My Beloved Husband
Ini adalah sequel dari "PENGACARA TAMPANKU" mengisahkan tentang Salsa sahabat baik Jessi dan Jordan yang tidak lain kakak kembaran Jessi. Disarankan untuk membaca pengacara tampanku sebelum membaca cerita ini.
Novel ini akan slow update, sekian cuap-cuap dari aku.
Brakk.. benturan yang cukup keras terjadi kala sepeda motor vs sepeda motor saling bertabrakan di jalan Hos Cokroaminoto, Yogyakarta. Tabrakan terjadi antara pengemudi ojek online dan seorang mahasiswa yang langsung kabur usai menabrak ojol dan pejalan kaki yang hendak menyebrang jalan. Korban kecelakan langsung di larikan ke rumah sakit oleh ambulan yang tidak sengaja lewat saat kejadian kecelakaan. Salah satu dari korbannya adalah mahasisi kedokteran Universitas Gajah Mada, dia adalah Salsabila Prameswari.
Salsa, mahasisi yang sedang menempuh pendidikan di Yogyakarta seorang diri itu merasa kebingungan harus menghubungi siapa di saat kondisi seperti sekarang. Gadis itu tidak mungkin menghubungi papa nya yang sedang dinas di luar negeri. Ia teringat pada Yangti,Nenek dari sahabatnya yang tinggal di Jogja.
Beruntung Salsa hanya mengalami luka lecet-lecet dan patah tulang ringan. Hanya saja gadis itu harus bersabar untuk beberapa bulan kedepan dengan kondisi patah tulangnya.
"Gue panik tau nggak waktu yangti telepon lo kecelakaan, untung lo nggak papa." Cerocos Jessi sahabat baik Salsa. Jessi yang tinggal di Jakarta langsung menuju Jogja setelah mendapat kabar kecelakaan yang menimpa Salsa.
"Gue jadi ngerepotin Lo, sama mommy."
"Nggak sayang, kamu nggak ngerepotin mommy sedikitpun. Sekarang kamu jangan mikir macam-macam fokus sama kesembuhan kamu aja, mommy sama Jessi ada disini." Ucap Ayu lembut dengan penuh kasih sayang layaknya berbicara dengan putri kandungunya.
"Makasih mommy,"
"Sure." Ayu mengangguk.
***
Jessi menggenggam tangan Salsa saat tanpa ia sadari air mata mulai menetes di pipinya. Untuk beberapa saat Jessi tidak bisa menahan air mata yang mengalir menganak sungai itu. Melihat Salsa yang terbaring di ranjang pasien itu sungguh menyakitkan bagi Jessi. Jessi sudah menganggap Salsa layaknya saudara kandung, jika Salsa kesakitan Jessi pun akan merasa tersakiti pula.
Tangis Jessi pun berhenti saat ia mendengar suara pintu didorong dari luar, seseorang menyentuh gagang pintu. Jessi menoleh melihat siapa yang datang tanpa suara.
“Kak Jo?” Yang datang si ganteng Jordan. Lelaki itu masuk kedalam kamar rawat inap Salsa dengan menggeret kopernya.
“Dia tidur?”
Jessi mengangguk. “Habis minum obat.”
Jordan berjalan mendekat ke brankar. **Deg! **Melihat tangan Salsa di balut gips Jordan merasakan nyeri di dadanya.
“Apa yang terjadi sebenarnya?”
“Entahlah, kak. Yang Jessi tau hanya tabrak lari, pelakunya belum ditemukan.” Jawab Jessi.
Jordan terdiam. Namun, sorot matanya memperhatikan luka di tangan Salsa. “Apa tidurnya nyaman?” Dengan hati-hati Jordan mengangkat tangan kiri Salsa dan meletakannya di atas guling yang sejajar dengan perut Salsa, agar tangan yang terluka itu tidak tertindih.
“Nyaman nggak nyaman, mau bagaimana lagi?”
“Mommy kemana? Kata Daddy mommy juga ikut kesini?”
“Lagi ke butik..Oh, iya!”
“Kenapa?”
“Karena kak Jo disini, tolong jaga Salsa sebentar. Jessi mau ke kosan Salsa ambil baju ganti Salsa dan beberapa perlengkapannya.” Ucap Jessi teringat Salsa belum membawa baju maupun perlengkapan yang lain.
“Jangan lama..”
“Iya, iya.” Menyambar tasnya yang berada di sofa sambil berlalu meninggalkan ruangan itu.
Sekitar lima menit Jessi menunggu taksi online yang ia pesan. Taksi dengan plat AB itu dikendarai oleh pria paruh baya yang sangat sopan. Selain sopan bapak sopir taksi itu juga ramah dan menyenangkan enak di ajak mengobrol dalam perjalananan menuju kos Salsa.
Kosan Salsa terletak di daerah Babarsari. Di Salah satu daerah dengan banyaknya kos eksklusif. Kos Salsa termasuk satu dari sekian banyak kos eksklusif yang ada di Yogyakarta.
Berbekal kunci cadangan yang ia punya, Jessi pun masuk kedalam kamar kos Salsa. Kamar berukuran sekitar 4x5 meter itu terbilang bersih dan tertata rapi barang-barangnya. Didalam nya ada satu springbed single, almari baju, meja belajar mini, televisi led dan kasur lantai.
Jessi menuju almari pakaian dan mengambil beberapa stel baju serta baju dalaman milik Salsa. Ia masukan baju-bahu itu ke dalam koper mini milik Salsa.
“Seperti mau traveling.” Gumam Jessica terkekeh. Padahal ia akan pergi ke rumah sakit namun membawa koper.
“Astaga.” Melihat dua figura yang ada di atas meja belajar Salsa membuat Jessi menggelengkan kepalanya. Satu figura berisi foto Salsa, Jessi dan Celia. Sementara figura yang satunya berisi foto papa Salsa dan Jordan yang sudah di edit menjadi satu.
Cekrek.. Cekrek.. Dua kali Jessi memotret foto Jordan dan papa Celia. Setelah beberes Jessi langsung memesan taksi online lagi.
Sementara di rumah sakit..
“Kamu ngapain kesini?” Salsa melengos tidak mau menyapa Jordan. Salsa sudah bangun dari tidurnya, ia mengambil posisi setengah duduk dengan punggung bersandar brankar yang sudah di naikkan bagian kepalanya.
“Masih marah?”
“Nggak.”
“Sa, harus berapa kali aku katakan aku dan ..”
“Aku tidak mau dengar.”
Jordan menghela nafas panjang. Perempuan di hadapannya itu masih saja keras kepala bahkan disaat kondisinya sedang terluka.
“Baiklah, aku tidak akan membahasnya. Bagaimana kau bisa terluka?”
“Nggak sengaja ke tabrak.”
“Memang kamu anak kecil yang menyebrang jalan tidak pake lihat kanan kiri?” Jordan sudah mendengar kronologi kecelakaan yang menimpa Salsa, secara garis besar Salsa hendak menyebrang jalan saat tanpa sengaja pengendara sepeda motor menabrak gadis itu.
“Nggak lihat.” Jawab Salsa cuek.
Obrolan keduanya terjeda saat petugas rumah sakit mengirim makan malam untuk Salsa.
“Makan ya, aku yang suapi?” Bujuk Jordan.
“Nggak perlu.”
Lalu Jordan melirik obat di nakas dan memeriksanya. “Obatnya harus di minum setelah makan.” Sambil membaca panduan meminum obat yang sudah di resep kan dokter.
“Kalau kamu nggak makan, gimana mau minum obat?” Mengambil jatah makan Salsa dari rumah sakit dan membuka penutupnya. Jordan menyendok nasi dan lauk lalu diarahkan nya ke mulut Salsa. “Aaaa, buka mulut kamu.”
“Nggak mau.”
“Sedikit saja, lima suapan.”
“Nggak.”
“Tiga suapan nggak papa, yang penting kamu makan.”
“Nggak.”
“Makan atau saya telepon om Damar!” Ancam Jordan. Jordan sangat tau Salsa lemah jika menyangkut papa nya.
“Cih, tukang ngadu.” Sambil membuka mulutnya. Satu suapan akhirnya masuk kedalam mulut Salsa.
Jordan tersenyum penuh kemenangan. Jika tau begini dari awal ia akan membawa nama om Damar agar Salsa menurut.
“Kamu nggak kasih tau papa ‘kan?” Tanya Salsa dengan mulut penuh makanan.
“Sementara belum.” Jawab Jordan datar.
Salsa melotot pada Jordan.
“Enggak.” Tutur Jordan kemudian.
Setelah lima suapan Salsa menutup mulutnya rapat-rapat. Akhirnya Jordan mengalah, setidaknya Salsa sudah mau makan.
“Aku akan tinggal di Jogja sampai kamu sembuh.” Jordan meletakan kembali peralatan makan di nakas. Lelaki itu lalu mengambil tisu dan membantu Salsa mengelap mulutnya yang belepotan.
“Aku bisa sendiri.” Salsa merebut tisu dari tangan Jordan dengan tangannya yang tidak terluka dan mengelap mulutnya sendiri.
“Aku bilang, aku akan tinggal di Jogja sampai kamu sembuh.” Ulang Jordan.
“Nggak perlu.”
“Ini pemberitahuan bukan penawaran! Aku tidak memerlukan pendapatmu.” Tegas Jordan.
“Serah.”
“Minum.” Menyerahkan segelas air putih. Salsa meminumnya hingga tandas lalu ia meminum obat yang sudah di siapkan Jordan.
“Aku harap hubungan kita bisa..”
“Selama ada dia diantara kita, jangan mimpi!” Potong Salsa.
“Satu tahun yang lalu, aku-..”
“Kakak ngapain satu tahun yang lalu?” Jessi tuba-tiba datang dan menyahut obrolan Jordan dengan Salsa.
Cih, kenapa anak cepat sekali datangnya?
Jordan membatin dengan kesal. Cepat? Padahal Jessi sudah pergi selama tiga jam lebih, setelah dari kos Salsa, Jessi memutuskan pergi ke rumah yangti dulu.
“Kak?”
“Satu tahun yang lalu aku juga pernah ke serempet motor.” Jawab Jordan ngasal. Lelaki itu beranjak dari duduknya sebelum Jessi mengusirnya.
“Waow, anak manis sudah makan sudah minum obat.” Jessi heran karena setahu dia, Salsa tidak suka makanan rumah sakit, pernah sekali Salsa di opname saat SMA, pada waktu itu Salsa selalu makan makanan dari luar rumah sakit yang dibawakan Celia dan Jessi.
***'
Jessi sudah kembali ke Jakarta, sementara kondisi Salsa berangsur membaik. Sebelum pulang ke Jakarta, Jessi lebih dulu menyiapkan perawat part time untuk membantu Salsa. Jadi, Salsa tidak kesusahan merawat dirinya. Salsa juga tinggal dirumah yangti untuk sementara waktu, sampai gadis itu bisa merawar dirinya sendiri.
Selain Salsa, Jordan juga tinggal di rumah yangti selama di Jogja. Jordan mendapat tugas dari Daddy Raka untuk bernegosiasai dengan rekan bisnis Daddy Raka yang sedang berlibur di Yogyakarta.
"Yangti manggil Salsa?" Salsa menghampiri Yangti dan yangkung yang sedag bersantai ditaman belakang.
"Sini nduk, duduk dekat yangti." Mendekat dan duduk di sebelah yangti. "Jadi, yangti sama yangkung lusa mau berangkat umroh, kamu dirumah sama mbok Jum dan Pak Tomo. Ada Jordan juga, kalau ada apa-apa minta tolong sama Jordan, ya!" ucap yangti lembut. Salsa memang sudah mendengar dari mbok Jum asisten rumah tangga di rumah yangti bila Yangti dan yangkkung akan pergi umroh selama 14 hari sekalian mampir ke Turki.
"Iya yangti, Salsa sudah sembuh. Yangti sama yangkung fokus umrohnya."
***
"Bosen?" Jordan tiba-tiba datang mengagetkan Salsa yang sedang asyik rebahan di kamar. Gadis itu langsung duduk setengah tidur. Jordan datang dengan membawa setoples belalang goreng salah satu makanan favoritnya saat di Jogja.
"Kalau mau masuk kamar orang ketuk pintu dulu." Ketus Salsa.
"Iyaa, maaf sayang." Mengusap puncak kepala Salsa dan meletakkan toples di nakas. Lalu duduk di bangku kecil sebelah ranjang tempat tidur Salsa.
"Cih," Tidak suka dengan panggilan Jordan.
"Mau jalan-jalan?" tanya Jordan.
"Mau, tapi nggak sama kamu."
Jordan menghela nafas panjang dan berat. "Sa, sudah cukup satu tahun kita seperti ini."
"Bodo amat."
"Berapa kali saya bilang, Naya itu hanya teman."
"Teman rasa pacar." Cibir Salsa.
"Kamu pacar saya."
"Mantan."
"Kapan kita putus?Aku nggak ada mutusin kamu, kamu juga nggak ada mutusin saya." balas Jorda datar. Jika Salsa bisa maka Jordan juga bisa membalik kata-kata Salsa.
"Kalau begitu se-" ucapan Salsa mengambang kala Jordan langsung membungkam mulut perempuan itu dengan kecupan.
"Ucapan adalah doa, Aku nggak mau putus. Nggak akan pernah." kata Jordan tegas lalu beridiri dan melangkah keluar dari kamar Salsa.
.
.
..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Yunni Hary
lnjtin lg thor aq uda baca pengacaraku tampan smga crta yg ini jyga seruuu
2021-07-14
0
Alfiah Sari
ommooo.... umushhhh
2021-07-12
0
Ailien
jadi pengen balik jogja
2021-06-26
0