"Semua perkenalkan dia adalah Bonar Siregar, datang merantau kesini dari negeri Tapanuli. Mulai sekarang dia akan menjadi asistenku, bertemanlah dengannya, ya ...." Basridal Chaniago memperkenalkan Bonar Siregar pada murid-muridnya.
"Eh ... Uda Bonar jadi asisten ayah?" Zulaikha terkejut mendengarnya.
"Eh itukan si ganteng," seru Laila sambil menyenggol lengan Zulaikha.
"Oh itu ya si ganteng yang kau bilang itu, hehehe kenalkan padaku dong ...." Annisa ikut menggoda Zulaikha yang tersipu malu.
"Ganteng dari mana? jelek begitu," seru Alfian ikut nimbrung di percakapan mereka.
"Cie ... cie, dia cemburu! Gantengan diapun daripada kau, tuh tengok dengan kacamata kuda. Jelas jauh gantengan dia, ah ... sepertinya aku jatuh cinta." Annisa meledek Alfian.
"Hush ..." seru Laila menepuk pundak Annisa. Uda ganteng sudah ada yang punya lho," seru Laila sambil melirik Zulaikha yang tersipu malu.
"Cih, orang yang tak jelas asal-usulnya kalian dambakan," sahut Alfian lagi dengan sinis.
"Hei kalian berempat jangan ribut-ribut!" Basridal menegur mereka.
"Maaf Pak Idal," jawab mereka serempak kembali ke barisan masing-masing.
"Kau Nak Bonar, kerjakan saja apa yang menurutmu bisa kau lakukan ya," seru Basridal Chaniago. Dia memulai pelajaran silat untuk murid-muridnya.
Bonar Siregar kemudian bingung mau ngapain, ia berjalan kebelakang Perguruan Silat Harimau Rao dan melihat ada sungai disana.
"Ah, aku bantu cari ikan saja, biar tak perlu beli lauk lagi," guman Bonar Siregar sambil turun ke dalam sungai. Dia mulai menyelam dan meraba-raba lubang didalam air tempat ikan Baung biasanya bersarang. "Sepertinya ada lubang yang besar disini," guman Regar meraba lubang besar dalam sungai.
"Brokkkbrukkkk." Gelembung air keluar dari lubang, karena Bonar Siregar memegang insang ikan Baung sebesar betis orang dewasa. Baung tersebut melawan dengan memaksa mundur lebih dalam, Bonar Siregar tetap berusaha menariknya keluar dengan menekankan kakinya ke tanah dasar sungai, ia tak bisa berlama-lama lagi, telinganya mulai berdengung karena terlalu lama menahan nafas dalam air. "Ah gawat, ayolah ...." Bonar Siregar menariknya sekuat tenaga dan perlawanan Baung tersebut melemah serta akhirnya keluar dari lubang itu. Bonar Siregar Kemudian berjongkok dalam air dan mendorong kakinya keatas supaya cepat muncul kepermukaan.
"Akh ... ah ...." Kepalanya mencapai permukaan sebentar dan tenggelam kembali, ia kemudian mendorong kakinya keatas dan terus mengulang-ulang hingga mencapai tepi sungai. Dia tak berenang sebab kedua tangannya memegang insang ikan Baung besar itu supaya tak lepas karena Baung tersebut terus meronta-ronta.
"Hehehe apakah mereka suka ya," guman Regar membawa ikan Baung besar itu beserta beberapa Baung kecil lainnya yang didapatnya tadi.
Sementara itu di dalam Perguruan Silat Harimau Rao, Zulaikha bingung tak melihat Bonar Siregar di dalam rumah. "Kemana dia ya?" gumannya, "bukannya dia menjadi asisten ayah. Apa ayah memberikan pekerjaan diluar perguruan padanya," gumannya lagi melangkah ke belakang rumah.
"Hai Zulaikha, aku bawa Baung besar nih ...." Bonar Siregar memperlihatkan tangkapannya sambil merangkak memanjat tebing belakang rumahnya naik keatas dari bawah sungai.
"Eeeee, kau disuruh ayah menangkap ikan?" seru Zulaikha bingung.
"Bu-bu-bukan, ini inisiatifku sendiri. Habisnya pak Idal bilang kerjakan saja apa yang bisa kukerjakan hahahaha." Bonar Siregar tertawa canggung.
"Aduh, Uda Bonar nih, ada-ada saja kerjaannya. Mendingan ikut berlatih saja. Sini biar kumasak ikannya." Zulaikha mengambil ikan Baung yang dibawanya. "Sudah sana pergi mandi, nanti kau masuk angin lho," seru Zulaikha dengan senyum manisnya yang membuat jantung Bonar Siregar berdegup kencang.
"Hahaha, aku mandi dulu." Bonar Siregar masuk kedalam mau mengambil handuk.
"Hah ..." Annisa kaget dan melompat kebelakang sambil memasang kuda-kuda siap menyerang, sontak saja Bonar Siregar mengangkat kedua tangannya sebagai tanda menyerah, takut nanti Annisa memukulnya.
"Ah maaf ... aku mengagetkanmu," seru Bonar Siregar.
"Hahaha." Zulaikha tertawa terbahak-bahak melihatnya. "Kalian lucu sekali," seru Zulaikha tak henti-hentinya tertawa.
"Hahaha, aku takut dipukulnya nanti," jawab Bonar Siregar tertawa canggung sambil menggaruk-garuk tangannya.
"Tak apa Uda ganteng ...." Rayu Annisa memegang tangan Andri, membuat mukanya memerah dan detak jantungnya kembali berdegup kencang.
"Ehemmm ..." Zulaikha memelototi Annisa.
"Bercanda kok, ya kan Uda ganteng," seru Annisa tersenyum menggoda pada Bonar Siregar yang malah salah tingkah, ia bahkan menabrak pintu ketika memasuki rumah saking groginya digoda Annisa.
"Kau ini ...." Zulaikha geram melihat kelakuan Annisa yang menggoda Bonar Siregar.
"Jangan gitulah, kita harus bersaing dengan sehat. Masa kau saja boleh bersamanya." Annisa malah menggoda Zulaikha juga.
"Dia itu pegawai kami, kau itu murid disini. Tak boleh berbuat aneh-aneh tahu ...." Zulaikha memarahi Annisa, namun ia hanya tersenyum-senyum saja menanggapinya.
"Wah besar sekali ikan ini, apa ini hasil tangkapan calon suamiku," seru Annisa mengalihkan pembicaraan.
"Iya ..."jawab Zulaikha kecus.
"Cih, jangan cemburu gitu dong!" Annisa kemudian membantunya membersihkan ikan itu.
Mereka kemudian menggulai sebagian ikan baung itu dan sebagian lagi disalai untuk besok. Setelah selesai memasak, Zulaikha memanggil Bonar Siregar dan ayahnya makan siang.
"Hmm enaknya ikan tangkapan Uda Bonar," seru Annisa ikut makan bersama, ia tak pulang ke rumah seperti murid lainnya.
"Kenapa kau malah makan disini!" seru Zulaikha bingung, biasanya diajakpun ia tak mau makan dirumahnya.
"Ah, kau ini, tuan guru saja tak meleraiku. Kau sahabatku malah teganya begitu," jawab Annisa pura-pura sedih. Bonar Siregar yang makan dipojokan hanya tersenyum melihat tingkah kedua orang itu.
"Sudah ... sudah, makan saja." Basridal Chaniago melerai mereka.
"Cih, pasti dia ingin merayu Uda Bonar," guman Zulaikha mengambil kepala ikan Baung yang besar itu hingga memenuhi piringnya.
"Apa itu habis?" tanya Annisa melongo melihatnya.
"Iya ..." jawabnya lansung memakannya, namun baru makan sedikit ia sudah kekenyangan. "Ah, tak habis ..." seru Zulaikha pelan.
"Kan, harus habis! tak boleh begitu membuang-buang makanan. Bonar telah capek-capek menangkapnya," seru ayahnya, Basridal Chaniago.
"Aaaaaa, tapi perutku sudah penuh," jawab Zulaikha memelas.
"Makanya jangan rakus, apa tak malu dilihat Uda ganteng hehehe." Annisa melirik kearah Bonar Siregar yang asyik menyantap makanannya.
"Sini kubantu, kalau tak habis," sahut Bonar Siregar yang diam saja dari tadi.
"Yey, wuuuuuu." Zulaikha senang dan menjulurkan lidahnya mengejek Annisa.
"Cih, ternyata Uda ganteng lebih memilihnya! Teganya kau mengiris-iris hatiku ini, tidakkkkkkkk." Annisa pura-pura sedih.
"Kalian ... hah!" Basridal Chaniago meninggalkan dapur dan kembali ke halaman rumah untuk bersiap-siap kembali melatih anak-anak belajar silat.
"Hihihi, sudahlah ayo kita pergi juga," seru Annisa takut nanti Basridal Chaniago marah, mereka mengikutinya ke halaman rumah dan meninggalkan Bonar Siregar seorang diri makan di dapur.
Beberapa saat kemudian, Bonar Siregar pergi ke halaman rumah dan menyapu halaman sambil memperhatikan murid-murid yang sedang berlatih.
"Ah, Uda Bonar melirik kesini, apa dia memperhatikan aku ya?" Annisa kembali menggoda Zulaikha yang berada disampingnya.
"Hei fokuslah, bercanda mulu!" sahut Alfian yang merasa terganggu.
"Ah, kau tak asik! Ganggu kesenangan orang saja," jawab Annisa kembali berlatih dengan serius. Sedangkan Zulaikha hanya tersenyum saja melanjutkan latihannya sambil sekali-sekali melirik kearah Bonar Siregar yang sedang menyapu halaman.
Sorenya harinya semua murid kembali ke rumah masing-masing, kini di perguruan hanya tinggal Zulaikha, Bonar Siregar dan ayahnya. Zulaikha sibuk memasak di dapur dan ayahnya memancing dibelakang rumah. Sedangkan Bonar Siregar melirik kesana-kemari dan tak melihat orang disekitarnya. Lantas iapun mulai memperagakan gerakan silat yang telah diperhatikannya tadi dari murid-murid yang sedang berlatih.
"Hm, lumayanlah. Aku sudah bisa gerakan dasar," guman Bonar Siregar. Tadi ia hanya memperhatikan latihan murid pemula, ia juga berpikir tak bagus belajar lansung melompat keatas. "Dengan begini aku bisa bekerja sekaligus belajar hahahaha." Bonar Siregar tertawa sendiri.
"Hei kenapa kau tertawa sendiri?" seru Zulaikha yang datang dari dalam rumah.
"Ah, eh ... aku melihat tupai berantem. Lucu sekali hahaha," jawab Bonar Siregar berbohong pada Zulaikha.
"Ada-ada saja, cepat kau panggil ayah untuk makan malam. Kalau tak dipanggil nanti, bisa tengah malam itu dia baru pulang," seru Zulaikha lagi dan Bonar Siregar lansung menuju halaman belakang mencari Basridal Chaniago, sedangkan Zulaikha mempersiapkan makanan.
************************************************
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Nur Tini
Ikan tenggiri ikan baung. Kalau ditegur jgn meraung
2022-09-04
0
Abang Lon
saya kasi kopi ya thor,,, 😊😊😊
2022-03-08
1
Dhina ♑
Alfian cemburu kan, pada Bonar
2021-08-02
0