FOLLOW INSTAGRAM AKU YAH TEMEN-TEMEN
@n.lita.s DI SANA AKU BAKALAN SHARE NOVEL-NOVEL AKU JUGA SPOILER :-)
***MAKASIHHH...
**************************************************************************************
Sepulang kuliah Salsa mengerjakan tugas kuliah di cafe. Mengapa memilih mengerjakan tugas kuliah di cafe? Sebab dia bisa cuci mata melihat pengunjung cafe yang rata-rata masih seusianya, mungkin bisa di bilang cafe tempat Salsa mengerjakan tugas adalah tempat nongkrong anak kuliahan. Hampir semua bangku penuh dengan anak kuliah an yang sedang mengerjakan tugas sambil nongkrong.
Tentu saja Salsa tidak sendirian saat mengerjakan tugas, dia bersama Tania. Teman Salsa sejak pertama kali kuliah di Jogja. Tania juga merupakan anak rantau, dia asli Jakarta seperti Salsa. Menempuh pendidikan di jurusan dan universitas yang sama dengan Salsa. Oleh sebab itu keduanya akrab.
“Sa, coba lihat cowok yang pakai kemeja navy itu!” bisik Tania dengan gerakan mata seakan menunjuk sosok lelaki yang sedang di bicarakan.
Salsa memandang ke arah yang Tania maksud, dan mendapati lelaki yang sedang di bicarakan Tania memandang ke arahnya lalu tersenyum. Lelaki itu tersenyum ramah pada Salsa.
“Gilaaaa, dia senyum sama kamu,” ujar Tania sambil meneliti ekspresi raut wajah lelaki itu, “fiks dia naksir sama kamu,” Tania heboh sendiri sambil cekikikan.
Bukan hanya Tania, Salsa pun merasakan hal yang sama. Lelaki itu tersenyum hangat padanya, padahal mereka tidak mengenal satu sama lain.
“Cuman perasaan lo aja, dia senyum gitu karena emang orangnya ramah kali,” Salsa tidak ingin berpikiran yang tidak-tidak.
“Masa sih? Tapi aku yakin, dia kayak naksir gitu sama kamu,” yakin Tania.
“Wait, kayak pernah lihat tu cowok deh,” Tania mengingat-ingat sesuatu, “oh, dia ‘kan kakak tingkat kita,” jelas Tania.
Salsa kembali menoleh sekilas pada lelaki. “Iya bener, kayaknya aku juga ingat. Dia bukannya asisten dosen yaa?”
“Bener banget,” sahut Tania. “Ganteng banget,” gumam Tania sambil menopang dagunya dengan kedua tangan memandang penuh kagum pada lelaki itu.
“Masih ganteng an Jordan lah.” Tegas Salsa yang sudah menjadi budak cinta nya Jordan.
“Kalau gitu dia buat aku aja yaa!” Pinta Tania masih dalam posisi yang sama.
“Ambil aja, belum tentu juga dia mau sama kamu, haha,” Ejek Salsa.
Dering gawai yang tergeletak di samping jus alpukat milik Salsa itu memecah pembicaraan mereka.
Pak Dani?! Ada apa pak Dani meneleponnya? Pak Dani adalah pengacara alm. Papa Damar.
“Hallo!” Salsa menjawab panggilan telepon dari pak Dani. “Iya, bisa pak. Kebetulan saya sedang di daerah itu, baik pak. Saya bisa langsung kesana sekarang. Baik, pak,” kemudian menutup telepon nya setelah pak Dani lebih dulu mengakhiri panggilan telepon itu.
“Siapa?” Tania bertanya karena kepo.
“Pengacara alm. Papa. Beliau mau ketemu aku katanya ada hal penting, di dekat sini,” jawab Salsa.
“Ya udah yuk, aku temenin,” Tania mulai membereskan buku-buku yang masih berserakan dia atas meja.
“Nggak, aku sendiri aja. Kamu lanjutin tugasnya, nanti dari sana aku balik ke sini,” ucap Salsa menolak niat baik Tania. Bukan Salsa tidak mau Tania menemaninya namun, deadline tugas mereka tinggal dua hari lagi. Mereka harus mengerjakan tugasnya secepat mungkin.
“Yakin mau sendiri aja?”
Salsa menganggukan kepalanya sembari memasukan gawai nya ke dalam tas dan mengambil dompet nya, dia mengeluarkan dua lembar uang lima puluh ribuan dan memberikannya pada Tania. “Ini buat bayar minum sama makanan aku tadi,”
Tania menerima nya, “masih ada sisa,” mengambil dompetnya untuk memberikan yang kembali an pada Salsa.
“Simpen aja, nanti aku balik ke sini,” jawabnya terburu-buru melangkah meninggalkan cafe itu.
Tania pun menatap kepergian Salsa dengan melongo. Dia sendirian sekarang, apakah mungkin dia bisa fokus mengerjakan tugasnya jika hanya sendiri? Atau kau dia hanya terfokus pada mahasiswa-mahasiswa tampan yang sedang nongkrong di cafe itu ?
**
Tangan Salsa gemetaran sambil memegang erat lembaran-lembaran kertas penting. Surat hutang dengan pihak bank milik sang almarhum Papa.
“I-ini apa Pak?” tanya nya.
“Itu rincian hutang almarhum yang belum terbayarkan nona,” jawab pak Dani menjeda ucapannya, “jika dengan bunganya totalnya lima milyar,” terang pak Dani.
Lima milyar???? Kepala Salsa langsung nyut-nyut an mendengar banyaknya hutang sang papa.
“Biasanya almarhum pak Damar membayar angsuran secara rutin nona, namun sudah dua bulan ini pak Damar menunggak angsuran,” ujar Pak Dani.
Bagaimana mungkin papa nya mengabaikan tanggung jawab dan menunggak angsuran? Hal yang di lakukan papa Damar tidak seperti kebiasaan papa Damar.
“Tapi untuk apa papa berhutang sebanyak itu, pak?” yang Salsa tahu gaji papa nya cukup untuk membiayai kehidupan mereka bahkan bisa menabung seharusnya.
“Beliau tidak pernah menceritakan hal itu pada saya, nona. Meskipun kami teman kuliah dulu tapi Damar tidak terbuka dengan Saya. Hubungan kami sebatas klien dan pengacara,” jawab Damar.
Nasi sudah menjadi bubur. Mau di apakan sudah terjadi? Sekarang papa Damar juga sudah tiada. Hutang yang menggunung itu sepenuhnya menjadi tanggung jawab Salsa.
“Bisa saya pikirkan dulu pak, ini terus terang saya kaget.”
“Saya tau nona kaget, pihak bank juga memberikan waktu untuk melunasi nona, atau mau di lanjutkan saja angsurannya juga bisa,” ujar pak Dani.
“Baik, pak. Saya pikirkan dulu ya pak,”
“Baik, nona. Saya akan berbicara dengan pihak bank.”
“Terimakasih, pak.”
Salsa pulang ke kosan nya dengan lesu. Baru empat puluh delapan hari ditinggal sang papa pergi untuk selamanya kini masalah baru datang.
Sampai di kos, Salsa langsung mengguyur tubuhnya dengan air dingin dengan harapan dia bisa berpikir lebih jernih dan lebih fresh. Namun, tidak! Dia justru semakin resah. Hutang lima milyar itu sangat banyak bagi Salsa. Bagaimana dia bisa membayar hutang itu? Dia juga harus membiayai hidupnya sendiri, membayar biaya pendidikannya.
Salsa menggabungkan menjadi satu tabungan peninggalan papa nya serta tabungannya, totalnya 1 milyar. Masih kurang 4 milyar untuk membayar hutang papanya. Tapi, dia tidak bisa menghabiskan semua uang tabungannya. Bagaimana dia akan membiayai hidupnya jika uang tabungannya di habiskan?
Saat sedang memikirkan hutang lima milyar itu. Gawai nya berdering, satu panggilan masuk dari Jordan. Salsa tidak menjawab panggilan dari Jordan, dia hanya melirik sekilas pada benda pipih yang berada tidak jauh dari tempatnya saat ini.
“Maaf, Jordan. Aku sedang tidak ingin berbicara dengan mu,” gumam Salsa.
Dia tidak bisa berbicara dengan Jordan saat sedang di liputi kebimbangan seperti saat ini. Dia tidak mau Jordan tahu dirinya sedang mengalami masalah. Jordan sudah banyak membantunya, dia tidak mau merepotkan Jordan dan keluarganya lagi.
Di tempat lain, Jordan merasa cemas karena Salsa tidak menjawab panggilan teleponnya. Sudah berulang kali Jordan menghubungi nomor Salsa namun tidak di jawab oleh Salsa.
“Kemana dia?” batin Jordan.
“Ayo, Jo! Semua orang sudah menunggu!” ajak Naya pada Jordan. Keduanya sedang menghadiri acara jamuan makan malam dengan kru perfilm an.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Yunni Hary
come thor novelmu yg ini uda mulai seru jgn lama" y up thor krna novelmu yg lain uda selesaiku baca mulai dr novel ortu jordan, jessi smua seru dan bagus jjr aq suka thor🥰🥰🥰👍👍👍👍🌹🌹
2021-08-17
0
re
Semoga ada jalan dan tdk mengangguk Salsa dan Jordan
2021-08-16
0
Dian Rahmawati
kasian Salsa,, semoga Jordan bisa bantu
2021-08-16
0