Chapter 3

Pagi ini sang Surya telah menyilaukan sinarnya, masuk ke dalam ruangan yang bernuansa serba shabby chic. Ruangan ini merupakan tempat kerja Somalia. Wanita berdarah Pakistan dari kakeknya tersebut sering menghabiskan berjam-jam waktunya di tempat ini. Namun kali ini ia lebih memilih menyembunyikan rasa sakit di sini. Orang-orang memang tak mengetahui keberadaannya setelah malam itu. Hanya seorang staff yang kebetulan mengikutinya dari belakang ketika Somi panggilan akrabnya meninggalkan acara tersebut.

Stefani Olivia, atau biasa Somi panggil Fani. Gadis itu merupakan asisten Somi di perusahaan yang ia besarkan sejak 3tahun belakang ini. Fani mengikuti kemanapun Somi pergi, setelah ia melihat kejadian sang atasan hampir saja kehilangan nyawanya dengan hampir saja tertabrak oleh mobil seseorang, Fani tak kuasa menahan kesedihan yang ia lihat dari sang atasan. Meski Somi menolaknya namun Fani tetap membawa atasannya untuk ikut dengannya.

Somi membuka maniknya, ia masih merasa lelah dan sakit hati. Namun ia harus bangkit untuk membalas dendam pada kedua bedebah itu. Ia harus mengumpulkan tenaga agar mampu berperang dengan keduanya. Kedua orang yang telah mengkhianati dirinya. Yang satu seorang teman sekaligus karyawannya dan yang satu lagi adalah calon suaminya.

"Mbak Somi ...." panggil Fani dengan memelankan suaranya. Gadis manis itu takut bila kehadirannya akan memperburuk keadaan. Namun ia sungguh ingin bosnya bangkit dan memperbaiki masa depannya. Somi bukan bos yang kejam dan banyak maunya, maka dari itu Fani sungguh tak tega bila bosnya disakiti hingga seperti ini.

Wajah kusut yang dibalut kaos putih berlengan pendek tersebut menatap ke arah Fani yang saat ini masih berdiri sambil membawa segelas teh hangat di tangannya. Tatapan sendu itu memiliki arti yang sangat dalam. Betapa tidak ia masih menyimpan rasa sakit akibat perbuatan dua orang yang ia percayai.

"Terimakasih Fan, maaf aku sudah merepotkan kamu!"

"Mbak Somi, masih ada banyak orang yang menyayangi Mbak. Aku akan selalu ada buat Mbak Somi!" Fani memberanikan diri mendekati bos yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri. Sambil terus tersenyum ia mengulurkan segelas teh manis hangat untuk menambah tenaga Somi.

"Kamu pasti berpikir gula darahku turun gara-gara kejadian semalam bukan? Tidakkah kamu mau membawakan aku minuman beralkohol?" Somi menerima segelas teh manis itu dari tangan Fani.

"Ah, Mbak bisa saja! Fani sudah memesankan makanan untuk sarapan kita," Fani terus mengulas senyum indahnya karena Somi sudah bisa menenangkan hatinya. Ia lega setelah atasannya sudah bisa menggodanya.

"Aku bersumpah akan membalas dendam pada mereka!" dengan lantang Somi bersumpah ingin membalas dendam pada kedua makhluk Tuhan yang telah menghancurkan masa depannya.

Perasaan Somi kini telah lebih baik lagi, karena adanya Fani di sampingnya. Fani adalah orang yang tak meninggalkan dirinya ketika ia jatuh. Meski ia yakin masih banyak lagi orang yang akan terus berdoa dan menguatkan dirinya. Terutama sang mama, namun ia cukup malu untuk berkeluh kesah pada mama dan keluarganya. Biarlah ia sendiri yang menanggung semua kesedihan dan rasa malu pada orang yang telah Somi dan keluarganya undang.

*

Rudi Sugandhi, pria tampan bertubuh tinggi yang kemarin baru saja memenangkan sebuah kasus sengketa tanah itu masih berada di atas tempat tidurnya. Ia masih enggan untuk memulai aktivitas di pagi ini.

Namun ia harus mengubur rasa enggan itu setelah sebuah panggilan masuk di telepon pintarnya. Sebuah panggilan dari sang mama yang menanyakan kapan ia akan membawa pulang calon istrinya. Calon istri? Pacar saja ia tak punya.

Terakhir kali ia mendekati gadis dan berujung sebuah penolakan. Gadis itu lebih memilih jatuh ke dalam pelukan sang rival yang kini menjadi partner kerjanya.

Bila dipikir-pikir kurang apa dirinya? Mengapa Oceana Saphira lebih melabuhkan cintanya untuk putra sulung dari Adiwiyata? Bukan Gandhi namanya bila ia tak bisa mencari gadis-gadis lain untuk didekati. Ia banyak menghabiskan waktu untuk mengencani gadis-gadis muda yang tertarik pada wajah rupawan serta uangnya. Namun semua itu tak ada yang bisa memikat hati seorang pengacara handal tersebut.

Satu kata Gandhi lelaki perfect dalam urusan karir dan wajah. Namun untuk urusan cinta? Kalian tahu sendiri kan jawabannya.

Hanya dengan celana panjang berbahan kain Gandhi berjalan ke arah mini pantry di kediaman pribadinya. Lelaki berparas rupawan tersebut mengambil segelas air dan segera meminumnya.

Pekerjaannya akhir-akhir ini sangat menguras tenaga dan pikirannya. Semenjak ia menjalankan firma hukum milik Prabasonta, pekerjaannya kian meningkat. Ia tak bisa santai dalam menangani beberapa kasus. Saking banyaknya kasus sampai-sampai membuatnya harus sering tinggal di kantornya.

Gandhi saat ini memegang peranan penting saat Praba meminta dirinya untuk menggantikan posisinya karena saingan karirnya tersebut kini lebih memilih menjalankan perusahaan milik mertuanya.

Menjadi pengacara firma hukum dan pengacara lepas tentunya sangat berbeda. Apalagi semenjak Gandhi bergabung dengan firma hukum Prab and Partner Law Firm ia menjadi satu-satunya maskot kantor pengacara tersebut. Memiliki sifat licik dan tak pantang menyerah membuatnya banyak memenangkan berbagai kasus. Oleh karena itu dengan sepenuh hati Praba bisa melepaskan tanggung jawabnya untuk menyerahkan kantor hukum miliknya pada orang yang Praba anggap tepat.

"Gara-gara pria sialan itu, aku tak memiliki banyak waktu untuk memilih pasangan hidup!" Gumam Gandhi sambil meletakkan gelas bekas minumannya dengan kasar. Lalu ia bergegas ke kamar mandi untuk bersiap-siap menuju kantornya. Kantor yang beberapa bulan ini yang ia tangani dengan tangan dingin.

Entah apa yang membuatnya menerima tampuk kepemimpinan kantor hukum tersebut. Meski keduanya sudah saling mengibarkan bendera gencatan senjata namun nyatanya bila keduanya bertemu masih sama-sama saling melemparkan tatapan dan kalimat tajam. Bukan berarti Gandhi belum bisa melepaskan Oca, sapaan istri dari rival abadinya. Namun perselisihan dan saling mengklaim bahwa keduanya lebih unggul lah yang membuat keduanya masih tetap menjadi rival hingga saat ini.

Keduanya memiliki hati dan emosi yang sama-sama keras. Hingga tak jarang perselisihan sering terjadi diantara keduanya. Gandhi dan Praba sama-sama lelaki yang mudah tersulut emosinya. Apalagi bila berkaitan dengan pekerjaan. Pernah suatu ketika Gandhi menolak seorang klien yang ia anggap konyol dalam kasusnya. Mau tak mau Praba lah yang harus turun tangan. Padahal kasus tersebut sangatlah sepele yakni sebuah pencurian susu di salah satu supermarket.

Seorang ibu-ibu menjadi terdakwa sebagai pencuri susu formula lantaran untuk menyambung hidup bayinya. Gandhi dengan tegas menolak kasus yang ia anggap guyonan tersebut, baginya membantu sang ibu tersebut tak sebanding dengan skill dan karismanya. Pada akhirnya Praba lah yang harus turun tangan untuk membantu ibu tersebut.

**

Terpopuler

Comments

Laurensiaming

Laurensiaming

cowo ga cakep thor😄

2021-12-30

1

Dania

Dania

Jempol pun mendarat
👍👍👍👍👍

2021-11-30

0

Dhina ♑

Dhina ♑

kukasih ♥️

2021-04-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!