FOLLOW INSTAGRAM AKU YAH TEMEN-TEMEN
@n.lita.s DI SANA AKU BAKALAN SHARE NOVEL-NOVEL AKU JUGA SPOILER :-)
***MAKASIHHH...
**************************************************************************************
Malam itu juga Salsa dan Tania kembali ke Jogja dengan mobil Salsa. Salsa nekat mengendarai mobil sendiri menuju Jogja. Ia ingin menghindari Jordan untuk sementara waktu. Masalah penjualan rumah pun sudah Salsa percayakan pada pak Dani, Salsa tinggal menunggu keputusan Bu Dewi dan tanda tangan.
Perjalanan menuju Yogyakarta di malam hari cukup menakutkan, apalagi mengendarai mobil sendiri. Akhirnya Salsa dan Tania memutuskan singgah di Bandung, di rumah om Budi, keluarga dari Tania. Mereka meminta bantuan pada om Budi untuk menjadi sopir dalam perjalanan menuju Jogja. Sebagai gantinya Salsa membayar upah yang layak serta tiket keret api untuk om Budi kembali ke Bandung.
Mereka tiba di kos Salsa dengan selamat, beruntung hari Senin jadwal kuliah mereka kosong. Salsa dan Tania pun bisa beristirahat di kos an. Sementara om Budi langsung pulang ke Bandung.
Salsa dan Tania benar-benar beristirahat seharian, mereka bahkan melewatkan jam makan siang. Keduanya terbangun karena suara ketukan pintu yang cukup keras dan berulang.
“Siapa sihhhhh?” kesal Salsa sambil mengerjap -ngerjapkan kedua mata nya.
“Ganggu aja sih,” sahut Tania sambil menempatkan bantal di atas kepalanya agar tidak mendengar suara dari luar. Tania membenarkan posisi tidurnya yang semula tengkurap menjadi meringkuk dengan kepala yang dia sembunyikan di atas bantal.
Mau tidak mau Salsa pun bangun untuk membuka pintu. Dia tidak peduli dengan tampilan wajahnya yang kusut serta rambut yang masih acak-acak kan.
Klek..
“Jordan!” Salsa mematung melihat siapa yang datang.
“Boleh aku masuk?” tanya Jordan.
Salsa menggelengkan kepalanya, “kita bicara di luar saja. Tunggu aku di sana!” menunjuk gasebo kecil di sudut halaman kos.
Jordan menurut dia melangkah kan kakinya ke arah gasebo dan duduk di sana.
Salsa menuntup pintu kamarnya dan mencari pakaian di almari.
“Siapa yang datang?” tanya Tania sembari mengintip dari balik bantal saat mendengar suara Salsa sibuk membuka tutup almari nya. Sepertinya Salsa bingung harus memakai baju apa?
“Jordan,”
“What?”
“Aku harus gimana, Tan?” dia menenteng setelan atasan dan bawahan di tangan kirinya sambil memandangi Tania.
“Baikkan saja.” Jawab Tania.
“Tidak bisa.”
“Ya sudah putuskan dengan jelas.” Tania cuek lalu kembali menutup kepalanya dengan bantal. Dia masih mengantuk dan tidak fokus.
“Bertanya padamu memang menyesatkan,” menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Tiga puluh menit kemudian, Salsa keluar dari kamar dengan mengenakan rok motif bunga di bawah lutut dan atasan polos yang ia masukan ke dalam rok. Sangat manis ditambah riasan natural di wajahnya.
“Maaf aku membuatmu menunggu.” menghampiri Jordan dan duduk di sebelahnya.
“Ayo!” Ajak Jordan sembari berdiri. Tangan kanannya ia ulur kan pada Salsa. Salsa ragu namun menerima uluran tangan Jordan.
“Mau kemana?”
“Makan di luar, aku belum makan seharian ini.”
Jordan menggandeng tangan Salsa menuju mobil yang terparkir di area parkiran.
“Kamu ke rumah yangti?” melihat Jordan membawa mobil yangti.
“Aku sudah kesini pagi tadi, tapi kamu tidur. Jadi, aku pergi kerumah yangti dan kembali kesini,” berjalan ke arah pintu mobil dan membukanya. Mempersilahkan Salsa untuk masuk.
“Terimakasih,”
*Jordan pun berjalan memutar ke arah kemudi dan masuk kedalam mobil. Setelah memakai seatbelt* nya, Jordan menghidupkan mesin mobilnya. Mobil melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan area kos eksklusif yang di huni Salsa.
“Mau makan apa?”
“Terserah,”
“Seafood?”
“Boleh.”
Jordan membawa Salsa ke rumah makan seafood yang tidak terlalu jauh dari kos Salsa. Setelah makan, mereka menghabiskan waktu memutari kota Jogja tanpa tujuan yang jelas. Jordan sendiri bingung memulai percakapan dari mana, sementara Salsa merasa canggung. Salsa juga bingung harus memulai percakapan dari mana.
“Aku memecat, Naya.” Ucap Jordan memecah keheningan.
Salsa tentu saja terkejut, “mengapa?”
“Karena dia tidak profesional dalam bekerja,” jawab Jordan asal.
“Justru kamu yang tidak profesional. Kamu mencampuradukkan masalah pribadi dengan pekerjaan.” Ujar Salsa tanpa menoleh pada Jordan. Dia memilih melihat pemandangan di luar mobil. Pemandangan suasana malam di sepanjang jalan yang mereka lewati.
“Biarkan saja. Aku sudah berulang kali memperingatkan nya.”
“Dia mencari nafkah dengan pekerjaan nya, kenapa kamu jahat sekali?”
Semalam Naya yang mengatai Jordan jahat. Sekarang Salsa yang mengatainya. Apakah Jordan memang sejahat itu?
“Lalu aku harus bagaimana? Membiarkan dia yang selalu membuatmu kesal?”
“Aku tidak kesal.”
“Tidak kesal tapi hanya memutuskanku.” Cetus Jordan mengingatkan dimana Salsa memutuskan nya.
“Kita putus bukan karena Naya,” elak Salsa.
“Salah satunya karena, Naya.” Balas Jordan.
“Jadi kamu mau apa?”
Salsa ingin Jordan to the point saja padanya. Meskipun dia bisa menebak niat Jordan menemuinya. Apa lagi jika bukan untuk berbaikkan dengannya.
“Mau kita rujuk,”
“Memangnya kita habis cerai?” Salsa tertawa pelan. Bahasa Jordan terlalu aneh untuk mereka yang masih berpacaran.
“Putus ‘kan sama saja dengan cerai.”
“Beda jauh.”
“Jadi, bagaimana? Kita baikkan?” tanya Jordan.
“Terpaksa.” jawab Salsa seakan dia terpaksa menerima Jordan kembali. Padahal dia juga ingin kembali bersama Jordan.
“Bilang saja kau tidak bisa pisah denganku,” goda Jordan sembari mentoel pipi Salsa dengan tangan kirinya.
“Nggak Kebalik? Kamu kali yang nggak bisa jauh dari aku.”
“Kita berdua. Kita sama-sama nggak bisa saling mengabaikan,” usap Jordan lembut pada puncak kepala Salsa.
Malam itu akhirnya Jordan dan Salsa berbaikan. Jordan mengantar Salsa kembali ke kosan nya lalu ia pulang ke rumah yangti.
“Hm.. ada yang lagi seneng nih..” tebak Tania melihat Salsa pulang dengan wajah sumringah.
“Tau aja sih.” Salsa menggantung tas yang tadi ia bawa di belakang pintu dan menyerahkan kresek hitam yang dia bawa pada Tania, “nasi goreng kesukaan mu! Maaf aku tadi lupa pamit,” ujar Salsa.
“Pantesan, aku cari kemana-mana nggak ada. Mana aku lapar, akhirnya cuman bikin Mie gelas.” Tania berlagak sok menyedihkan.
“Nggak usah playing victim. Makan sana!”
“Iya, Btw makasih nasi gorengnya.” Membuka bungkusan nasi goreng oleh-oleh dari Salsa dan memakannya.
“Kalau gratisan itu enak yaa,” ujar Tania dengan mulut penuh nasi goreng.
“Dari dulu, buk.”
Fokus Salsa pada gawai yang di pegangnya. Menunggu notif pesan masuk dari Jordan. Padahal Jordan baru saja pergi beberapa menit yang lalu dari kosan nya.
“Jordan lama banget sih.” ucap Salsa tidak sabaran.
“Sabar, macet kali.” Sahut Tania.
“Nggak mungkin. Malam Selasa kok, kalau malam minggu gitu macet masih bisa di percaya,”
“Mampir ke pom kali.”
“Enggak mungkin, bensinnya tadi aku lihat masih full kok.”
“Mampir ke yang lain kali.” Tania berucap dengan asal.
Puk.. bantal empuk berhasil mendarat dengan manis di kepala Tania.
“Kok aku ditimpuk?”
“Siapa suruh asal ceplos.”
“Ya makanya jangan posesif. Lagian Jordan juga belum lama dari sini. Kayak abg aja sih.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
nona syantiiik
kan aneh si salsa giliran jordan udh bikin keputusan di bilang jahat giliran jordan santai di bilang ga peduli dasar salsa ga jelas
2021-09-20
1
Lani Kusmaryani
nah gitu dong akur kan enak kita baca'a jadi senyum senyum🤭berasa ngalamin gitu kasih kebahagian lah thor buat salsa ma jo kasian semangat thor💪
2021-08-25
1
re
Nah baikan kan senang
2021-08-24
0