Javier membawa Elif menuju ruang milik presdir Dex. Tak ada pembicaraan sama sekali ketika keduanya berjalan bersama. Sekitar lima menit, akhirnya keduanya sampai dilantai lima perusahaan. Beberapa karyawan senior perusahaan Unilever melirik sinis ketika keduanya berpapasan hendak menuju ruangan presdir.
Elif yang tidak tahu apapun hanya membalas dengan senyuman. Tapi tidak dengan para seniornya yang kini justru menggunjingnya dan mengatakan yang tidak-tidak. Hingga Javier yang tengah berjalan didepan Elif terpaksa menghentikan langkahnya dan menghampiri para karyawan yang sedang asik ghibah bukannya bekerja.
Brak!
Karyawan yang tadinya sedang asik itu terkejut. Mereka langsung menunduk ketika tau siapa yang baru saja menggebrak meja resepsionis khusus ruangan presdir. "Apa ini pekerjaan kalian sekarang? Kalian semua telah melanggar undang-undang perusahaan. Apa kalian ingin saya laporkan pada presdir dan menurunkan jabatan kalian? Bahkan mengeluarkan kalian dari perusahaan ini?" suara tinggi sang kepala manager membuat bawahannya takut setengah mati.
"Maaf, kepala manager. Kami berjanji akan lebih profesional lagi dalam bekerja." ucap salah satu karyawan masih dengan kepala tertunduk.
Javier membenarkan jas kerjanya dan menatap tajam ke arah karyawan yang menurutnya tidak profesional dalam bekerja itu. "Bekerjalah! Jangan sampai saya melihat hal yang memalukan ini lagi. Atau kalian akan tahu apa akibatnya ketika melanggar undang-undang perusahaan. Mengerti kalian semua?!" masih dengan suara tinggi, Javier memperingati bawahannya itu.
"Baik, kepala manager. Kami mengerti." semua kompak menunduk hormat ketika Javier berlalu dari meja resepsionis. Elif pun mengikuti Javier dari belakang menuju ruangan yang berada dipojok lantai. Ruangan khusus yang didesain dengan sangat profesional. Ruangan paling mewah dan besar. Sebenarnya dulu presdir sebelum presdir Dex yaitu ayah dari presdir Dex memegang kendali perusahaan, ruangan khusus presdir berada dilantai dua puluh. Tetapi, karena keinginan dari presdir Dex untuk memindah ruangannya ke lantai 10. Dan hal tersebut tentu tak ada yang dapat membantahnya.
Ceklek!
Ruangan ber-AC dibuka oleh Javier dengan perlahan. Javier melangkah masuk ke dalam ruangan dengan disusul oleh Elif yang mengikuti dibelakang. Hawa dingin menembus kulis putih bersih yang membuat bulu halus ikut berdiri pula. Baru kali ini Elif merasakan aura yang membuatnya lebih gugup dari waktu interview masuk perusahaan.
Javier menunduk hormat seperti biasa ketika sudah dekat dengan sang presdir yang sedang duduk memandang pemandangan luar kaca jendela dengan membelakangi Javier dan Elif. "Presdir, saya datang bersama nona Elif." terdengar suara sopan Javier yang begitu berbeda ketika tadi berkata kepada para karyawan diluar. Memang, patut diacungi jempol sikap Javier. Keprofesionalannya itu yang membuatnya sangat dihormati dan disegani oleh para pekerja perusahaan.
Kursi tahta berwarna hitam seperti abu-abu itu berputar perlahan. Menampakkan sang presdir dengan tampang datar yang tak dapat satu orang pun tebak apa maksud dari tatapannya itu.
Segera Elif menunduk hormat seperti yang dilakukan oleh Javier. "Hormat presdir, saya Misaa Elif Kumara." hanya itu yang dapat Elif ucapkan sebagai salam hormat pad atasannya itu. "Baik. Duduklah." sebuah perintah singkat yang langsung Elif turuti.
Wajah bak boneka berbie itu tertunduk hormat. Jarak yang hanya terhalang oleh meja kerja presdir, tentu membuat Elif sangat gerogi. TIba-tiba aroma Bunga Ru Shi tercium jelas diindera penciuman presdir Dex dan Javier. Keduanya merasa tidak percaya, jika aroma asal bunga tersebut berasal dari tubuh Elif.
"Apa kamu sudah tau kenapa aku menyuruhmu untuk menemuiku?" pertanyaan presdir dijawab gelangan pelan oleh Elif. "Tidak, presdir."
Presdir Dex melirik ke arah Javier yang dengan setia berdiri disamping meja kerja presdir. "Katakan alasannya, kepala manager." perintah presdir yang langsung diangguki oleh Javier. "Baik, presdir."
Elif mengangkat kepalanya untuk mendengar alasan kenapa dirinya diperintahkan untuk menemui presdir secara langsung. "Nona Elif, presdir Dex memintamu untuk menemuinya secara langsung karena nona sekarang adalah sekretaris baru diperusahaan Unilever. Dan sekarang pekerjaan nona adalah mengurus semua jadwal presdir, baik pertemuan, jadwal kosong dan sebagainya. Dan ruangan anda ada disamping ruangan milik presdir, dekat dengan resepsionis. Apa ada yang ditanyakan, nona?"
Sekretaris? Bukannya dia baru saja masuk perusahaan?
Masih banyak pertanyaan yang memenuhi pikiran Elif ketika mendengar alasan dari atasannya itu. Elif merasa ini adalah mimpi. Karena setahu Elif menjadi seorang sekretaris perusahaan pasti ada tes tertentu dan itu sangat ketat. Tetapi, kenapa dirinya begitu saja diangkat menjadi sekretaris? Apa ini adalah keajaiban atau hanya sebuah mimpi saja?
"Maaf sebelumnya kepala manager, tetapi bukannya saya baru saja masuk ke perusahaan? Kenapa saya sudah diangkat menjadi sekretaris?" pertanyaan itu membuat senyum simpul presdir terukir. Tetapi tak ada yang menyadarinya. Hanya presdir yang tahu.
Javier melirik ke arah presdir Dex dan kembali menatap bawahannya itu. "Itu memang benar. Saya sendiri yang akan menguji. Jangan khawatir, bekerjalah dengan baik. Karena itulah ujian yang harus kamu lewati." kini presdir Dex sendiri yang menjawab pertanyaan manusia berbie dengan singkat, padat dan jelas.
Presdir sendiri yang mengujinya? Hanya dengan bekerja dan melaksanakan tugas denga baik, ujian itu akan Elif lewati? Apakah Elif akan mampu menjalani ujian yang diberikan oleh presdir?"
*
*
*
*
*
Yuk, jangan lupa rutinan. Like, kasih hadiah dan koment. Selamat membaca. Semoga terhibur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Anna Susiana
waahh.... bangganya Elif dapat kesempatan yg tdk diduga duga langsung jadi sekretaris, smoga saja Elif bisa mengemban tugasnya dgn sebaik baiknya
2022-12-17
0
Ina Nuraeni
lanjut,, semangaaaattt
2021-04-06
0