Di rumah, Hana langsung disambut baik oleh Remon. Entah apa yang pria itu pikirkan. Jelas-jelas Hana masih belum memaafkannya karena masalah di mall. Hana memicingkan matanya kearah Remon dan berlalu meninggalkan Remon yang masih berdiri di ruang tamu.
"Dikamar loh ada album baru BTS, tadi gue iseng belinya karena bosan" kata Remon berbohong. Jujur dia memang ingin membelinya karena ingin membujuk saudarinya itu. Remon tau jika dia tidak bertindak lebih dulu membujuk Hana, perselisihan diantara mereka hanya akan semakin lama. Remon tau sikap Hana yang keras kepala.
"Makasih!!" jawab Hana ketus dan melanjutkan langkahnya ke kamar. Di bibirnya terukir senyum bahagia, tapi dia berusaha menyembunyikannya dari Remon.
"Akhirnya aku mendapatkanmu..." Hana memeluk album foto itu, ada juga CD yang dia temukan di dalam album itu, membuat Hana semakin bahagia. Hana tidak tau Remon sedang menguping di balik pintu yang tertutup.
"Sudah kuduga" gumam Remon dan kembali ke ruang tamu. Dia sangat tau mengambil hati adik yang sangat dia sayangi.
Hana mulai membuka selembar demi selembar album fotonya, tidak lupa Hana sudah memasang lagu bts yang terbaru.
"Apa apaan ini?" teriak Hana setengah suara. Terkejut dengan gambar yang tertempel di lembaran terakhir album. Hana bahkan hampir melempar album itu karena begitu kaget dengan gambar terakhir.
Namun Hana kembali memperhatikan gambar itu, ada tulisan di bawah gambar. Hana tertawa terbahak-bahak karena melihat gambar Remon yang bersikap imut ala oppa oppa korea. Ada tulisan permintaan maaf darinya untuk Hana.
Hana langsung keluar kamar. Tentu saja tujuannya ke kamar Remon. Sudah banyak akal di otaknya untuk menjatuhkan Remon. Siapa suruh Remon mencari masalah dengan Hana si gadis paling aneh sejagat raya.
"Aku bisa masuk?" teriak Hana dari balik pintu, tapi tidak ada sahutan dari dalam kamar. Hana membuka pintu perlahan, dan tidak menemukan Remon di kamar.
Hana berlari menuju lantai bawah, dan benar saja Remon sedang berbincang dengan ibu dan ayah. Hana semakin ingin menjahili kakaknya, terutama saat melihat orang tuanya sedang bersama kakak. "Kenak loh!!" gumam Hana pelan dan semakin mempercepat langkahnya menuruni anak tangga.
"Bu! Yah! lihat deh, kok Hana gak tau ya member BTS bertambah satu?" kata Hana duduk di tengah tengah kedua orang tuanya.
Remon yang mendengar ucapan Hana semakin tidak enak hati. Dia merasa dirinya akan di permalukan Hana di depan orang tuanya. Mengingat ada foto dirinya di halaman terakhir album.
Melihat gambar yang ditunjukkan Hana, seketika gelak tawa pecah di ruang tamu. Ayah dan Ibu tertawa terbahak bahak, tidak terkecuali dengan Hana yang masih belum puas tertawa karena foto itu.
"Wah, ayah tidak tau putra ayah punya bakat jadi idol k-pop. Jika tau seperti ini, ayah tidak akan membuatmu jadi wakilku, hahahaha....." kata Lexon memandang putranya lucu. Remon terlihat menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia menunduk malu karena diejek sang ayah.
"Iya pah, jika tau begini, ibu juga tidak harus menonton drama korea! Kan di rumah udah ada satu idol k-popnya" sambung Safira mendukung Lexon.
"Hana aja yang udah cinta mati sama BTS tidak tau membernya nambah" tambah Hana tidak mau kalah.
