"Presdir, menjadi seorang sekretaris di perusahaan ini mempunyai beberapa syarat khusus. Bagaimana mungkin tanpa adanya seleksi ketat, presdir langsung mengangkat wanita yang baru saja mendaftar di perusahaan ini untuk menjadi seorang sekretaris?" Manager Personalia mengajukan pendapatnya atas ketidaksetujuannya terhadap perintah presdir untuk mengangkat wanita asing menjadi seorang sekretaris tanpa seleksi ketat.
Presdir Dex melirik ke arah Manager Personalia yang bertugas mengurus SDM di perusahaan Unilever. "Benar. Tetapi, saya ingin wanita itu menjadi sekretarisku tanpa adanya seleksi." presdir dengan santai namun tetap tegas menjawab sanggahan atas ketidaksetujuan bawahannya itu. "Laksanakan saja apa yang saya perintahkan. Mengerti?"
Ruangan meeting mendadak menjadi hening. Ucapan presdir berhasil membuat seluruh bawahannya mati kutu. Bahkan, Manager Personalia yang tadinya dengan berani mengajukan pendapat atas ketidaksetujuannya terhadap perintah presdir ikut diam. Nyalinya ciut ketika presdir sudah memberi perintah seperti itu.
Wah, memang aura presdir selalu berhasil membuat lawan biacaranya sekak mat!
"Baiklah, apa ada yang akan menyanggah lagi?" pertanyaan yang merupakan tawaran untuk keluar dari perusahaan. Jika saja ada yang menyanggah, undang-undang akan berlaku saat itu juga.
Undang-undang perusahaan yang begitu ketat itu tak dapat bisa diubah barang sedikitpun. Hukum tetaplah hukum. Jika ada yang berani melanggarnya termasuk membantah perintah presdir, akan langsung ditendang keluar dari perusahaan.
Siapa yang tidak mau bekerja di perusahaan yang gaji sebulannya bisa membuat orang mendadak menjadi Milyader? Semua itu tergantung kerja keras dan jabatan di perusahaan. Semenjak presdir Dex menjabat sebagai Presiden Direktur, undang-undang perusahaan diubah menjadi undang-undang yang lebih ketat dari sebelumnya.
"Terima kasih atas pendapat kalian semua. Kita akhiri rapat hari ini. Selamat siang." setelah itu presdir langsung beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan ruang meeting yang berisi 10 orang. Javier ikut beranjak dan menyusul langkah presdir Dex menuju ruangannya yang berada di lantai 10.
Seminggu setelah meeting tersebut, perusahaan Unilever ramai oleh para calon karyawan. Disana pun ada Elif yang ikut duduk berbaris dikursi sesuai nomor urut. Mereka semua menunggu pengumuman penerimaan karyawan baru perusahaan. Sungguh, suasana terlihat begitu mendebarkan tatkala nama karyawan yang diterima diumumkan.
Wajah dengan polesan make up natural itu terlihat gugup. Tangannya berkeringat dingin. Sesuai dengan pemberitahuan, bahwa hanya lima puluh orang yang diterima diperusahaan impian banyak orang tersebut dari sekitar lima ratus orang pendaftar. Dan Elif sangat berharap jika ia ada dalam lima puluh orang yang diterima diperusahaan yang akan bisa menjadi tumpuan ekonomi keluargnya.
Suara host pembaca terhenti ketika akan membaca nama terakhir. Host pun menghembuskan napas pelan sebelum melanjutknnya. "Dan untuk nama terakhir yaitu... Missa Elif Kumara..."
Wajah sumringah Elif terlihat tatkala namanya disebut. Inilah yang Elif harapkan. Bisa bekerja diperusahaan yang sangat orang impikan.
Tak berapa lama, presdir Dex datang dengan Javier dibelakangnya. Seketika semua orang menunduk tatkala presdir berjalan menuju kursi khusus yang sudah disiapkan oleh panitia. Pesona presdir seolah membuat kaum hawa terdiam ditempatnya, tetapi berbeda dengan Elif yang merasa biasa saja.
"Presdir ganteng banget, ya?" celoteh peserta yang berada disamping Elif membuat Elif menoleh seketika.
"Biasa saja." jawab Elif dengan entengnya.
Kedatangan presdir sungguh seperti sebuah keajaiban. Karena baru pertama kalinya sang presdir yang begitu disegani dan ditakuti oleh musuh hadir diacara pengumuman penerimaan karyawan.
Acara berlangsung selama dua jam lamanya. Setelah acara selesai seluruh peserta membubarkan diri. Elif bersiap pulang seperti para peserta lainnya, tetapi panggilan seseorang membuatnya mengurungkan niat untuk segera pulang.
"Bukannya itu kepala manager, ya? Kenapa dia memanggilku?" Elif bergumam dalam hati ketika Javier memanggil dan menghampirinya.
"Permisi." sapanya sopan.
"Kamu diminta oleh presdir untuk menemuinya. Ada hal penting yang harus kamu ketahui ketika sudah diterima diperusahaan ini. Mari ikut saya." Javier langsung to the point dan mengajak Elif untuk segera menemui presdir diruangannya.
Elif tampak tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Bertemu dengan presdir? Secara langsung diruangannya?
"Ayo, nona, Elif." ajak Javier yang melihat Elif masih diam ditempatnya.
"Oh iya baik, kepala manager." Elif menunduk dan mengikuti kemaman Javier akan membawanya. Tidak lain dan bukan pergi ke ruangan presdir yang berada di lantai 10.
*
*
*
*
*
Jangan lupa dilike, kasih hadiah dan koment. Semoga terhibur dengan cerita new ini. Selamat menikmati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments