Pulang dari kampus, Melani segera berlari ke parkiran. Hana dan Rena tidak menghalangi Melani, karena mereka sudah diberitahu sebelumnya. Hana dan Rena tampak sedang memasukkan buku buku yang berserakan di meja ke dalam tas. Mereka tidak lagi melihat ke arah buku yang mereka masukkan karena melihat kepergian Melani hingga hilang dari baoik pintu.
Di tengah kegiatannya, telepon Hana berdering. Hana mengambil ponsel yang sudah disimpan di saku celanannya. 'Ayah' nama pemanggil. Hana menghubungkan panggilan. "Iya yah, ini Hana sudah mau gerak pulang. Dah ayah!", jawab Hana mengakhiri panggilan telepon.
"Ren! Anu...itu...kayaknya gue juga harus balik cepat nih! Ayah udah nelpon, katanya keluarga gue mau ada kegiatan juga, jadi...." kata Hana. Tapi tak melanjutkan ucapannya karena merasa sedikit enggan karena harus meninggalkan Rena.
"Yaudah sana! ngapain segan gitu! yaelah Han... Han..., sudah sana! Manatau loh mau dijodohin kan, nanti calon loh lari karena loh lama datangnya", jawab Rena sambil menggoda Hana. Dia tidak ingin sahabatnya itu merasa enggan karena harus meninggalkannya.
"Ada ada aja loh! Ayah gue gak senekat itu mau jodohin gue... gue kan anak kesayangannya, jadi bakalan susah untuk dilepas. Jadi....gue duluan ya Ren! hehe... Sorry....", pergi meninggalkan Rena.
"Huh.... nasib gue memang ya. Punya dua sahabat, tapi sekarang gue kayak anak buangan gitu", keluar kelas menyusul Hana. Yah, meskipun Hana tidak akan bisa Rena susul. Tau kan, Hananya gimana kalau bawa motor.
Di rumah, Hana mencari cari ayahnya. Dia penasaran acara apa yang akan keluarganya kunjungi hingga mengharuskan Hana ikut serta. Hana tidak biasanya mengikuti acara acara besar, karena memang Hana selalu ingin menyembunyikan identitasnya.
"Yah.... Ayah...." suara Hana memenuhi rumah.
"Ayah sama ibu sudah pergi duluan, loh sih lama amat", Remon muncul dengan pakaian casualnya. "Ayo buruan ganti pakaian loh! awas saja kalau lebih dari 10 menit, gue tinggal", ancam Remon.
"Jahat bangat sih kakak gue! awas loh ya, nanti gak dapat jodoh. Lucu dong kan, tampan tapi gak laku", Hana balas meledek Remon. Hana segera berlari ke kamarnya ingin membersihkan tubunnya dan berpakaian, tentu saja menghindari serangan Remon salah satunya.
"Gue pakai apa ya? gue bingung, ini acara apaan sih? Apa gue tanya kakak aja ya? Ahhh...malas gue, mending gue ikutin gaya berpakaian kakak aja", mengacak acak isi lemarinya.
"Ayok! Gue gak habiskan 10 menit loh", meninggalkan Remon di ruang tamu. Siapa yang menunggu dan siapa yang ditinggal? aneh!
Hana berteriak memanggil Remon. Dia sudah duduk di kursi penumpang layaknya seorang putri yang akan diantarkan oleh supir. Tidak tidak, seorang putri tidak akan menunggu. Jadi, kira kira apa yang cocok sebutan untuk Hana? komen ya!
"emang kita kemana sih kak? Klo acara besar, Hana gak mau ikut. Hana di rumah saja, yah hitung hitung jaga rumah, hehe....", menunjukkan senyuman mencurigakan.
"Udah tenang saja, ayah tau kamu tidak akan mau diajak ke acara besar. Tenang saja, soalnya kakak juga kurang tahu, hehe....", menunjukkan sederetan giginya yang putih, menambah ketampanan pria itu. Lesung pipi tipis di kedua pipinya, membuat senyuman pria itu semakin manis saja. Tidak akan bosan menatap pria itu. Hana sama halnya dengan Remon, Hana juga memiliki lesung pipi, namun lesung pipi Hana hanya satu, tapi tetap saja membuat gadis itu tambah cantik.
Ayah dan ibunya tidak memiliki lesung pipi, entah darimana asalnya lesung pipi kedua anaknya.
"Asal gak dijodohin aja gue" Hana asal bicara, tapi mampu membuat Remon tertawa terbahak bahak. Remon bahkan harus mengurangi kecepatan laju mobil, tidak ingin hal buruk terjadi.
