Namanya Aleya

Setelah guru di jam pelajaran terakhir meninggalkan kelas X IPA 1, Dzaki langsung berjalan menuju ruang kepala sekolah. Sebelumnya dia sudah menelpon supir pribadinya yang bernama Mendi agar menunggunya sedikit lebih lama.

Sesampainya di ruang Kepala Sekolah, Dzaki mengetuk daun pintu yang sudah terbuka sehingga semua orang yang ada di dalam ruangan seketika menoleh ke arah Dzaki

"Siang bu" Sapa Dzaki

"Ade ya? masuk nak" jawab Novy penuh keramahan

"Iya bu" Dzaki tersenyum sambil melihat di sekeliling ruangan, bebepara sertifikat dan foto-foto saat menerima penghargaan terpajang di dinding ruangan dengan rapi, sementara di sebelah kanan meja kerja Novy ada sebuah lemari kaca setinggi 2 meter yang penuh dengan piala dengan berbagai ukuran

Didepan meja kerja kepala sekolah ada sofa berwarna krem, disana sudah duduk empat orang yang menoleh ke arahnya. Mereka adalah Novy, Kepala Sekolah SMA Rajawali, Firdaus Wakil Kepala sekolah bagian Pendidikan dan dua lainnya yang berpakaian sama dengan seragam yang Dzaki kenakan.

"Duduk dulu" Novy menunjuk ke arah sofa yang ada disamping Firdaus

"Baik bu"

Kini Dzaki duduk berhadapan dengan kedua pelajar lainnya. Salah satu dari mereka adalah murid yang tadi datang ke kelasnya untuk menyampaikan pesan dari kepala sekolah. Seorang lagi adalah murid laki-laki yang belum pernah dilihatnya sebelumnya.

"Perkenalkan, Sam, Aleya.. Ini Ade. Ade ini Sam, dan ini Aleya" Novy memperkenalkan mereka satu sama lain

"Oh, jadi namanya Aleya" gumam Dzaki tersenyum sambil menatap Sam dan Aleya bergantian

Setelah perkenalan singkat, Novy menyampaikan maksudnya memanggil ketiga murid tersebut untuk berkumpul di ruangannya.

"Lima bulan lagi akan diadakan ISO, dan sekolah kita diminta untuk mengutus tiga orang untuk diseleksi masuk ke tim Olimpiade Nasional mewakili Indonesia" Novy mulai menjelaskan maksudnya mengumpulkan mereka semua.

"Dan seperti yang kalian ketahui, kakak kelas kalian di kelas XII harus fokus mempersiapkan diri untuk UN dan masuk perguruan tinggi. Menurut rekomendasi dari guru-guru dan mempertimbangkan prestasi kalian maka sekolah memutuskan untuk mengutus Sam, Aleya dan Ade" lanjut Novy

Novy dan Firdaus tersenyum melihat ketiga siswanya mendengarkan penjelasan Novy tanpa respon apapun.

"Selain informasi tadi, kalian dipanggil kesini untuk membicarakan jadwal bimbingan kalian bertiga untuk persiapan OSP yang akan diadakan dua minggu lagi, yang lulus tahap OSP akan lanjut ke OSN dan selanjutnya masuk tim nasional untuk mewakili Indonesia di ISO" sambung Firdaus

Setelah berdiskusi sekitar 30 menit akhirnya diputuskan mereka akan mendapat bimbingan tambahan 2 jam per hari mulai besok sepulang sekolah. Kecuali hari Minggu, bimbingan akan dimulai pukul 1 siang setelah Sam selesai beribadah.

***

Mereka akhirnya meninggalkan ruang kepala sekolah dan berjalan menuju gerbang sekolah yang jaraknya cukup jauh.

Saat berjalan mereka melanjutkan perkenalan singkat yang tadi dilakukan oleh kepala sekolah.

Dzaki baru tahu kalau trnyata Aleya dan Sam adalah murid kelas XI IPA 1, kakak kelasnya di sekolah

"Kak, kalian dijemput? Ikut aku aja" ajak Dzaki

"Aku dijemput Abi, mungkin udah dijalan" sahut Aleya sambil melihat jam tangannya

"Kalau aku naik motor kok" jawab Sam sambil tersenyum

"Loh kak Sam, bukannya tadi motornya dipinjam kak Asril?" tanya Aleya

"Astaga, aku lupa" Sam menepuk jidatnya

Sam memang terkenal cerdas tapi sangat pelupa. Asril sahabatnya memang sering meminjam motornya saat mobil antiknya rusak dan harus menginap di bengkel. Biasanya saat motornya dipinjam oleh Asril, Sam akan nebeng dengan Fedrick, sahabat, sepupu sekaligus tetangganya.

