"Uda ... awasssss!" Bonar Siregar berteriak memperingati Malin, karena harimau itu meloncat ke arahnya.
"Apa ... sial!" Malin melompat dari kereta kuda.
Melihat Malin melompat, Bonar Siregar ikut melompat juga, karena harimaunya berada diatas kereta. "Uda ... apa kau tak apa?" tanya Bonar Siregar sambil memegang tangan kirinya yang kesakitan akibat melompat dari kereta yang melaju kencang.
"Tak apa, ayo kita lari. Mumpung dia masih menerkam kudanya, kita kembali saja ke Kota Nopan mencari bantuan," seru Malin sambil memungut kembali Ruduih miliknya di tanah. Ruduih itu ikut terlempar tadi ketika ia melompat.
*gambar Ruduih*(senjata tradisional Minangkabau)
"Awas Uda ...." Bonar berteriak karena tiba-tiba dari semak-semak seekor harimau kembali muncul.
Dengan sigap, Malin langsung membaringkan tubuhnya, sehingga harimau tersebut kelewatan dan tak sampai menerkam Malin.
"Hati-hati ... sini kebelakangku, Nak," seru Malin pada Bonar Siregar. Dia memasang kuda-kuda dan bersiap mengayunkan Ruduih miliknya. Sedangkan harimau melangkah ke kiri dan ke kanan, sambil mengaum. Tak lama kemudian harimau pertama tadi kembali menyusul mereka.
"Ah gawat Uda, harimau tadi datang lagi!" Bonar Siregar panik, sebab ia tak pandai bersilat.
"Ah sial ... kalau satu, aku mungkin bisa menang dengan silat harimau yang ku pelajari, namun ini dua. Belum lagi aku harus melindungi anak ini," guman Malin. "Nak, dengarkan aba-aba ku, ya!" seru Malin pada Bonar Siregar.
"Iya Uda ..." jawab Bonar Siregar pelan, kakinya kini gemetar dan terkencing-kencing di celana karena ketakutan.
"Lari!" teriak Malin dan Bonar Siregar yang kaget, sontak lansung berlari. Namun ketika ia menoleh ke belakang, Malin tidak mengikutinya.
"Uda ...." Bonar Siregar berhenti berlari.
"Jangan berhenti bodoh! Cepat lari! jangan tengok kebelakang! Cepattttt!" teriak Malin, yang mulai menyerang Harimau itu dengan senjata Ruduih miliknya.
"Aaaaa, maafkan aku Uda ...." Bonar Siregar berlari, ia turun ke tebing memotong jalan, berlari dengan kencang sesuai dengan arahan Malin. "Kau baik sekali Uda Malin, kalau kita bertemu lagi, aku akan membalas jasamu," guman Bonar Siregar terus berlari.
Sementara itu Malin melawan kedua harimau itu dengan silat harimau yang dikuasainya. "Hiyyaaaa..." Malin melompat ke kiri dan harimau itu menerkam kearahnya, namun Malin bergerak berguling menipu harimau itu dan menebas perutnya sewaktu masih diudara ketika mau menerkamnya. Dia berhasil menebas perut harimau itu, namun harimau satunya lagi menerkam lehernya.
"Akh ...." Suara teriakan kesakitan dari Malin menggema hingga ke lereng bukit.
"Uda ...." Bonar Siregar berhenti berlari. "Apakah engkau telah tiada," guman Bonar Siregar. Air matanya terus mengalir, namun ia tak berani mengeluarkan suaranya. Takut nanti harimau-harimau itu mendengarnya.
Sementara itu Malin kesakitan karena lehernya digigit oleh harimau satunya lagi. Dia mencoba berguling untuk melepaskan gigitannya, namun harimau itu malah mengencangkan gigitannya.
"Ah sial, tenagaku mulai habis," guman Malin. Karena darah segar telah mengalir dari lehernya, ia kemudian menoleh ke depannya dan merangkak ke sana, menyeret harimau yang menggigit lehernya. "Ah sial, ayo mati bersama!" Teriak Malin melompat ke jurang. Mereka berguling-guling hingga kedasar jurang, namun arahnya malah sama dengan Bonar Siregar yang kabur itu.
"Grerrrrrr ...." Harimau itu berdiri di depan Bonar Siregar, walaupun ia penuh luka sayatan dan juga jatuh dari atas bukit. Namun harimau itu masih bisa berdiri.
"Ah, sial ...." Regar memegang kedua Kerambit ditanganinya. Ia kemudian memasang kuda-kuda seperti yang Malin lakukan tadi. Ketika harimau itu menerkam kearahnya, Bonar Siregar melompat juga dan memeluk harimau itu sehingga ia tak bisa menggigit Bonar Siregar.
"Mati kau ... *b*rengsek!" Teriak Bonar Siregar sambil menusuk-nusuk perut harimau.
"Grerrrr ...." Harimau itu kesakitan dan mengguling-gulingkan badannya sambil mencakar punggung Bonar Siregar. Namun ia tak mau melepaskan pelukannya dan terus menghujaninya dengan tusukan. Darah segar terus-menerus mengalir dari perut harimau itu, hingga ia mati akibat pendarahan dan luka yang menganga diperutnya.
Bersambung ...
📒 Catatan
Uda adalah Abang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
ar wahkhu
mandau
2023-03-01
0
Nur Tini
Bagus Ceritanya, gak kayak cerita Timur, penuh dgn keajaiban. Bisa terbang, bisa menghancurkan kota dll yg menakjubkan.
2022-08-21
0
Mr. Dirg Ant
Coba di crop, agak bagus liat nya.
2022-07-27
0