"Baju ini lama lama berat juga!, aku tidak betah!" keluh freya.
"Ah iya, aku hubungi saja pandu" ujar freya, freya pun meraih ponselnya dan mencari nomor pandu, lalu ia memencet nomornya.
Sementara itu....
pandu sedang terlibat sebuah perkelahian antara sesama lelaki.
"Dasar bujang lapuk! arghh" teriak seorang pria kesakitan.
"Inilah, hukuman untuk orang yang berani berurusan dengan tuan kami!" balas pandu dengan datarnya.
Pandu sama sekali tidak mendengar suara lain selain suara tembakan juga suara pukulan, jadi ia jelas tak mengangkat telefon si nyonya.
Kondisi freya......
"Kenapa tidak diangkat?, apa dia lupa cara menggunakan ponsel ya?" ucap freya bicara sendiri.
"Sudahlah aku buat tidur saja!" sambung freya dengan perasaan dongkol, freya pun merebahkan dirinya dan memejamkan matanya.
Kelama-lamaan freya pun tertidur , saat freya tidur, freya bermimpi..
di alam mimpi....
Freya tiba tiba berada di sebuah taman indah di hadapannya ada kedua orang tuanya yang sudah meninggal saat freya masih berumur 5 tahun, mulai saat itulah freya belajar hidup mandiri.
"Frey, maafkan kami" ujar ibu freya menangis di pelukan ayahnya.
"Bu, apa benar ibu dan ayah menggadaikan ku?!" gertak freya dengan nada yang sedikit pelan.
"Maafkan kami nak" ucap ayah freya menatap sendu ke arah Freya.
"Jawab frey!" teriak freya meminta jawaban pasti.
"I—iya nak, kami terpaksa melakukannya" sahut ibu freya,
pernyataan itu membuat freya bersimpuh dan menangis.
"Sekali lagi maafkan kami nak" ujar ayah freya yang hanya bisa menatap wajah bersimbah air mata milik Freya.
Lalu ayah dan ibu freya melambai lambaikan tangannya tanda perpisahan meskipun ibunya masih menangis.
Freya yang sibuk menangis dan meratapi nasibnya pun tidak menghiraukannya.
Lalu latar mimpinya berubah menjadi hitam.
di kehidupan nyata....
Freya tetap tertidur lelap namun dirinya meneteskan air mata, air mata terus mengalir dari pelupuk mata freya, freya terus berguling guling hingga dirinya jatuh di bawah tempat tidurnya.
GLUDAK
Suara freya yang terjatuh, sontak freya terjingkat dan teringat mimpinya.
TES TES TES
Bunyi air mata yang keluar dari mata freya, matanya terus keluar air mata
hatinya masih merasa sakit atas pengakuan orang tuanya.
Meski ia tau duluan dari pandu tetapi saat ia mendengar pengakuan lanhsung dari orang tuanya, ia merasa sangat sakit hatinya berasa diiris-iris.
"Teganya kalian bu, yah" ucap freya masih menangis.
"Kalian tega pada f—frey" sambung freya masih menangis dengan sesegukan.
"Berarti saat kecil diri ku sudah digadaikan pada tuan misterius ini!" ujar freya menangis namun bibirnya membentuk senyum miris.
"Sepertinya nas—nasibku benar benar memprihatinkan!" Freya lalu menutup wajahnya sendiri.
Senyum gentir selalu menemani tangisan freya yang terus mengalir dari mata hingga jatuh di bawah lantai sana.
"Sepertinya nasib orang kaya selalu beruntung, sedangkan aku? yang mengamen bahkan seharian tidak ada yang memberiku uang sepeserpun!" ujar freya terus meratapi nasib, yah terkadang dunia ini memang tidak adil.
"Apa ini yang dimaksud takdir?" ujar freya tersenyum paksa.
"Apa yang harus kulakukan sekarang? siapa yang bisa membantuku?" tanya freya lagi namun sayang beribu sayang tak akan ada yang bisa mengetahui keluhan Freya.
"hiks frey, ingatlah prinsipmu!" ujar freya lalu menghapus air matanya meski luka itu masih sangat membekas di hatinya akan tetapi tidak ada gunanya dirinya menangis tidak ada gunanya sama sekali, takdir pun tak akan berubah.
"Sebaiknya aku harus selalu sabar menghadapi takdir ini" ucap freya memberi motivasi pada diri sendiri.
"Seharusnya aku tidak menangis, aku harusnya mencari penyelesaian" ujar freya memukul kepalanya pelan.
"Tapi bagaimana? aku kabur dari rumah ini jelas tidak bisa" ujar freya berfikir keras.
Lalu ada orang yang tiba tiba masuk ke kamar freya begitu saja.
"Nyonya, kenapa nyonya menelefon saya?" tanya pandu sambil mengatur nafasnya yang terasa tidak teratur.
"Pan, kau dari mana?" tanya freya curiga pada pandu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments