamu menjadi prajurit hulubalang," serunya meninggalkan Bonar Siregar yang bengong disana.
"Apa? Aku menjadi prajurit hulubalang? Hehehe." Bonar Siregar tertawa bahagia, "Jadi aku bisa dong menyisihkan sebagian upahku untuk pak Idal, supaya ia bisa merenovasi perguruan ini menjadi perguruan yang terkenal seantero Rao ini," guman Bonar Siregar senyum-senyum sambil menyimpan kursi rotan buatannya.
Bonar Siregar kemudian memasang lukah ikan yang dibuatnya ke sungai dekat perguruan. Rutinitas ini ia kerjakan setiap hari dan menjual kursi rotan buatannya ke pasar, serta memperdalam gerakan silat harimau yang ia pelajari dari Basridal Chaniago.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Nur Tini
Cerita nusantara ini lbh masuk akal daripada fantasi Timur yg hebat itu...
2022-09-04
0
B. JL ❣️🗝️
lanjut lagi
2021-05-24
1
Sis Fauzi
Minggu malam hadir bawa like, comment, rates 🌟🌟🌟🌟🌟
2021-05-23
2