"Kak Sam tinggal di mana? Tanya Dzaki sambil menahan tawa

"Di radio dalam" Sam menjawab penuh harap

Sebenarnya Sam tidak punya ongkos angkot karena dompetnya kelupaan di rumah. Untuk makan siang tadi, Sam ditraktir oleh Asril sekalian sebagai sogokan agar diperbolehkan meminjam sepeda motor milik Sam.

"Wah kebetulan kak, kita searah"

Mendengar jawaban Dzaki, Sam langsung bersemangat.

***

Dalam perjalanan di mobil Dzaki

"kak Sam, kak Aleya juga pernah ikut akselerasi ya?" selidik Dzaki

"Iya, dia pernah lompat setahun di SMP" jawab Sam sambil sibuk bermain game di ponselnya

"O.. pantas" Dzaki mengangguk sambil mengingat percakapan mereka di sekolah. Saat itu Aleya menyebutkan kak Sam di pekarangan sekolah.

Setelah hening beberapa menit, akhirnya mereka membahas materi pelajaran yang nantinya akan menjadi perhatian mereka saat bimbingan belajar.

***

Di mobil Aleya

"Abi, Aleya lapar" Aleya memanyunkan mulutnya menatap Ihsan yang sibuk menyetir mobil

"Wah tuan putri lapar yaa, bagusnya kita makan apa hari ini? kebetulan abi juga belum makan apa-apa hari ini" Ihsan tersenyum melihat tingkah putri semata wayangnya

"Ramen Haji Mamat?", Aleya mengedip-ngedipkan mata kearah Ihsan yang akhirnya mengangguk sebagai pertanda kalau dia setuju dengan usulan Aleya

"Let's goooo" Aleya setengah teriak sambil mengangkat tangan kanannya kedepan. Memperagakan gerakan pahlawan di film kartun saat akan beraksi menegakkan kebenaran.

"Tapi setelah makan ramen, bolehkan kita mampir dulu kerumah atasan Abi? tanya Pak Ihsan

"Boleh dong abi, kemanapun Aleya siap ikut sama abi"

Ihsan tersenyum mendengar jawaban Aleya yang selalu bersikap manja padanya. Walaupun Aleya pemalu sehingga terkesan tertutup dan pendiam di depan orang lain, Aleya sebenarnya sangat periang dan manja jika sudah didepan umi dan abinya.

Setelah makan ramen di warung Haji Mamat, Ihsan mengemudikan mobilnya dengan santai ke kawasan Pondok Indah. Atasan Ihsan adalah orang yang kaya raya bernama Reka Diaksa. Reka adalah pemilik JD.Corp yang bisnisnya menjamur dimana-mana termasuk TvB, stasiun TV tempat Ihsan bekerja sebagai salah satu direktur.

Hari ini Ihsan diminta untuk membawa daftar artis yang memiliki kontrak kerja dengan TvB . Dua minggu lagi Reka ingin mengadakan acara pembukaan untuk yayasan yang baru saja didirikannya dan dia ingin mengatur sendiri semua yang terlibat.

Setelah beberapa saat mobil yang ditumpangi Aleya berbelok ke pekarangan sebuah rumah yang megah, rumah dengan pilar-pilar yang besar dan tinggi. Di beberapa sudut rumah terdapat ukiran manis dan beberapa tanaman yang mempercantik tampilan rumah itu. Halamannya sangat asri dilengkapi dengan kolam ikan yang diatasnya dibangun dua buah gazebo yang terhubung oleh jembatan kecil.

"Tunggu abi disini yah" Ihsan mengusap kepala anaknya lalu mengambil tas hitam yang ada di jok belakang

Aleya tersenyum dan mengarahkan kedua jempolnya kearah Ihsan. Setelah Ihsan masuk kedalam rumah mewah itu, Aleya mengeluarkan sebuah buku kecil berwarna merah muda dari dalam tasnya, dia mulai menulis buku hariannya sambil tersipu malu

Sementara Aleya sibuk mengisi buku hariannya, Ihsan yang telah menyelesaikan urusannya dengan Reka terlihat sedang asyik mengobrol dengan Dzaki, mereka memang akrab sejak Ihsan masih duduk di bangku SD.

"Kapan saya diajak melihat koleksi buku om?" ditengah obrolan Dzaki teringat janji Ihsan untuk membawanya melihat koleksi bukunya.

"Aduh, om hampir lupa loh. Setelah pembukaan yayasan ya. Kali ini om janji nggak bakal lupa lagi" Ihsan tersenyum sambil mengacak-acak rambut Dzaki.

"Om pulang dulu ya Dzaki, anak om lagi menunggu om di mobil" Ihsan pamit

"Hati-hati om Ihsan, salam buat anak om"

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!