Hari demi hari terus berganti, Meira lalui semua itu dengan penuh semangat walau harus bolak balik antara kampus, kantor dan rumah sakit namun ia tidak mengeluh sedikit pun. Semakin hari kondisi tuan Erland semakin menurun dan membuat putri semata wayang nya begitu mencemaskan nya.
"Pa, cepatlah sembuh, Eira butuh papa untuk melewati hari-hari Eira." Ucap seorang gadis di samping papanya.
"Jangan menangis, kamu anak yang kuat, papa yakin kamu bisa melewati semuanya sendiri, maafkan papa karena harus merepotkan mu semoga kamu selalu bahagia. " Ucap Erland dengan suara yang begitu berat.
Tiiiiiittt......
Itu lah kata terakhir yang Erland ucapkan sebelum akhirnya ia menutup mata untuk selamanya.
"Tidak... Papa. . . .!!!" Teriak Meira menangisi kepergian papa nya yang begitu cepat.
Dokter dan beberapa perawat berlari ke ruangan dimana Erland di rawat, "maafkan kami nona, Tuhan lebih menyayangi beliau." Ucap dokter yang menangani Erland.
Tangis Eira pun mulai pecah dan semakin menjadi-jadi. "Non yang sabar ya, ikhlaskan tuan pergi, biarkan dia beristirahat dengan tenang." Ucap sekretaris Bai menenangkan Meira.
**
Selesai pemakaman, Meira langsung kembali ke rumah nya. Kini ia hanya tinggal sendiri dan bayangan papa nya. Suasaan rumah yang begitu sunyi membuatnya semakin mengingat semua kenangan bersama papanya. Ingin rasanya ia menghubungi mamanya namun hal itu sangat sulit ia lakukan.
Ting tong. . .
Di saat Meira terdiam dalam tangisnya seseorang menekan bel rumah nya, ia langsung bergegas untuk membukakan pintu.
"Ra. . ." Ucap Ayumi sambil memeluk Meira dengan begitu erat.
"Kamu yang sabar ya." Sambung Ayumi kembali.
Meira hanya mengangguk sambil memejamkan matanya, "ayo masuk." Ujar gadis itu mengajak temannya.
"Mau minum apa? Biar aku buatkan."
"Gak usah, udah kayak sama tamu aja, aku sahabat mu ra dan aku kesini cuma buat menghibur kamu agar tidak larut dalam kesedihan." Jelas Ayumi.
"Makasih kamu udah repot-repot datang kesini cuma buat menghibur aku."
"Bukan cuma aku, tapi masih ada satu orang lagi."
"Siapa?"
"Mungkin sebentar lagi dia datang."
Dan ternyata benar saja, jarak 10 menit Ayumi berkata seperti itu, seseoran menekan bell rumah Meira.
"Biar aku aja." Ucap Ayumi yang bergegas membukakan pintu.
Selang beberapa menit, Ayumi kembali dengan seseorang yang mengikutinya dari belakang. Ya, orang itu adalah Devan pria yang selama ini mengejar Meira.
"Hai.. Ra." Ucap Devan melambaikan tangan nya dan mengeluarkan senyumnya.
"Hai." Balas Eira.
"Aku turut berduka cita, kamu yang sabar ya."
"Em.. makasih Van."
Mereka pun mengobrol bersama dan berusaha membuat Meira terhibur. Ddrttt drrtt. . . Sebuah ponsel berdering, dan itu adalah ponsel Meira, ia segera mengambil ponselnya dan menerima panggilan telpon itu.
"Ya, kenapa?" Tanya Meira ketika sambungan telponnya terhubung.
"Maaf non, mungkin ini bukan waktu yang tepat tapi keadaan mendesak."
"Katakan langsung."
"Harga saham mengalami penurunan drastis, dan beberapa perusahaan memutuskan kerjasama secara sepihak bagaimana ini?" Ucap sekretaris bai.
"Apa? Kenapa bisa?"
"Saya juga gak tau non."
"Saya kesana sekarang."
Meira menutup telponnya dan segera pergi menuju perusahaan. "eira mau kemana?" Tanya Ayumi mengejar sahabatnya itu.
"Aku harus pergi ke perusahaan." Jawab Meira masuk kedalam mobil dan melajukannya dengan begitu cepat.