Remon semakin tersudut, dia menatap Hana dengan tatapan tajam. Hana justru tidak mengindahkannya. Hana masih sibuk memandang foto itu, membandingkan foto itu dengan wajah Remon saat ini yang sudah memerah. Bodohnya Remon membuat ide gila demi membujuk Hana yang aneh.
Remon yang sudah kesal karena di ejek memutuskan kembali ke kamar dan diikuti Hana. Lexon dan Safira masih tertawa diruang tamu mengingat wajah lucu Remon. Mereka puas membuat putra mereka yang terkenal dingin merasa malu.
"Bagaimana jika para penggemarnya melihat itu ya pah?" kata Safira masih tertawa.
"Mereka akan semakin jatuh cinta ma dengan putra kita" jawab Lexon.
Di kamar, Hana yang sudah menyelip masuk ke kamar Remon memberi ancaman pada Remon. Remon bahkan kehabisan akal untuk menjauh dari ancaman Hana.
"Aku bodoh tidak berpikir panjang sebelum bertindak" gumam Remon yang kalah telak dibuat Hana.
"Apa keinginanmu?" akhirnya Remon bernegosiasi dengan Hana. Tidak bisa dibayangkan jika Hana memposting foto itu di media sosial. Bisa rusak image Remon sebagai seorang wakil presdir yang dingin dan garang.
"Aku tidak ingin diantar lagi ke kampus, aku mau naik motor sendiri" terus terang Hana. Dia akhirnya mendapat akal agar terbebas dari hukuman Safira. Hana masih ingin menyembunyikan statusnya.
"Aku rasa itu agak sulit, kau tau ibu kan" jawab Remon tidak yakin dengan permintaan Hana.
"Yah itu urusan kakak! Aku yakin ibu akan mendengarmu, dia terlalu mempercayaimu" Hana langsung bergegas keluar kamar, tidak lupa dia masih menunjukkan foto di album, membuat Remon semakin takut dengan ancaman Hana.
"Huh...sia sia akan mencari akal untuk membujuknya. Aku malah terkena getahnya, bodoh!!" gerutu Remon sambil mengacak acak rambutnya. Dia tidak habis pikir bagaimana adiknya punya akal brilian seperti itu.
Berbeda dengan Hana, dikamar Hana tampak senyum senyum sendiri menatap langit langit kamar. Hana penasaran bagaimana kakaknya akan membuat ibu membatalkan hukumannya. Hana yakin Remon saat ini sedang berpikir keras untuk meyakinkan ibunya. Bahkan ayahnya tunduk pada ibunya. Ibunya adalah aturan yang harus di taati di rumah.
Meskipun ayah seorang presdir di perusahaan dan Remon seorang wakil presdir, tetap saja mereka akan berada di bawah kendali ibu jika sudah di rumah. Di luar mereka sangat di segani dan di takuti, di rumah mereka hanya orang biasa yang menakuti Safira. Safira adalah atasan dan aturan di rumah. Itu bukan karena Lexon takut istri, tetapi dia takut kehilangan istrinya karena sangat mencintai istrinya.
Remon sebagai anak memang takut dengan ibunya, dia sangat menyayangi ibunya dan tidak ingin melihat ibunya sedih. Tetapi bukan berarti dia menuruti semua keinginan ibunya, tetapi kenyataannya ibunya juga tidak terlalu ikut campur dengan kehidupan pribadinya. Safira tau anaknya sudah dewasa, jadi dia tidak bisa selalu mengatur putranya. Dia hanya memberi putranya nasehat agar putranya itu tidak jatuh ke pergaulan yang salah.
Safira hanya ketat pada Hana karena Hana anak gadis. Dia tidak mau putrinya salah pergaulan. Tetapi bukan berarti pengawasan ketat itu membuat putrinya merasa tidak nyaman. Dia tetap memikirkan mental putrinya, menghargai keputusan putrinya jika itu memang baik. Seperti menyembunyikan status Hana sebagai putri dari keluarga Sunitra. Safira menghormati pilihan putrinya, karena merasa itu demi kebaikan putrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments