Tentang Sebuah Rasa

Tentang Sebuah Rasa

Berubah dalam Sehari

#Yang sudah baca Cerpen Lhu-Lhu di skiip gak papa bagian ini. Karena sama :")

Kehilangan. Hal yang amat sangat tidak disukai oleh setiap individu. Dari kehilangan seseorang dapat membawa dirinya menjadi kuat atau bahkan menjadi terpuruk. Wardah Asyifa Alifia. Ia merupakan salah satu dari mereka yang kehilangan.

Suasana bahagia tengah menyelimuti keluarga Pak Herman saat ini. Seluruh keluarga tengah berkumpul menyambut datangnya hari kemanangan umat Islam. Kakak juga menyempatkan untuk pulang kali ini setelah tahun lalu tidak bisa pulang. Hari yang sangat langka untuk berkumpul bagi keluarga kami. Kakak yang harus bekerja sementara aku yang harus belajar di pesantren.

Kulihat Ayah begitu bahagia. Begitupun dengan Ibu, kulihat ia tak lepas dari senyumnya. Ketika tengah asik bercerita tiba-tiba datanglah seseorang. Mungkin itu tamu hari raya. Mengingat jika biasanya ditempatku para tetangga atau teman sering berkunjung ke rumah untuk bersilaturrahim.

“Assalamualaikum”. Sapa tamu itu. Dua orang bapak-bapak seumuran dengan Ayah.

“Waalaikumussalam”. Jawab kami yang ada di ruang tamu.

“Oh, itu teman Ayah”. Ujar Ayah menghampiri tamunya.

Terlihat Ayah tengah bercakap-cakap dengan temannya. Sementara Aku, Bunda, kakak beserta istrinya pindah keruang keluarga. Tak ingin mengganggu suasana para bapak-bapak. Seru sekali sepertinya bahasan mereka. Tawa mereka sampai terdengar dari sini. Ayah tampak begitu akrab dengan temannya. Mereka seperti sahabat karib. Aku sempat takut melihat raut wajahnya. Mereka berdua jika melihat tatapannya begitu tajam. Walaupun sebenarnya tak terlalu seram.

“Kenapa dek?”. Tanya Kak Yusuf.

“Teman Ayah agak seram kak. Mereka bertubuhnya lebih tinggi dari Ayah, tatapannya serem, pakaiannya juga terlihat berbeda”. Jawabku.

“Yang disebelah dekat Ayahmu itu yang tinggi, Bunda tak asing melihatnya. Tapi, yang lebih pendek itu Bunda masih asing melihatnya”. Sambung Bunda.

Hari menjelang siang, para tamu Ayah belum juga pergi dari rumah. Sampai sudah datang tamu yang lainnya silih berganti. Teman Ayah itu masih saja nyaman mendudukan di sofa. Sepertinya sofanya benar-benar nyaman.

“Kamu bilangin Ayah nduk, ajak teman-temannya makan siang. Bunda dan Mbakmu akan menyiapkannya”. Ujar Bunda.

“Iya Bunda”. Jawabku. Kulangkahkan kakiku keruang tamu untuk menghampiri Ayah. Kemudian sedikit kupelankan suaraku didekat telinga Ayah dengan merangkul pundaknya.

“Bunda ngajak makan siang Yah, sudah disiapkan oleh Kakak dan Bunda”. Ujarku.

“Siap tuan putriku”. Jawab Ayah dengan suara pelan juga.

“Putrimu sudah besar ternyata Man, kelas berapa dia?”. Sayup-sayup kudengar pertanyaan teman Ayah.

“Baru Aliyah, sederajat dengan SMA. Oh iya, ayo kita makan bersama. Sudah lama sekali kalian tidak berkunjung kemari”. Jawab Ayah sekalian mengajak teman-temannya untuk makan bersama.

“Sudah lama tak berkunjung, sekali berkunjung merepotkan keluarga kalian”. Jawab Teman Ayah.

“Ah, tentu saja tidak. Mari keruang belakang”. Jawab Ayah.

Jika biasanya kami makan bersama di ruang makan, kini Bunda berinisiatif untuk makan bersama diruang keluarga. Alasannya ingin lesehan katanya. Hahaha. Rumah Ayah cukup besar sebenarnya. Untuk gaji seorang dosen disebuah Universitas Swasta, Alhamdulillah bisa membeli rumah dan dapat menampung keluarga kami jika berkumpul semuanya.

Aku sedikit canggung untuk makan siang kali ini. Sebab tamu Ayah selalu saja menanyaiku tentang hal-hal yang tak penting menurutku. Bahkan selalu saja mendesakku agar mengenal mereka. Jelas-jelas aku tak tahu mereka ini siapa. Jika memang benar mereka dulu sering kemari, mungkin aku masih kecil dan sudah lupa sekarang.

Setelah Ayah kebelakang untuk mengambil tusuk gigi katanya. Bunda ternyata lupa untuk membawanya ke depan. Kebiasaan Ayah memang membersihkan sisa makanan di giginya menggunakan tusuk gigi. Jika tidak, Ayah akan mengeluh sakit gigi sepanjang hari bahkan bisa dua sampai tiga hari.

“Kamar mandinya dimana ya Bu? Saya mau ke kamar mandi”. Tanya salah satu teman Ayah.

“Kamar mandi tamu ada di dekat dapur itu Pak, sebelah kanan tembok”. Jawab Ibu. Teman Ayah pergi kemar mandi. Selang beberapa waktu, teman Ayah yang satunya pun ikut berpamitan ke kamar mandi.

“Kok di kamar mandi lama banget ya Bun? Jangan-jangan nanti bapak yang kedua nungguin di depan pintu. Kasihan dong”. Ujarku pada Bunda.

“Lho, iyaa ndok. Kamu tunjukan kamar mandi yang dibelakang saja kalau gitu. Kasihan kalau nunggu. Ayahmu juga mana sih, kok gak kesini-sini”. Jawab Bunda.

“Mungkin slilitannya banyak Bun, Bunda sih kalau masak Bebek gak di lembutin lagi, hahaha”. Canda kak Yusuf kakak kandungku.

Aku berjalan kebelakang untuk memberitahu pada teman Ayah kamar mandi yang satunya agar tidak menunggu. Kulihat kamar mandi dekat dapur sudah terbuka. Itu berarti teman Ayah sudah selesai. Tapi kemana ya? Kok tidak ke depan. Berbagai pertanyaan mulai muncul diotakku. Atau mereka ada di halaman belakang ya? Kucoba melangkah ke halaman belakang.

DEG! Astaghfirullah’aladzim. Apa yang lihat ini? Kudekati tubuh yang tergeletah di rerumputan hijau itu. Sudah tak terlihat hijau lagi, kini telah berubah merah tepatnya.

“Ayyaaahhh”. Suara parauku dan tetesan bening dari mataku mulai merambah keluar.

“Putt.puuttriiku”. Suara terlihat begitu lemah. Terduduk aku disisi Ayah. Mulailah kuletakkan kepala Ayah dipangkuanku dan kugenggam tangan beliau.

“Asyhaduallailaahaillallaah Waasyhaduallailaahaillallaah”. Kutuntun Ayah untuk mengucapkan kalimat syahadat. Tak kuasa hati ini memandang keadaan Ayah saat ini. Gemetar tubuh ini tak dapat kutahan lagi.

“Asyhaduallailaahaillallaah Waasyhaduallailaahaillallaah 3X. Laailaahaillallaah”. Kembali kutuntun beliau.

“Astaghfirullahaladziim! Maaas! Mas Hermaaan!”. Teriak Bunda dari arah belakangku. Bunda bersimpuh di samping tubuh Ayah. Membantuku untuk membimbing Ayah agar dapat menyebut kalimat mulia sang pencipta jagat raya.

Kak Yusuf menyusul kebelakang diikuti Kak Ani istrinya setelah mendengar jeritan Bunda. “Astaghfirullah!”. Jerit mereka berdua.

Kak Yusuf melihat nafas Ayah yang sudah tersendat, ikut membantu menuntun Ayah menyebut kalimat mulia sang pencipta jagat raya. Pelan-pelan Ayah mengikuti ucapanku dan Bunda. Hingga setelah kalimat mulia terakhir diucapkan Ayah dan menutup matanya.

Kak Yusuf menelepon kantor polisi untuk mengusut masalah ini. Para tetangga yang mendengar keributan di rumah mulai berdatangan. Banyak yang tak menyangka seorang Ayah meninggal dengan keadaan terbunuh seperti ini. Ayah dikenal sebagai orang yang ramah, dermawan, dan lembut hatinya. Bagaimana mungkin orang itu membunuh Ayah. Ada apa gerangan sebenarnya.

