Chapter 5

Sepasang kaki yang dibungkus oleh sepatu berhak tinggi saling berirama dalam menciptakan sebuah bunyi dari hentakan keduanya. Pemilik sepasang kaki tersebut terlihat enggan untuk memasuki sebuah rumah makan bernuansa negara matahari terbit. Kalau bukan demi sebuah pembalasan, ia tak mungkin mau mengikuti sebuah kegiatan konyol seperti ini. Kegiatan konyol tersebut adalah sebuah kencan buta pertama yang sudah Fani atur untuknya.

Somi harus menurunkan ego dan harga dirinya untuk menjalani acara ini. Ia terus menahan rasa kesal dan menggerutu hingga seorang staff tempat makan tersebut membukakan pintu kaca untuknya. Senyum dari karyawan lelaki itu lumayan mengobati rasa kesalnya. Mungkin kalau bukan ingin balas dendam, Somi menginginkan lelaki yang setipe dengan karyawan yang tadi menyapanya.

Dari jauh ia sudah melihat Fani sedang melambaikan tangan ke arahnya dengan senyum penuh arti. Gadis itu tak main-main rupanya. Somi melihat seorang lelaki yang duduk membelakangi arahnya.

Dari jajak jauh, Somalia dapat menebak bahwa lelaki yang di order oleh Fani tampak gagah dan berwibawa. Dari mana dia mendapatkan pria seperti itu? Agensi biro jodoh yang Fani cari apa tak salah bila pria seperti masih lajang? Gumam Somi dalam hatinya.

"Selamat datang ...." Fani menyambut atasannya dengan girang dan bersemangat.

Begitu pula, pria yang duduk bersama dengan Fani. Pria itu menoleh ketika Somalia sampai di dekat mereka berdua. Kedua pasang mata yang pernah bertemu sebelumnya saling menatap.

Somi tak menyangka bila ia akan bertemu dengan pria yang tak sengaja menabraknya beberapa hari yang lalu. Pun sama halnya Pria itu juga kaget setengah mati ketika tahu bahwa wanita yang telah dijanjikan oleh Fani dan mamanya adalah wanita yang telah ia tabrak dan menolak uang ganti dari dirinya.

Merasa masih memiliki rasa kesal pada Gandhi malam itu, Somi berniat menggagalkan kencan buta yang telah dirancang oleh Fani. Somalia berbalik untuk segera meninggalkan tempat makan ini.

Namun, tangan Fani segera menahan langkahnya. Fani tak ingin rencana yang sudah ia susun dengan sang mama gagal. Sangat pas bila menjodohkan sang kakak dengan bosnya. Karena kemiripan sifat yang keduanya miliki, Fani sangat yakin akan tercipta sebuah percikan api asmara.

"Tunggu dulu Mbak ..." Fani menahan kepergian Somalia. Gadis itu tak ingin perjodohan yang ia harapkan gagal berantakan.

"Lupakan saja, untuk apa kau menghalangi wanita tak tahu diri ini? Kau pikir aku mau menerima mu?" Dengan amarah cukup meledak-ledak, Gandhi memarahi Fani. Lagi pula ia juga tak berminat pada wanita yang sudah menolaknya.

Dasar bungkus Indomie! dia pikir dia siapa? Somi mengutuk pria yang berani-beraninya mengatakan dirinya wanita tak tahu diri. Wajah Somi memerah menahan amarah, ia tak terima ada lelaki merendahkan dirinya. Bagaimana bisa lelaki itu mengatakan hal macam itu padanya.

"Aku tak tertarik pada pria ini Fan, katakan pada biro jodohnya! Kalau mereka minta ganti rugi, berikan saja berapa saja yang mereka minta!" Tak kalah emosi dari Gandhi, Somi pun meluapkan kekesalannya pada Fani. Entah mengapa gadis itu menjadi bulan-bulanan bis dan kakak lelakinya.

"Kau bisa dengar sendiri bukan? Betapa judesnya dia! Yakin wanita arogan seperti ini layak untukku?" api permusuhan kini tak bisa dipadamkan oleh kedua belah pihak yang sedang berseteru.