Hingga sampai setengah jalan, ia hampir bertabrakan dengan sebuah mobil yang datang dari lawan arah, beruntung nya gadis itu dan mobil lainnya bisa mengelak hingga menghindari terjadinya tabrakan diantara keduanya.
"Haaahhh... Hampir saja." Gumam Meira memegang dadanya dan menghela napasnya.
Tok tok tok. . . Seseorang mengetuk kaca mobil gadis itu.
"Maaf saya buru-buru." Ucap Meira yang hanya membukakan kaca mobilnya.
"Lain kali berhati-hatilah anda hampir saja melukai tuan muda." Ucap pria itu.
"Bukan hanya tuan anda yang akan terluka tapi saya juga." Ucap Meira.
Ia kembali melajukan mobil nya dan meninggalkan orang tersebut.
"Siapa wanita itu?" Tanya Alexi dari dalam mobil.
"Saya tidak tau tuan, tapi sepertinya kita pernah bertemu dengan nya satu kali." Jelas Nino yang selaku sekretaris Alexi dan sekaligus sopir pribadinya.
"Cari tau tentangnya." Perintah Alexi.
"Baik tuan." Saut Nino yang kembali melajukan mobilnya.
*
Sementara itu di sebuah perusahaan, Meira yang baru sampai langsung masuk kedalam ruangan nya dan memeriksa beberapa berkas yang telah tersimpan rapi di atas meja nya.
"Asshhh... Gimana ini? Apa yang harus aku lakukan sekretaris Bai?" Ucap Meira yang bertanya pada tangan kanan papanya.
"Hanya ada satu cara untuk menyelamatkan perusahaan ini."
"Apa? Ayo katakan."
"Meminta bantuan pada perusahaan Yuanxia group."
"Yuanxia group?"
"Ya, perusahaan yang di pimpin oleh tuan Alexi adalah perusahaan terbesar, ia juga investor serta pemegang saham terbesar di beberapa perusahaan lainnya, mintalah bantuan padanya."
"Jika itu yang terbaik, aku akan melakukannya demi papa."
"Berhati-hatilah, dia bukan orang biasa, orang nya cenderung dingin dan kejam pada musuhnya salah mengambil satu langkah saja, semuanya bisa lenyap dalam hitungan detik."
"Ya, aku mengerti."
Belum juga selesai dengan kesedihan karena kepergian papanya, kini Meira di hadapkan dengan perusahaannya yang terancam bangkrut dan harus memberhentikan beberapa karyawannya. Namun dengan sikap kerja keras Meira, ia rela mengambil resiko apapun asalkan perusahaan dan beberapa karyawannya selamat dari pemberhentian kerja.
"Bagaimanapun caranya, aku harus bisa membujuk tuan Al untuk membatu ku."
"Kamu pasti bisa Meira.. semangat.." ucap gadis itu menyemangati diriny sendiri.
Setelah mendapatkan solusi, Meira kembali ke rumah nya dan beristirahat sambil memikirkan cara untuk meminta bantuan pada tuan Al.
Ya, Alexi Monarch sering di panggil dengan sebutan Al untuk mempermudah seseorang memanggilnya. Ia putra dari pasangan tuan Aidan Monarch dan nyonya Goo Hana yang merintis perusahaan Yuanxia group dari nol sampai sukses seperti sekarang dan kendalikan oleh putra tunggalnya yang mewarisi seluruh aset keluarga Monarch.
"bagaimana? apa kamu telah melacaknya?"
"sudah tuan, ternyata benar dia gadis yang waktu itu tuan memberikan jas kesayangan tuan untuk menutupi bajunya yang basah."
"siapa namanya?"
"namanya Meira."
"cukup, selebihnya biar waktu yang memberitahu." ucap Al sambil mengeluarkan senyum devil nya, seolah-olah ia mengetahui apa yang akan terjadi kedepannya.
***
Bersambung. . .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Marhaban ya Nur17
itu temennya yg lg bertamu ko ditinggal begitu saja wkwkwkwwk
2022-11-21
0
Euis Sendiarti
❤️
2021-06-11
0
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ
meskipun bacanya di cicil tp
💗💗💗💗💗
2021-03-25
1