Jenazah Ayah dibawa ke rumah sakit terdekat untuk diotopsi. Aku dan Bunda ikut menemani proses otopsi. Awalnya jenazah Ayah hendak dimandikan di rumah sakit, akan tetapi aku menolaknya. Aku ingin ikut memandikannya. Mungkin Kak Yusuf juga menginginkan hal itu. Akhirnya jenazah Ayah dimandikan di rumah.

Wajah yang tersenyum damai dengan keadaan tubuh yang terbujur lemah menghiasi wajah tampannya. Tak kuasa hati ini melihatnya. Kuciumi wajah halus dengan sedikit kerutan itu. Kuelus pipinya, mulutnya yang selalu menebar senyuman dan selalu menutupi kegundahan hatinya dengan ini. Air mata yang kujaga agar tak menerobos keluarpun tak sanggup terbendung lagi. Terbayang senyuman dan nasehatnya ketika diri ini berada dititik rendah. Tapi saat ini aku berada dititik paling rendah Yah.

Aku kehilangan sesosok yang paling kucintai selama ini. Tak bisa diri ini merasakan pelukan hangatmu lagi. Canda tawamu telah hilang Yah. Gadis kecilmu masih terlalu lemah untuk menghadapi semua ini Yah.

Kucium punggungtangannya lalu telapak tangannya. Beralih ke kaki beliau. Kucium dengan sepenuh hati. Maafkan anakmu yang selalu cengeng ini Yah. Terima kasih atas kasih sayang yang tak ada taranya ini.

Mbah Uti menuntunku agar sedikit menjauh dari tempat pemandian. Aku tak sanggup menuntaskan keinginanku untuk memandikan jenazah Ayah. Maafkan Wardah Yah, Wardah tak bisa ikut memandikan Ayah. Wardah hanya bisa menyaksikan saja.

“Sabar nduk, sabar...”. Mbah Uti terus mengelus kepalaku dan memelukku.

Aku tahu Mbah Uti juga sangat sedih. Terlihat air matanya sesekali menetes. Anak laki-laki satu-satunya pergi meninggalkannya. Pergi menyusul sang Bapak disisi sang pencipta alam semesta. Dua orang yang dicintainya kini benar-benar pergi.

“Aliya wudhu dulu Mbah, Ayah sudah selesai dikafani. Sebentar lagi waktunya disholatkan”. Ujarku lirih.

Mbah Uti mengangguk dan mengikutiku kekamar mandi. Dikamar Mandi kulihat Bunda selesai berwudhu ditemani mbak Ani. Kupeluk Bunda yang masih sesenggukan melihatku.

“Wudhulah Nak, kita ikut mensholati yaa”. Ujar Bunda lirih. Aku hanya mampu mengangguk.

Jenazah Ayah disholatkan di masjid. Abah Kyai pimpinan pesantren yang ku tempati hadir ditengah-tengah kami. Beliau menjadi imam kali ini. Umi (Bu Nyai) juga mengikuti prosesi sholat jenazah. Ternyata banyak yang tengah berduka saat ini. Begitu banyak orang-orang yang menghantarkan Ayah.

Sebuah kenyataan yang tak pernah ingin kudapatkan. Sama sekali tak ingin. Tempatku mengadu setelah sang pemilik dunia. Tempatku berkeluh kesah setelah sang pemilik diri. Kini dengan siapa lagi aku harus melakukan semua itu setelah sang pemilik Ayah.

Kupandangi kubur Ayah terus menerus. Tak tega meninggalkan Ayah disini sendiri. Ingin rasanya aku tetap berada disini menemani Ayah. Bunda mengelus kepalaku dan menghadapkan wajahku padanya. Diciumnya lembut keningku.

“Kita pulang yaa? Malam nanti ada acara doa bersama. Siapa yangakan menyiapkan kalau bukan kita?”. Ujar Bunda lembut. Masih ada tetesan air mata disudut mata Bunda, diusapnya untuk menutupinya dariku.

“Ayah sendiri disini Bunda, Aliya ingin menemani Ayah”. Ujarku lemah.

“Ayah orang baik nak, Ayah orang yang berhati mulia. Ia pasti sedih jika melihat Anak tersayangnya begitu terpukul. Insyaallah Ayah ditempatkan bersama orang-orang alim disana. Ditempat yang sangat indah”. Nasehat Umi padaku dengan mengelus kepalaku.

“Kita pulang yaa?”. Ajak Bunda lagi. akhirnya Aku mengangguk dan mengikuti Bunda.