"Kenapa ketawa? Jangan bilang betul kak? turunan gue ya, gue gak mau di jodohin, masa depan gue masih panjang. Jadi, turunin gue disini aja. Kakak tinggal cari alasan aja klo ayah nyariin gue ya", pinta Hana sambil memasang wajah memohonnya.
"Bodoh! Siapa juga yang mau menikah denganmu? Menurutku ya, jika ada pria yang menikah denganmu, mungkin dia sedang tidak beruntung. Dasar gadis aneh", jawab Remon meledek adiknya. "Udah tenang aja, ayah gak akan jodohin loh. Emang ini jaman dulu, masih pake acara jodoh jodohin. Menurutku ya, ayah tuh justru takut lepasin loh, yang ada dia malu karena putrinya aneh", Remon tak henti hentinya meledek Hana.
"Bomat!", melipat kedua tangannya di depan dadanya. Dia memilih diam daripada meladeni kakaknya yang memang tidak akan berhenti meledeknya.
"Apa lagi tuh bomat? Kamus baru loh? Atau mungkin loh baru berpetualang ke bulan? Trus jumpa alien, dan dia ngajarin loh?", tanya Remon yang memang tidak paham bahasa bahasa aneh adiknya itu.
"Bodoh amat! itu aja gak tau, makanya kakak itu jangan kudet lah! memalukan", Hana balas meledek Remon. Mereka sama sekali tidak ingin kalah, mereka ingin pertarungan berlanjut. Hana tidak lagi ingin berdiam diri.
"Ohooo... bodoh amat, trus kudet apalagi?" dengan polosnya, Remon bertanya lagi.
"Ya ampun kak kak... itu juga kakak gak tau? cape dah, makanya jangan di kantor aja, sesekali jalan biar gak kurang update" ledek Hana.
"Udah sampai! Turun! Jangan ngoceh aja", ajak Remon yang sudah selesai memarkirkan mobil dengan rapi.
"Tuh kan kak! Ini restorannya mewah bangat! Jangan sampai aku memang mau dijodohin. Gak mau ah, mending gue pulang"
Pletak...., Remon memberi serangan mendadak di dahi Hana. Dia langsung menarik tangan adiknya masuk kedalam restoran.
"Pa! Kami udah sampai. Jumpanya dimana pa?" tanya Remon ke orang yang sedang dia hubungi. "Oh, ok pa. Iya, Hana ikut", menutup telepon dan menarik Hana ke ruang VIP restoran. Di pintu masuk ruangan itu, beberapa pelayan mempersilahkan Remon dan Hana.
"Kak, gak usah malu malu! Masa pakai masker, kan mau jumpa calon mertua", kata salah seorang karyawan wanita disana.
Mendengar kata mertua, Hana semakin yakin bahwa dirinya hendak dijodohkan. Dia menatap tajam ke arah Remon "Kakak bilang ayah tidak akan menjodohkanku, kenapa mereka mengatakan akan bertemu calon mertua? Apa maksudnya coba?", kesal Hana dan melepas tangannya dari genggaman Remon.
Remon semakin bingung ingin memberi jawaban apa untuk Hana, karena dia sendiri pun kurang tahu dengan acara keluarga yang ayahnya maksud. Remon mencoba mencari ide agar Hana mau diajak masuk. Dia menatap tajam pelayan restoran yang membuat Hana marah.
Seakan mengerti dengan arti tatapan itu, pelayan itu menelan ludah dengan kasar. Tatapan Remon seakan akan sedang mengancam.Tidak ingin terkena masalah, pelayan itu pun berusaha memperbaiki suasana. "Oh maaf kak, kakak bukan pacarnya ya? Saya kira pacarnya kak, jadi saya kira kakak akan bertemu calon mertua", pelayan itu berusaha tersenyum lebar. Berusaha meyakinkan Hana dengan senyuman itu. Berharap Hana membatalkan niatnya untuk pergi.
"Oh..., kakak gak bohongkan? Kakak dibayar berapa sama dia?", melirik Remon dan menatap tajam ke pelayan.
"Oh tidak kok kak, saya jujur. Saya kira kakak pacarnya, soalnya kakak cantik dan dia tampan. Kelihatan serasi", jawab pelayan itu gugup. Menyesal telah bercanda dengan kedua orang di depannya. Dia terjebak akibat ucapannya sendiri.
(Sial! Saya salah orang), batin si karyawan sambil tetap mempertahankan senyumannya. Dia kemudian mempersilahkan kedua orang di depannya masuk. Tidak lupa mengucapkan maaf untuk kesekian kalinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments