Jordan benar-benar membuktikan ucapannya, dia menetap sementara di Jogja mengurus bisnis Daddy Raka sekalian menjaga Salsa. Meskipun sikap Salsa masih saja dingin padanya, dia tidak menyerah.
Namun, hari ini Salsa memutuskan kembali ke kosan nya. Salsa merasa tidak nyaman tinggal di rumah yangti. Dia memilih kembali ke kos setelah mendapat persetujuan dari yangti dan yangkung, tentunya dengan bujuk rayu yang tidak mudah hingga Salsa mendapat persetujuan pindah.
“Sering-sering main kesini ya, pokoknya yangti mau seminggu sekali Salsa nginep disini.” Pelukan hangat Yangti selalu menenangkan bagi Salsa. Selain pelukan mommy Ayu, kini pelukan yangti yang akan selalu ia rindukan. Pelukan penuh kasih dari seorang ibu, bagi Salsa yang hidup tanpa kasih sayang ibu.
Salsa memeluk erat yangti seakan enggan melepaskannya. Tapi, sejenak ia tersadar jika terus seperti ini yangti bisa saja menarik kembali ucapannya yang mengizinkan Salsa kembali ke kos. “Salsa pasti sering nginep kok yangti.” Melepaskan rangkulan dari yangti.
Perpisahan singkat pun berakhir. Diantar Jordan, Salsa kembali ke kosan nya. Di dalam mobil yang di kemudikan Jordan hanya ada keheningan. Baik Jordan maupun Salsa memilih diam. Mereka masih perang dingin.
“Masih marah?” Jordan mengalah dan mulai membuka percakapan.
Salsa yang sedang menatap arah luar kaca mobil itu menanggapi dengan cuek, “nggak.” Ucapnya tanpa menoleh.
Jordan menghela nafas panjang. Sabar! Dia hanya bisa sabar menanggapi sikap Salsa.
“Mau mampir ke supermarket dulu, nggak?”
“Nggak.”
Harus bagaimana lagi Jordan membujuk Salsa agar bersikap hangat padanya? Apakah dia harus menuruti permintaan Salsa dan mengakhiri hubungan meraka. Tapi, Jordan tidak mau. Dia mencintai Salsa. Salsa cinta pertamanya sekaligus perempuan yang ingin Jordan jadikan cinta terakhirnya pula.
“Sudah sampai.” Ucap Salsa. Tanpa sadar Jordan melewati kos Salsa beberapa meter.
“Ah, maaf.” Jordan mematikan mesin mobilnya, membuka sabuk pengamannya dan turun dari mobil. Tak lupa dia berjalan memutar untuk membukakan pintu mobil bagi Salsa.
“Terimakasih.” Salsa turun dari mobil.
Koper dan beberapa kresek hitam yang berisi camilan itu Jordan bawa turun dari mobil. Dia menggeret koper dan menenteng kresek membawanya masuk ke dalam kamar kosan Salsa.
“Kos bebas?” Tanya Jordan heran melihat banyak lelaki terlihat keluar dari salah satu kamar kosan. Salsa melihat kearah Jordan memandang. Dia pun tidak heran jika ada lelaki yang keluar masuk dari kamar kos. Karena memeng kosan yang Salsa sewa itu merupakan komplek kos bebas dan eksklusif.
“Sa?” Panggil Jordan.
“Sudah bisa lihat sendiri ‘kan?” Salsa enggan menjawab pertanyaan Jordan. Dia membiarkan Jordan melihat dan menyimpulkan sendiri seperti apa kosan Salsa.
“Sial.” Batin Jordan. Selama ini dia tenang-tenang saja Salsa tinggal di kos. Dia tidak menyangka kos Salsa ternyata kos bebas. Jika tau mungkin Jordan akan mengerahkan segala cara membujuk Salsa untuk pindah kos atau tinggal di rumah yangti saja biar aman.
“Mau masuk enggak?” Pintu kamar Salsa terbuka lebar. Dia sudah masuk lebih dulu meninggalkan Jordan yang mengekorinya sambil melirik-lirik kamar kos lain. Kalau-kalau ada yang mencurigakan.
“Kamu kenapa enggak bilang kalau kosan mu bebas?” Tanya Jordan sambil meletakan koper milik Salsa di sudut tempat kamar. Lalu menelisik memandangi setiap sudut kamar berukuran 4x5 meter itu.
“Kamu engga nanya.” Balas Salsa. Dia membongkar koper yang baru saja Jordan letakkan dan mengeluarkan isi dalamnya yang berupa; baju-baju ganti selama dia tinggal dirumah yangti juga kosmetiknya.
Baju-baju yang baru saja Salsa keluarkan dari koper dia susun ke dalam almari. Juga kosmetik nya ia taruh di rak khusus peralatan make up.
“Ya kalau aku enggak nanya harusnya kamu bilang.” Lelaki itu memilih duduk di kasur lantai dan menyalakan televisi.
Salsa masih sibuk menata bajunya. Dia membiarkan saja Jordan bermain dengan remote kontrol televisi. “Kenapa aku harus bilang?”
Jordan memencet asal angka-angka di remote itu, mengganti Channel satu ke Channel yang lainnya. “Ya aku ‘kan pacar kamu.” Jawab nya asal pula.
Salsa memutar bola matanya malas. Memang kenapa jika Jordan pacarnya? Apakah dia harus melapor pada Jordan setiap detail yang ada di dalam hidupnya. “Nggak usah Lebay. Lagi pula keamanan kos disini bagus. Ada CCTV dimana-mana.” Ucap Salsa sambil menutup almari bajunya. Dia selesai menata bajunya.
“Banyak cowok yang sering main?” Jordan bertanya dengan serius.
Salsa berjalan kearah Jordan dan duduk di sebelahnya. “Main kemana?”
“Kesini?”
“Kos aku?
“Ya iyalah. Memang nya kemana lagi. Sekarang kita ‘kan lagi di kosan kamu!”
“Ow.”
“Kok o? Kalau ditanya itu jawab sesuai pertanyaanya.” Mulai kesal juga si Jordan.
“Enggak.” Jawab Salsa menjeda ucapannya, “kamu yang pertama.” Lanjutnya kemudian.”
Dalam hatinya Jordan senang mendengar jawaban Salsa. Dan, dia percaya itu. Dia yakin Salsa tidak berbohong. Tapi, dia tetap saja merasa tidak nyaman Salsa tinggal di kos yang bebas seperti ini. Apalagi mereka sebentar lagi akan berpisah. Jordan akan kembali ke Jakarta yang otomatis mereka akan kembali ldr an (Read: long distance relation ship). Atau istilahnya pacaran jarak jauh.
Apa Jordan membujuk Salsa untuk pindah kos saja ya? Tapi, Salsa pasti marah dan menganggap Jordan kekanak-kanakan. Dan, hubungan mereka yang baru saja membaik ini pasti merenggang lagi. Sudahlah, untuk kali ini Jordan akan mengalah. Meredam egonya agar hubungan mereka adem ayem dari perselisihan.
**
Setelah 6 bulan di Jogja, Jordan akhirnya kembali ke Jakarta. Sampai di ibu kota, Jordan di sambut oleh sang adik, Reynard. Adik bungsu nya itu di antar oleh sopir menjemput Jordan di bandara.
“Welcome back, Brother.” Reynard menyambut kedatangan Jordan dengan kedua tangan terbuka siap memeluk Jordan. Namun, bukannya memeluk adikmu itu, Jordan justru menyentil kening Reynard dengan jari telunjuknya, “rasah Lebay.” Kata sang kakak pada sang adik yang langsung masuk ke dalam mobil di ikuti sang adik.
“Kita ke kantor, pak!” Ucap Jordan pada sopir Rey. Rey menolak, “Kita pulang, pak. Enak aja baru sampai langsung mau ke kantor.” Gerutu Rey.
Jordan mengikuti saja apa mau adiknya sebelum adiknya itu mengomel semakin jauh.
“Siapa yang nyuruh kamu jemput kakak?”
“Mommy lah, memang siapa lagi yang peduli sama kakak selain mommy.”
Benar apa yang dikatakan Rey. Mommy Ayu memang sangat peduli pada putra putrinya. “Terus kenapa mommy nggak ikut jemput kalau peduli?” Tanya Jordan.
“Ya peduli sih peduli. Tapi, cuan lebih penting. Wkwk.” Jawab Rey tertawa.
Dia ingat percakapannya dengan mommy Ayu satu jam yang lalu via telepon.
“Rey, tolong jemput kak Jordan di bandara ya. Minta tolong sopir kamu.” Ucap mommy Ayu di sambungan telepon.
“Loh ‘kan mommy bilang mommy yang mau jemput kak Jo.” Sahut Rey.
“I-iya sih, tapi mendadak mommy ada perlu nih. Klien mommy mau datang, mana ini tu biasanya kalau pesen baju banyak.” Ayu menjawab.
“Oo, jadi klien mommy lebih penting dari kak Jo?”
“Untuk saat ini iya dong. Bisa ratusan juta, Rey. Eman banget kalau klien mommy lari.” Ayu terkekeh menjawab pertanyaan Rey.
Begitulah hingga Rey akhirnya menyetujui permintaan mommy Ayu dengan syarat uang jajannya minggu ini dua kali lipat.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
ayila
si rey mata duitan hehe
2021-06-24
0
ita
semangat terus torrr
2021-06-24
0
Ray Wandiana
lagi thoorrr
2021-06-18
0