Abah, Umi, dan para santri yang ikut takziah masih berada dirumah. Mereka semua ikut berdoa untuk Ayah. Ayah, disini banyak yang sayang Ayah. Banyak yang berdoa untuk Ayah. Ayah bahagiakan disana? Acara tahlilan dilaksanakan sampai tujuh hari meninggalnya Ayah.

Dihari ke-10 Bunda memintaku untuk berangkat ke pesantren. Sudah cukup lama aku meminta izin pada pengurus. Bunda menasehatiku agar tak menghawatirkan beliau. Beliau akan tinggal bersama Kak Yusuf mulai hari ini setelah aku berangkat.

Pesantren Miftahul Janah, disinilah aku sekarang. Teman-temanku banyak yang bersimpati atas meninggalnya Ayah. Mereka mencoba menghiburku. Umi pun tak segan-segan mengajak aku menyibukkan diri atau sekedar bercerita untuk mengalihkan kesedihanku. Terima kasih Ya Allah, engkau telah membiarkan hambamu yang lemah ini berada dikeliling orang-orang yang mulia. Saat ini aku ingin sendiri, memegang kitabullah dengan melantunkannya pelan-pelan sebagai langkah awal menghafalkannya. Tak jarang pula air mata ini menetes. Rasa rinduku semakin dalam akan sosok Ayah. Aku selalu meyakinkan diri, Ayah selalu ada dihatimu Wardah. Ayah bangga padamu. Jangan kau pudarkan kebanggaan itu.

“Khatamkan Al-Qur’anmu untuk Ayah nak, hadiahkan untuk Ayah”. Pesan Ayah saat aku meminta izin untuk menghafal Al-Quran dan ini juga yang akan selalu aku ingat.

Dalam setiap sholatku tak lupa menyelipkan harapan agar sang Ayah dapat bersatu dengan Mbah Kakung, ayahhandanya bersama kekasih sang pemilik hati ini. Love you Ayah.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Gabby

Gabby

sudah mampir yaa kak, permulaannya aja dah seru 👍 aku lanjut yaa kak 👍👍

2023-03-11

0

Rinjani

Rinjani

temannya yg bunuh yg ke kamar mandi lo trus hilang ada salah apa seh thor ujuk2 bersimbah darah

2022-08-11

0

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

Nyesek thor 😭😭😭

2022-07-03

0

lihat semua
Episodes
1 Berubah dalam Sehari
2 Teman Baru
3 Bergidik
4 AKU PUN TAK TAHU ITU APA!
5 Pramuka (1)
6 Tampan-Tampan
7 Tanda Tangan
8 Pembukaan Pramuka
9 Ajakan Nikah?
10 -
11 Perhatian
12 -
13 Lamaran Cak Ibil
14 -
15 Kaku 1
16 Harus Kuat!
17 Aneh!
18 Kekeluargaanv
19 -
20 Eksperimen
21 Go
22 Dug Dig Dag
23 Uneg-uneg
24 Utara Hati
25 -
26 Ungkapan
27 Tertangkap Basah
28 ..
29 Go
30 ..
31 ...
32 Lolos
33 Angry
34 :")
35 -
36 ?
37 Belajar
38 2
39 Menyibukkan Diri
40 Flashback
41 Yuuu
42 Sabar...
43 Izin
44 Comeback
45 Utara hati Inayah
46 Sesal
47 Ngebo
48 Lunch
49 Jakarta
50 Tidur
51 Rencana Esok
52 Awalu
53 Presenter
54 Ngintil
55 Kejar-Kejaran.
56 Ngebo lagi
57 Dag Dig Dug
58 Pindahan 1
59 Cook
60 Ngilang
61 Pelor
62 Pulkam
63 Cmbr
64 Siap-siap tisu!
65 Pulkam
66 PDKT
67 Terkoyak
68 Dongeng
69 0813********
70 Optimis
71 Kiss?
72 Gagal Pulang
73 Body Shaming
74 JJ
75 Beraktifitas
76 Perdana
77 Fiks
78 Jalan-jalan
79 Rencana
80 OTW
81 Kebo 2
82 Muualu
83 Lamaran
84 Lamaran 2
85 Insyaallah menuju Sah
86 Pulang
87 Up lagi
88 Bentar lagi
89 Rebutan
90 Berulah
91 Sambang
92 Nyamuk
93 Barokah
94 Susunan Acara
95 95
96 Pulang
97 Lelah
98 Lengket
99 Phobia
100 Barbeque
101 Survey
102 Hari H
103 Work!
104 Wartawan yg Meresahkan
105 Double date
106 H-1
107 Qobiltu
108 Terkejoed
109 Pelukan Perdana
110 Resepsi
111 Molor
112 Candu
113 Up
114 Mak Lampir
115 Rencana
116 Packing
117 Tahan
118 Up
119 21+
120 Lanjuut
121 Jln Jln
122 Otw
123 Mendaki 1
124 Siapa?
125 Puncak
126 Gass poll
127 Cemburu?
128 Packing
129 Nyaris
130 Parasit
131 Bukan Mantan
132 Comeback
133 Rutinitas
134 Rutinitas
135 Dikit dulu yee
136 Menjemput
137 Study Banding Faiz
138 Upload Revisi
139 Lhu-Lhu Comeback
140 Pendamping Acara
141 Harus Tegar
142 Liza
143 Makan Malam
144 Berangkat
145 BA
146 Penggemar
147 Cute
148 Api
149 Jealous
150 Tak mau Kalah
151 Tersipu
152 Ngeledek
153 Lanjuut
154 Last
155 Piknik
156 Ocehan Dinda
157 Tenggelam?
158 Masih Liburan
159 Snorkeling
160 Tenggelam?
161 Pengakuan
162 Simulasi Orang Tua
163 Pulang
164 Setelah Sekian Lama
165 Insyaallah bakalan sering up!
166 Up lagi nih!
167 Bocil Pengganggu
168 Yang Terjadi
169 Pindah Hak Asuh?
170 Tanggapan Keluarga
171 Eza Dahulu
172 Pengumpulan Berkas
173 Pengusulan Berkas
174 Permohonan
175 Akhirnya
176 Kunjungan
177 Pulang
178 Baby Z
179 Mulai Akrab
180 Kesibukan Baru
181 Next
182 Begadang
183 Mama The Best
184 Morning
185 ........,..
186 Bertingkah
187 Up Legee
188 Fans Sakha
189 PW (Pweenak)
190 aktif
191 Terciduk
192 Lupa Waktu
193 Night Walk
194 Night Walk 2
195 Bertemu Mantan?
196 Jealous
197 Malam Berdua
198 Free
199 Kak Winda Kenapa?
200 Bad Mood
201 Mendadak Manja
202 Sakha Ilang
203 Tamu 1
204 Tamu 2
205 Tamu 3
206 Curahan Hati
207 Salahkah Curiga?
208 Telepon Misterius
209 Tugas Dadakan
210 Perjalanan
211 Cek Sound
212 Dadakan
213 Cauple
214 Persiapan
215 Penampilan Memukau
216 Makan Siang
217 Bertemu Mantan?
218 Hati Ke Hati
219 Pulang
220 Bobrok Berdua
221 Pengenalan
222 Canda
223 pulang
224 Mbak Winda
225 I See
226 Buncis
227 Go To!
228 Heeling malah Tumbang
229 Seriuss?
230 Liburan Akhir
231 Pulang
232 Fadhil?
233 Prakata Lhu-Lhu
234 Arem²
235 Dapat!
236 Mendem Loro
237 Keputusan Sulit
238 Last
239 Janji ini Pov Kak Winda yg terakhir....
240 Sibuk
241 Ketok Palu
242 Balik Nama
243 Keputusan Direksi
244 Kembali Muncul
245 New
246 CCTV PENGINTAI?
247 Melemu
248 reuni
249 lanjuttt
250 Berkunjung
Episodes

Updated 250 Episodes

1
Berubah dalam Sehari
2
Teman Baru
3
Bergidik
4
AKU PUN TAK TAHU ITU APA!
5
Pramuka (1)
6
Tampan-Tampan
7
Tanda Tangan
8
Pembukaan Pramuka
9
Ajakan Nikah?
10
-
11
Perhatian
12
-
13
Lamaran Cak Ibil
14
-
15
Kaku 1
16
Harus Kuat!
17
Aneh!
18
Kekeluargaanv
19
-
20
Eksperimen
21
Go
22
Dug Dig Dag
23
Uneg-uneg
24
Utara Hati
25
-
26
Ungkapan
27
Tertangkap Basah
28
..
29
Go
30
..
31
...
32
Lolos
33
Angry
34
:")
35
-
36
?
37
Belajar
38
2
39
Menyibukkan Diri
40
Flashback
41
Yuuu
42
Sabar...
43
Izin
44
Comeback
45
Utara hati Inayah
46
Sesal
47
Ngebo
48
Lunch
49
Jakarta
50
Tidur
51
Rencana Esok
52
Awalu
53
Presenter
54
Ngintil
55
Kejar-Kejaran.
56
Ngebo lagi
57
Dag Dig Dug
58
Pindahan 1
59
Cook
60
Ngilang
61
Pelor
62
Pulkam
63
Cmbr
64
Siap-siap tisu!
65
Pulkam
66
PDKT
67
Terkoyak
68
Dongeng
69
0813********
70
Optimis
71
Kiss?
72
Gagal Pulang
73
Body Shaming
74
JJ
75
Beraktifitas
76
Perdana
77
Fiks
78
Jalan-jalan
79
Rencana
80
OTW
81
Kebo 2
82
Muualu
83
Lamaran
84
Lamaran 2
85
Insyaallah menuju Sah
86
Pulang
87
Up lagi
88
Bentar lagi
89
Rebutan
90
Berulah
91
Sambang
92
Nyamuk
93
Barokah
94
Susunan Acara
95
95
96
Pulang
97
Lelah
98
Lengket
99
Phobia
100
Barbeque
101
Survey
102
Hari H
103
Work!
104
Wartawan yg Meresahkan
105
Double date
106
H-1
107
Qobiltu
108
Terkejoed
109
Pelukan Perdana
110
Resepsi
111
Molor
112
Candu
113
Up
114
Mak Lampir
115
Rencana
116
Packing
117
Tahan
118
Up
119
21+
120
Lanjuut
121
Jln Jln
122
Otw
123
Mendaki 1
124
Siapa?
125
Puncak
126
Gass poll
127
Cemburu?
128
Packing
129
Nyaris
130
Parasit
131
Bukan Mantan
132
Comeback
133
Rutinitas
134
Rutinitas
135
Dikit dulu yee
136
Menjemput
137
Study Banding Faiz
138
Upload Revisi
139
Lhu-Lhu Comeback
140
Pendamping Acara
141
Harus Tegar
142
Liza
143
Makan Malam
144
Berangkat
145
BA
146
Penggemar
147
Cute
148
Api
149
Jealous
150
Tak mau Kalah
151
Tersipu
152
Ngeledek
153
Lanjuut
154
Last
155
Piknik
156
Ocehan Dinda
157
Tenggelam?
158
Masih Liburan
159
Snorkeling
160
Tenggelam?
161
Pengakuan
162
Simulasi Orang Tua
163
Pulang
164
Setelah Sekian Lama
165
Insyaallah bakalan sering up!
166
Up lagi nih!
167
Bocil Pengganggu
168
Yang Terjadi
169
Pindah Hak Asuh?
170
Tanggapan Keluarga
171
Eza Dahulu
172
Pengumpulan Berkas
173
Pengusulan Berkas
174
Permohonan
175
Akhirnya
176
Kunjungan
177
Pulang
178
Baby Z
179
Mulai Akrab
180
Kesibukan Baru
181
Next
182
Begadang
183
Mama The Best
184
Morning
185
........,..
186
Bertingkah
187
Up Legee
188
Fans Sakha
189
PW (Pweenak)
190
aktif
191
Terciduk
192
Lupa Waktu
193
Night Walk
194
Night Walk 2
195
Bertemu Mantan?
196
Jealous
197
Malam Berdua
198
Free
199
Kak Winda Kenapa?
200
Bad Mood
201
Mendadak Manja
202
Sakha Ilang
203
Tamu 1
204
Tamu 2
205
Tamu 3
206
Curahan Hati
207
Salahkah Curiga?
208
Telepon Misterius
209
Tugas Dadakan
210
Perjalanan
211
Cek Sound
212
Dadakan
213
Cauple
214
Persiapan
215
Penampilan Memukau
216
Makan Siang
217
Bertemu Mantan?
218
Hati Ke Hati
219
Pulang
220
Bobrok Berdua
221
Pengenalan
222
Canda
223
pulang
224
Mbak Winda
225
I See
226
Buncis
227
Go To!
228
Heeling malah Tumbang
229
Seriuss?
230
Liburan Akhir
231
Pulang
232
Fadhil?
233
Prakata Lhu-Lhu
234
Arem²
235
Dapat!
236
Mendem Loro
237
Keputusan Sulit
238
Last
239
Janji ini Pov Kak Winda yg terakhir....
240
Sibuk
241
Ketok Palu
242
Balik Nama
243
Keputusan Direksi
244
Kembali Muncul
245
New
246
CCTV PENGINTAI?
247
Melemu
248
reuni
249
lanjuttt
250
Berkunjung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!