"What! Kau serius dengan yang kau katakan?" tanya lawan bicara pandu, walaupun begitu wajah pria ini tetap datar.
"Saya serius tuan, maaf tuan saya tadi agak lama nyonya meminta saya mengajarinya menggunakan ponsel," jawab pandu, padahal pria itu yang menawari Freya, huh menyebalkan sekali.
"Apa kau mengajarinya dan memperlihatkan fotoku pada wanita itu?" tanya lawan bicara pandu, pandu yang memang sedari tadi menunduk pun mengangkat kepalanya. Seketika ia merasa bahwa manik mata biru itu sedang mengulitinya.
"Iya tuan, tuan maaf jika saya lancang tapi apakah tuan tidak akan menemui nyonya secara langsung?" tanya pandu hati-hati.
"Untuk sementara ini tidak, apa kau keberatan?" tanya pria itu sambil menatap tajam pada pandu.
"T—tidak tuan, saya tidak keberatan," jawab pandu agak tergugup sebab kakinya sudah bergetar tak karuan.
"Tuan, apa menurut anda nyonya akan kabur jika mengetahui kenyataannya?" tanya pandu.
"Mungkin iya mungkin tidak, dan aku tidak peduli dengannya, kau tau sendiri apa yang ku incar dari gadis itu, bukan?" jawab pria itu dengan datarnya.
"Jika nyonya kabur bagaimana tuan?" tanya pandu seolah tak menyadari bahwa tuannya telah bangkit menjadi mode singa.
"Kenapa kau banyak bertanya hari in, pandu?!" bentak pria itu.
"Baiklah tuan, maafkan saya," ujar pandu mencoba menormalkan rasa ke-kepoannya yang sudah mencapai tingkat tinggi.
"Dari pada kau bicara terus seperti itu, kerjakan tugas yang kuberikan padamu!" Perintah pria itu tanpa menoleh ke arah pandu sama sekali.
"Baik tuan," ucap pandu patuh.
Pandu pun segera undur diri dari ruangan itu, ia pergi untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh seorang pria yang merupakan majikannya.
"Dasar Mr arrogant," umpat pandu saat ia menuruni tangga.
"Siapa yang kau maksud pan?" tanya freya yang ternyata sedang duduk di sofa ruang tamu.
"N—nyonya? Bagaimana anda bisa ada disini?" tanya pandu seolah tak percaya.
"Aku bosan di kamar jadi aku memutuskan untuk keluar berkeliling," jawab freya.
‘Hmm, sebenarnya sih aku sedang mencari cara untuk kabur dari sini, tapi... keamananya sangat ketat, jadi bagaimana bisa aku menembusnya?’ batin Freya berperang.
"Nyonya jujur saja anda ingin mengetahui nama tuan kami bukan?" tanya pandu yang memang sejak dahulu pandai untuk mengetahui apa yang difikirkan orang lain.
"Tidak sama sekali!" jawab freya lalu pergi meninggalkan pandu.
'Te**rserah anda saja nyonya ' batin pandu tersenyum tipis laku melanjutkan langkahnya.
sementara itu....
"Kenapa aku bahkan tidak mengetahui nama suamiku sendiri? Para bibi pelayan itu bahkan tidak memberitahuku!" ucap freya kesal.
Ia sedari tadi menanyai para pelayan juga pengawal yang ada di rumah itu namun tidak ada yang berani mengungkapkan nama tuan atau majikan mereka sendiri.
Seolah-olah tuan mereka itu selalu mengawasi dan mengetahui semua yang terjadi di rumah ini.
"Memangnya tuan mereka itu indigo apa?! Sehingga dia bisa mengetahui semua yang terjadi di belakangnya?!" ucap freya kesal.
Pada akhirnya ia hanya menghela nafasnya, meratapi nasibnya yang sama sekali tidak berdaya.
"Tunggu, mengapa suasana di rumah ini seperti di kuburan?" tanya freya sendiri.
"Bahkan disini, tidak ada yang berani tertawa, entah sihir apa yang digunakan oleh tuan mereka itu!" ujar freya terus berbicara sendiri bak orang g*la.
"Apakah tuan mereka seseram itu hingga semua orang takut padanya? Apakah tuan mereka adalah orang yang kejam?" tanya freya sendiri.
"Dan kenapa aku bicara sendiri?!" ujar freya merutuki dirinya yang sejak tadi berbicara sendiri.
Freya terus berbicara hingga tanpa ia sadari ia memasuki sebuah ruangan.
"R—ruangan apa ini?, mengapa banyak buku?" ujar freya bertanya tanya.
"Apakah ini yang orang orang maksud perpusta.. perpustakaan yah semacam itulah?" imbuh freya.
Freya memang dari kecil sudah mengamen, ia tidak pernah merasakan dunia persekolahan. Itu sebabnya ia tidak bisa membaca ataupun menulis.
Freya mendengar cerita kehidupan persekolahan dari para mahasiswa yang sedang mengobrol.
sedikit sedikit ia mengetahui tentang kehidupan prasekolah.
"Wah, banyak sekali buku," ujar freya terkagum kagum, padahal kebanyakan mahasiswa benci pada tempat yang penuh buku tersebut.
Freya pun berlari kesana kemari meski pakaian yang dipakainya masih baju pengantin akan tetapi freya nyaman saja mengenakannya sedari tadi.
"Buku ini sepertinya menarik" ujar freya mengambil sebuah buku yang terlihat berwarna gelap.
"Tapi, bagaimana aku bisa membacanya?" tanya freya memegang tengkuknya bingung.
"Aku simpan saja, nanti aku suruh orang untuk membaca atau aku membacanya saat aku sudah bisa membaca!" ucap freya semangat.
Freya pun keluar membawa buku itu dan memasuki kamar yang ia tempati tadi. Ia menaruh buku itu di dalam laci, menunggu kesempatan agar ia bisa membaca buku tersebut sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Imam M Maryati
minta di ajarin aja sama pandu
2021-05-22
2