Mendengar kalimat yang baru saja diucapkan oleh Gandhi. Ia merasa lelaki itu sudah sangat merendahkan harga dirinya. Somi merasa Gandhi terlalu menganggap Somi butuh dirinya. Nyatanya ia hanya memerlukan seseorang untuk berpura-pura menjadi calon suaminya

"Kelihatannya kalian pernah bertemu sebelumnya, atau pernah terjadi sesuatu diantara kalian?" Karena sedikit curiga, Fani ingin mengetahuinya secara langsung dari keduanya. Somi yang masih berdiri lalu menoleh ke arah Fani. Tak terkecuali Gandhi lelaki itu juga menatap tajam ke arah Fani.

"Tidak ...." jawab keduanya saling kompak.

Fani pun tersenyum bagitu keduanya dengan seragam menjawab pernyataan yang ia lontarkan. Gadis itu telah menemukan orang yang tepat untuk kakak dan bosnya.

"Nah gitu dong, kalau kompakan kaya gini kan cakep kalian berdua," sambil menahan tawanya Fani menarik tangan atasannya untuk duduk di meja yang sudah ia persiapkan sebelumnya. Ia tak ingin rencana yang sudah ia susun sedemikian rupa sehingga menjadi rencana indah harus gagal.

Kini giliran Gandhi, kakak lelakinya itu kini keberatan. Gandhi bangkit dari tempat ia duduk dan berniat meninggalkan restoran ini. Karena ia tak tertarik menerima perjodohan yang sudah diatur oleh adik perempuannya.

"Kau membuang-buang waktuku!" pria dengan setelan jas berwarna biru tua itu beranjak pergi meninggalkan tempat tersebut. Hatinya diliputi amarah dan kekesalan pada sang adik karena berhasil mempermainkan dirinya.

"Kalau tahu seperti apa buruknya engkau, aku menyesal dulu tak menginjak mulutmu dengan sepatuku!" tak ingin kalah dari pria yang telah merendahkan dirinya, Somi memaki Gandhi dengan umpatan kasar.

"Salah sendiri kau tak mau menerima ganti rugi dariku! Aku sudah berbaik hati bertanggungjawab memberimu ganti rugi dan kau menolaknya Nona," tutur Gandhi, pria itu tak terima ketika wanita yang pernah ia tabrak sebelumnya memakinya habis-habisan.

"Kalian bahkan saling kenal, kalau begitu aku tak perlu repot-repot mengenalkan kalian dong!" dengan senang Fani menggoda keduanya. Karena keduanya saling kenal meski keduanya memiliki kesan buruk pada diri masing-masing.

"Jangan harap, jangan harap aku mau menerima wanita dengan watak kasar seperti ini. Tak salah bila hari pernikahan ditinggalkan oleh suaminya. Benar kan tebakanku?"

Wanita yang ia maki habis-habisan kini tak membalas perkataan dari Gandhi. Somi lebih memilih diam dan memejamkan matanya. Namun hatinya masih bisa mencerna setiap kata yang Gandhi ucapkan padanya. Somi memikirkan ucapan dari Gandhi, apakah itu penyebab Alex mengkhianatinya? Benarkah karena sifat Somi yang keras Alex menduakan dirinya?

"Aku pergi dulu Fani," Somi pergi begitu saja tanpa mau mendengar penjelasan dari Fani sang assisten nya. Terkadang apa yang kita anggap benar belum tentu benar dan baik bagi orang lain. Somi ingin menenangkan dirinya. Ia tak ingin kejadian seperti waktu itu terulang kembali.

"Kak, yang Kakak katakan itu benar-benar menyakitkan. Aku sungguh menyesal sudah meminta Kakak datang hari ini, kurasa benar Kakak memang tak tertarik pada perempuan!" dengan kesal, Fani mengejar Somi yang ia rasa sakit hati setelah kakaknya mengejek dengan kalimat menyakitkan.

"Jangan bicara sembarangan Fan!" Gandhi masih tak terima Fani menyebutkan bahwa dirinya seorang gay dan tak tertarik pada perempuan.

***

Terpopuler

Comments

Dania

Dania

Salam 🙏🙏
Era Berdarah Manusia
I Firmo
🌹🌹🌹🌹💐💐💐

2021-11-30

0

Dhina ♑

Dhina ♑

#25. 👍👍

2021-03-24

0

𝕸y💞MiraDeN@y😻EF🍆

𝕸y💞MiraDeN@y😻EF🍆

mantap Fani,, kamu menjodohkan orang yang tepat.. 👍👍👍🤣🤣

lanjut baca👍👍👍😍

2021-03-21

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!