FOLLOW INSTAGRAM AKU YAH TEMEN-TEMEN
@n.lita.s DI SANA AKU BAKALAN SHARE NOVEL-NOVEL AKU JUGA SPOILER :-)
***MAKASIHHH...
**************************************************************************************
Salsa dan Tania tiba di Jakarta Sabtu pagi, mereka ikut kereta api jam malam dari Yogyakarta.
“Masuklah, ini rumahku,” ajak Salsa pada Tania. Rumah dua lantai yang tidak terlalu mewah itu masih terlihat rapi meskipun tidak berpenghuni.
“Sayang sekali harus di jual,” gumam Tania yang terdengar oleh Salsa.
Salsa bergeming. Dalam hatinya pun tidak rela menjual satu-satunya rumah peninggalan papanya. Namun, keadaan memaksa dia bertindak demikian.
“Rumahmu cukup rapi, apa ada asisten rumah tangga?”
“Dulu ada, semenjak papa meninggal bibi pulang kampung, jadi, hanya ada orang sewaan untuk bersih-bersih rumah seminggu dua kali,”
“Oww,”
“Ayo ke kamarku dulu!”
Mereka naik ke lantai dua dimana kamar Salsa berada. Kamar dengan cat berwarna putih bersih itu pun sangat rapi. Berjejer boneka di atas ranjang, dari boneka beruang hingga boneka monyet.
“Boleh aku duduk di atas kasur?” izin Tania karena di kamar Salsa tidak ada sofa ataupun kursi kecil.
“Duduk saja, aku akan mencari BPKB mobil,”
Salsa membuka brankas yang berada di dalam kamarnya. Mengambil dua BPKB mobil dari sana dan dua BPKB sepeda motor. Cukup lama Salsa berdiri sambil memandangi beberapa BPKB di tangannya itu. Masih teringat jelas dalam benaknya saat papa Damar memberikan mobil sebagai hadiah ulang tahun Salsa di umur 17 tahun.
“Tidak rela ya?”
“Mau bangaimana lagi keadaan memaksa,” setetes cairan bening meluncur begitu saja di pipi Salsa. Tania bangkit dari duduknya dan merangkul pundak Salsa. “Sabar..” tepukan kecil terasa di pundak Salsa.
Tania, dia satu-satunya sahabat Salsa yang saat ini mengetahui kesulitan yang Salsa hadapi. Salsa masih pada ego nya yang enggan memberitahu Jordan maupun Jessica perihal masalah yang dia hadapi saat ini.
“Bagaimana kalau kita makan dulu baru pergi menemui pak Dani?”
Tania sudah merasa lapar, terakhir mereka makan kemarin sore sebelum naik kereta.
“Tentu saja kita harus makan dulu, cacing dalam perutku sudah ber bunyi sejak tadi.”
Salsa menghapus air matanya dengan telapak tangan. Lalu memasukan BPKB mobilnya ke dalam tas.
“Ayo!” usai memanasi mesin mobilnya, Salsa mengajak Tania mencari sarapan dengan mengendarai mobilnya. Mobil yang sebentar lagi menjadi milik orang lain.
“Kau yakin bisa menyetir dengan baik ‘kan?” selidik Tania yang parno an. Dia pernah mengalami kecelakan mobil bersama temannya saat SMP. Saat itu teman Tania belum mahir mengendarai mobil.
“Jangan meledek, aku sangat jago dalam hal nge drive,” jawab Salsa.
“Tapi, di Jogja kan lama enggak bawa mobil.” Masih ragu pada keahlian Salsa.
“Enggak ngaruh, Tania.. nggak ngaruh sama sekali..”
“Bismillah..” gumam Tania berdoa.
Sarapan kali ini Salsa harus berhemat. Dia dan Tania hanya makan nasi warteg di pinggir jalan. Setelah mengisi perut mereka hingga full, keduanya pergi menuju kantor pak Dani.
Kantor pak Dani tidak terlalu besar, namun cukup terkenal meskipun tidak seterkenal kantor milik suami sahabat Salsa.
“Aku baru pertama kali masuk ke kantor firma hukum,”
Tania mengekor pada Salsa sambil mengamati gedung beberapa lantai yang mereka pijaki.
“Meskipun baru pertama jangan kampungan.” Kata Salsa memperingatkan.
“Iya, iya..”
Sekertaris pak Dani mempersilahkan Salsa dan Tania menunggu di ruangan pak Dani. Kebetulan pak Dani sedang rapat bersama atasannya.
“Maaf, kalian pasti menunggu lama.” Pak Dani masuk ke dalam ruangannya setelah Salsa dan Tania menunggu selama sepuluh menit.
Salsa dan Tania berdiri menyambut kedatangan pak Dani. “Tidak papa, pak. Kami juga baru tiba,” jawab Salsa, “ini Tania teman saya,” memperkenalkan Tania. Dan, pak Dani menganggukkan kepala.
“Silahkan duduk,”
Ketiganya duduk dalam sofa yang berbeda.
“Jadi, kamu sudah memutuskan untuk menjual rumah?”
Sebelum nya Salsa sudah menghubungi pak Dani perihal niatnya menjual rumah agar bisa membayar hutang.
“Iya, pak. Saya mau minta bantuan bapak untuk mengurus semuanya.”
“Baiklah, karena kamu sudah memutuskan, saya akan mempersiapkan penjualan rumah kamu. Untuk BPKB kendaraan sudah di bawa?” tanya pak Dani.
“Sudah, pak.”
“Kebetulan ada klien saya yang tertarik membeli mobil papa kamu. Saya sudah kirimkan foto-fotonya. Beliau ingin melihat langsung mobil papa kamu.” Ujar pak Dani.
“Pas sekali pak, pembelinya luang kapan ya pak? Kalau bisa secepatnya saja pak cek mobilnya.”
“Coba saya hubungi dulu ya..”
“Baik, pak.”
Pak Dani undur diri untuk bertelepon.
“Semoga bisa hari ini ya, Sa. Biar kita kejakarta langsung dapat hasil.” Ujar Tania.
“Aku juga berharap begitu, semoga dua hari ini semua mobil bisa ke jual.”
Beberapa saat kemudian pak Dani kembali ke ruangan dengan wajah sumringah.
“Yang mau beli mobil bisa cek barang hari ini, Sa.”
Semenjak mengurus hutang papa Damar, pak Dani dan Salsa menjadi cukup dekat. Beliau tidak lagi memanggil Salsa dengan sebutan Nona. Hanya nama panggilan saja, itu pun karena pemintaan Salsa.
“Alhamdulillah.”
Pak Dani kembali duduk di tempatnya. “Apa kamu yakin mau jual mobil kamu?” tanya Pak Dani.
“Saya sebenernya nggak rela pak, mobil itu hadiah papa.”
“Saran saya kalau kamu mau jual rumah, mobil kamu enggak usah di jual. Lagi pula penjualan rumah ‘kan cukup buat bayar hutang,” tutur pak Dani memberi nasihat.
“Menurut bapak rumah itu cukup untuk membayar hutang papa?” Salsa tidak yakin hasil dari penjualan rumah cukup untuk membayar semua hutang almarhum papanya.
“Cukup, Sa. Saya yakin cukup.”
“Kalau cukup nggak usah di jual, Sa. Aku setuju sama pak Dani. Nanti mobilnya bisa di bawa kejogja, bisa di gunain buat ojek online,” sahut Tania setuju dengan nasihat pak Dani.
“Betul apa kata Tania, Sa,” timpal pak Dani.
“Bisa di rental in juga ke temen-temen. Daripada mereka nyewa mobil di tempat rentalan, ‘kan, bisa sewa mobil kamu. Lumayan bisa buat tambahan hidup.” Ide Tania cukup bisa di terima oleh Salsa. Dia pun berpikir demikian.
“Gimana, Sa?” tanya pak Dani.
“Saya enggak jadi jual mobil, pak.” jawab Salsa.
“Oke, berarti nanti kita cuman cek mobil papa kamu dan motor ya!”
“Iya, pak.”
Sepulang dari kantor pak Dani, Salsa berpikir untuk menemui Jordan. Lagi pula dia sudah terlanjur pulang ke Jakarta, sekalian saja ia bertemu Jordan.
“Kamu mau pulang ke rumah nggak?” tanya Salsa pada Tania. Namun, Tania menggelengkan kepalanya. “Enggak deh, nanggung.”
“Ya udah, mau ikut aku nggak?”
“Kemana?”
“Menemui Jordan.”
“Hm, ya jelas enggak lah. Ya kali aku jadi obat nyamuk. Anterin aku pulang ke rumahmu aja, mending aku nonton drama atau tidur siang dari pada jadi obat nyamuk.”
“Padahal nggak ada yang nganggep kamu obat nyamuk. Yakin nggak mau ikut aja?”
“Enggakkkkkk..”
“Yo wis Iyo, tak anter pulang.”
Salsa mengantar Tania pulang ke rumahnya. Sementara dia melanjutkan perjalanan menemui Jordan. Salsa sendiri bingung harus pergi kemana? Rumah Jordan? Kantor Daddy Raka ? Apartemen Jordan ? Atau kampus Jordan?
“Ah, sekarang ‘kan Sabtu. Jordan harusnya ada di apartemennya.” Dia menginjak pedal gas mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju apartemen Jordan. Sudah lama Salsa tidak mengebut di jalanan yang sepi.
☘️☘️☘️
Salsa menekan angka 7 di dalam lift yang akan membawanya menuju untuk apartemen Jordan. Dia sangat bersemangat menemui Jordan. Wajah tampan Jordan cukup terngiang-ngiang di benak Salsa saat perjalanan. Dia membayangkan betapa kagetnya Jordan melihat Salsa menemuinya.
“Hehe, dia pasti seneng,”
Ting.. pintu lift terbuka dan Salsa melangkah keluar. Namun, langkahnya terhenti saat melihat Naya keluar dari apartemen Jordan.
“Ngapain lo dari apart cowo gue?!” Hardik Salsa.
Naya terkesiap melihat Salsa sudah berdiri di hadapannya. Dia tersenyum licik pada Salsa.
“Bukan urusan lo, gue kesini karena Jordan butuh gue. Dia butuh kasih sayang dari gue, bukan lo yang jauh disana.”
Salsa mengepalkan tanganya geram. Dia ingin sekali menjambak wanita yang berada di hadapannya itu, namun ia tahan.
“Terserah lo mau bilang apa gue ga denger,” melewati Naya cuek. Salsa tidak mau berdebat lebih lama dengan Naya. Tidak ada untungnya. Waktunya menemui Jordan lebih berharga dari pada berdebat dengan Naya.
“Hahaha, tolong bilang ke pacar lo. Gue bisa nunggu kalian putus,” kelakar Naya.
“Jangan mimpi.”
Salsa menekan kode sandi apartemen Jordan dan membukanya pelan.
“Gue udah bilang jangan ganggu gue, lo budek apa, Nay?”
Deg .. sepertinya Jordan salah paham. Lelaki itu mengira yang datang adalah Naya bukan Salsa. Tapi, apakah itu berarti Naya juga tau kode sandi apartemen Jordan?
Salsa meradang! Tidak salah lagi Naya tau kode sandi apartemen Jordan. Bisa saja Naya sudah sering datang ke aprtemen Jordan.
“Nay, aku bukan Naya.”
Jordan menoleh kaget. “Sayang?”
Sayang katanya!
“Kenapa? Kaget? Kamu kira aku Naya?” masih bediri beberapa langkah dari depan pintu.
Jordan bangkit dan menghampiri Salsa. Dia hendak memeluk Salsa tapi Salsa menghindar.
“Kamu kapan datang Hm? Kenapa enggak ngabarin aku, aku ‘kan bisa jemput kamu di bandara?” Meraih tangan Salsa dan mengecupnya. Jordan tidak menyerah meskipun Salsa menghindari pelukannya.
“Kamu belum jawab pertanyaan ku ya, Jo. Jangan mengalihkan pembicaraan.” Ketus Salsa melangkah menuju sofa dan mendudukan dirinya dengan kasar disana.
“Pertanyaan yang mana sayang?” Menyusul Salsa dan duduk di meja kaca hingga berhadapan dengan Salsa.
“Kenapa Naya kesini? Ngapain dia nemuin kamu? Kenapa dia tau sandi apartemen kamu? Kalian berduaan? Ngapain aja kalian beduaan, ha?” Cecer Salsa dengan berbagai macam pertanyaan.
“Dia cuman nganterin tawaran kerja sama iklan yang perlu aku lihat, sayang. Kita enggak ngapa-ngapain.” Jordan mengelus pipi Salsa.
“Bohong!”
“Bener sayang, aku bohong.” Mengangkat tangan kanannya dan membentu dua jari peach.
“Kalian ngapa-ngapain juga aku nggak tau.”
“Udah dong, Sa. Kamu datang kesini cuman buat marah-marah?” Jordan mulai terpancing kesal. Dia sedang lelah akibat proyek yang di tanganinya mengalami beberapa masalah. Lalu Salsa datang bukannya menghibur Jordan malah marah-marah.
“Aku datang kesini mau ketemu kamu tapi kamu malah enak-enak an berduaan sama cewe lain,”
“Aku sudah bilang Naya cuman nganter berkas aja. Kenapa kamu enggak percaya? Kenapa sih kamu selalu cemburuan sama Naya? Aku harus bilang berapa kali sama kamu Naya itu hanya teman aku.”
“Kenapa cuman nganter berkas harus dia? Kenapa nggak asisten dia atau manajer dia aja yang anter? Aku percaya sama kamu tapi nggak sama Naya. Dia itu suka sama kamu, Jordan. Harus berapa kali bilang biar kamu ngerti kalau dia suka sama kamuuu..” jelas Salsa.
“Tapi aku nggak suka sama dia. Dan, untuk berkas asisten dia lagi sibuk makanya dia anter sendiri.” Ujar Jordan.
“Dan, kamu percaya itu? Kamu nggak sadar itu cuman akal-akalan dia buat ketemu kamu,”
“Pikiran kamu kenapa selalu negatif sih, Sa? Apa enggak bisa kamu berpikir positif sedikit aja?”
“Bukan pikiran aku yang negatif, tapi emang kenyataannya seperti itu. Naya selalu mencari cara untuk mendekati kamu.”
“Cukup, Sa. Aku tidak mau berdebat lagi denganmu karena Naya. Aku sudah jelaskan berkali-kali Naya itu hanya temanku tidak lebih.”
“Ck.. Siapa juga yang mau berdebat dengan mu karena perempuan itu? Aku tidak sudi!” Salsa mendorong tubuh Jordan dan melewatinya pergi. Jordan yang hampir jatuh ke belakang itu mencoba menyeimbangkan tubuhnya dan mengejar Salsa.
“Mau kemana kamu?” tahan Jordan.
“Pulang!”
“Jangan pulang, apa tidak merindukanku?”
“Tidak..”
“Tapi aku Merindukanmu..” memeluk Salsa dari belakang.
“Lepas, aku mau pulang.”
“Aku tidak mau melepaskan mu.”
Salsa yang sudah terlanjur kesal terpaksa menggigit tangan Jordan.
“Auwh, kenapa kau menggigit ku?” ringis Jordan.
“Itu hukumanmu,”
“Apa aku bersalah, kenapa harus di hukum?”
Apa aku bersalah katanya? Sungguh, Salsa semakin kesal karena Jordan tidak menyadari kesalahannya. Berduaan dengan Naya di apartemennya adalah kesalahan di mata Salsa.
“Pikir saja sendiri..” Salsa berlalu begitu saja.
Jordan ingin mengejar namun gawainya berdering. Dia terpaksa melepaskan Salsa.
“Dia tidak mengejar ku?” gumam Salsa berharap Jordan mengejarnya. Namun, sampai dia berada di basement Jordan tidak mengejar.
“Kamu berubah Jordan..” Salsa memukul stir kemudinya dengan keras sambil menangis. Perasaannya sedang sensitif akhir-akhir ini karena masalah yang dia hadapi.
Mobil melaju meninggalkan gedung apartemen Jordan membelah jalanan kota Jakarta. Dia kembali kerumah dengan perasaan kecewa. Apalagi Jordan yang terkesan membela Naya membuat Salsa terluka. Memang benar kata orang pacaran jarak jauh cukup riskan untuk di jalani. Kepercayaan keduanya di pertaruhkan di hubungan ini.
☘️☘️☘️
Sementara Jordan, setelah menjawab telepon dari Kris, dia mengejar Salsa hingga basement, namun, terlambat. Salsa sudah pergi.
Jordan pun kembali ke apartemennya dan bersiap menemui klien penting. Dia akan menemui Salsa setelah menemui klien nya. Seperti biasa Jordan mengira Salsa sedang manja dan akan luluh ketika Jordan menemuinya.
“Kenapa mendadak? Bukankah jadwalnya besok?” protes Jordan pada Kris.
Jordan dan Kris sedang dalam perjalanan menemui kliennya.
“Maaf, Tuan. Tuan besar yang mengganti jadwalnya menjadi sekarang,” jawab Kris yang hanya mendapat perintah dari Daddy Raka.
“Daddy?” Jordan mengernyitkan alisnya. “Bukankah Daddy masih di Jepang?”
“Tuan besar sudah tiba di Jakarta pagi siang ini dan sekarang dalam perjalanan menemui klien.”
“Sial..” mengapa Jordan tidak tahu jika Raka sudah pulang. Daddy nya yang super perfect dalam mengurus pekerjaan itu pasti akan mengomeli Jordan jika tahu Jordan sedang mengalami masalah dalam mengurus proyek.
Beruntung yang Jordan khawatirkan tidak terjadi. Raka justru membantu Jordan menyelesaikan masalah proyeknya dengan baik.
“Terimaksih, dad.” ucap Jordan setelah dia dan Raka mengakhiri pertemuannya dengan klien.
“Tidak masalah, kau harus banyak belajar lagi, Jo!”
Jordan mengangguk. “Tapi, bukankah Daddy seharusnya pulang minggu depan?” tanya Jordan penasaran.
“Daddy merindukan mommy mu, kau tidak tau saja jika rindu itu berat. Daddy tidak bisa menahannya,”
“Hoek, kalian sungguh membuat ku mual. Tidak mommy, tidak Daddy. Sama-sama Lebay,”
“Hahaha, ngomong-ngomong kenapa Salsa mau menjual rumah papanya? Apa calon menantu ku itu sedang kesulitan ?”
Deg...
Menjual rumah? Jordan bahkan tidak tau..
☘️☘️
Ini dua ribu kata lebih yaa guys .. harusnya jadi dua bab.. pengganti bab yang kemarin aku enggak update.. jangan lupa Like dan koment yaa .. Thanks
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Naya En-lish
lanjuuutt
2021-08-27
0
Yunni Hary
jordan knpa g peka sih thor???uda pya pacar msh aj ngelayni nila kumpret itu kan jd sedih salsany...ayo thor buat alurny sprti jessi spri yoga bucin sm jessi jordanny thor pleaseeee🙏🙏, aq itu ngikutin trus novelmu dr dady raka turun novel ke ankny krna crta bagus👍👍👍👍
2021-08-24
1
Nayla Syifa
tambah seru cerita nya, ditunggu kelanjutannya ya kak othor 😘
2021-08-22
0