"sayang sekarang sama ibu kecil dulu ya, besok kita ke rumah Ama untuk menjemputnya, karena besok Ama akan jadi bunda Aira," kata Vera.
"benalkah?" tanya Aira.
"iya sayang, tapi Aira harus maafin ayah dulu, supaya besok ayah mau jemput Ama," kata Anis membujuk gadis kecil itu.
"iya suka mau maafin ayah, tapi ayah janji bawa Ama jadi bunda Aila," kata Aira lirih.
"iya,besok ayah akan jadikan Ama Akira, jadi bunda Aira," kata Vian membujuk putrinya.
Aira pun baru mau melihat Vian, tapi tetap tak ingin mendekat ke arahnya, Anis merasa ada sesuatu yang telah terjadi.
Anis melirik suaminya dan memberikan kode untuk bertanya pada Vian, Fandi pun mengerti dan menghampiri Vian.
"bang ayo kita ngobrol di belakang yuk," ajak Fandi.
Fandi langsung merangkul Vian dan mengajaknya ke kebun belakang rumah, mereka duduk di bawah pohon alpokat yang baru berbuah.
"ceritalah bang, jangan di simpan sendiri, nanti mati muda kasian Aira sama calon ibunya loh," kata Fandi.
"mulut mu fan, bisa di jaga gak," jawab Vian dingin.
"habis Aira sampai takut gitu, emang ada apa sih, dan juga ibu sampai terkena serangan jantung," kata Fandi mencecar Vian.
"aku lepas kendali fan, aku hampir membunuh pengasuh Aira kemarin dan juga ingin mengantar Aira ke rumah Rini," jawab Vian.
"apa! Abang bodoh ya, kenapa mau mengantar Aira ke rumah wanita siluman itu," teriak Fandi kesal.
"aku capek Fandi, mereka terus menghinaku, mereka terus memamerkan kemesraan di depan ku, dan yang lebih parah Rini bahkan tak mu mengakui Aira putrinya," jawab Vian.
"kalau itu aku sudah tau, ada yang abang sembunyikan lagi, gak papa kalau Abang gak mau cerita, tapi jawaban semua itu adalah calon istrimu," jawab Fandi.
"maksudnya gadis itu?" tanya Vian.
"iya Abang Vian yang ganteng tapi lemot, dia itu lebih cantik, lebih muda, dan yang pasti masih segelan lah," jawab Fandi sambil tersenyum penuh arti.
"aduh mulut mu makin gak bisa di kontrol aja fan, emang kamu tau?" tanya Vian penasaran.
"ya tau lah, waktu dulu sama Rini, Abang gak dapat segel nya kan, kali ini Abang pasti dapat segel lah," kata Fandi.
"kan kurang ajar kamu fan, tau dari mana Rini gak bersegel," kata Vian yang tak terima.
"ya tau lah, wong aku sering lihat dia di garap di gudang pabrik dulu, memang Abang kira dia sebaik itu, Abang aja yang buta," kata Fandi pergi meninggalkan Vian sendiri.
Fandi pun sudah di cegat oleh Anis dan Vera, "bagaimana?" tanya keduanya.
"percuma ngomong sama batu, mental," jawab Fandi.
Anis dan Vera sudah mengerti ucapan Fandi yang gagal menasehati Vian, keduanya hanya tak menyangka jika pengaruh Rini sedalam itu.
Vian memilih memejamkan matanya dan menginggat malam pertamanya dulu, Vian tak mendapat kan hal itu.
bahkan Rini terlihat begitu ahli dalam itu, dan saat Vian bertanya, Rini akan menjawab jika tak semua gadis mengeluarkan darah saat pertama kali.
dan dengan bodohnya Vian menerima kebohongan Rini, dan semua keluarganya juga tak menyetujui tapi Vian sudah terlalu buta oleh cintanya.
bahkan Bu Ageng tak memberikan gelang yang sudah di persiapkan oleh ayah Vian pada Rini, karena Bu Ageng tak merestui pernikahan mereka.
tapi Vian tetap nekad dan menikahi Rini, dan membawanya pulang ke rumah mereka bersama.
"bang lagi mikirin apa?" tanya Ela yang baru sampai.
"tidak ada, aku hanya sedang menginggat sesuatu," kata Vian yang bangun dan duduk di sebelah Ela.
"bang aku ingin membicarakan sesuatu," kata Ela yang menyandarkan kepalanya di bahu Vian.
"apa?" tanya Vian
"ini kesempatan terakhir mu bang, ingat bahagia kan ibu bang, dan juga Aira serta Akira," kata Ela.
"kenapa kalian begitu yakin dia itu berbeda, dia hanya gadis yang menginginkan harta bukan," kata Vian.
"tidak bang, ibu memaksa Akira berjanji untuk menikah dengan mu karena Aira," kata Ela yang berdiri kemudian meninggalkan Vian.
"tapi kenapa kalian semua peduli pada nya," kata Vian.
"karena dia adalah gadis pilihan ibu, dan itu tak mungkin salah, karena dia tau kebaikan dan kebahagiaan untuk anak-anak nya, kalau Abang tak percaya lihat kamu bertiga," kata Ela yang pergi begitu saja.
sore itu Bu Ageng sudah di ijinkan pulang, Aira begitu senang melihat sang nenek, Sedang Vian memilih menyendiri di kamarnya.
Vera, Anis dan Ela masuk ke kamar Vian, dan mengejutkan pemilik kamar, "apa yang kalian inginkan?" tanya Vian pada ketiga wanita.
"kami mau menghias kamar ini, jadi Abang keluar," kata Vera mendorong Vian pergi.
"janfan berani menyentuh barang-barang ku," suara Vian terdengar.
"tak perduli, Anis mulai menata baju kakak ipar," kata Vera.
"siap mbak," jawab Anis.
"ya Tuhan, Bima, Fandi, Robi, bawa istri kalian keluar dari kamarku!" teriak Vian sambil mengedit pintu kamarnya.
"Abang sayang, mending diem, kalau gak mau di pepes sama mereka bertiga, Abang gak mau kan rambut kesayangan Abang itu di potong sama mereka," kata Fandi merangkul Vian.
"aish sialan," kata Vian menyikut perut Fandi dan pergi menuju ke kamar Bu Ageng.
terlihat Aira sudah tidur di kamar neneknya itu, Vian pun ikut merebahkan dirinya di di samping Bu Ageng.
"kenapa Vian, adik-adik mu membuat masalah?" tanya Bu Ageng lemah.
"mereka sedang menghias kamar milikku, bahkan aku terusir dari sana," jawab Vian.
"itu permintaan ibu, mulai sekarang kamu harus terbiasa dengan kehadiran Akira ya," kata Bu Ageng.
"Bu, Vian boleh tanya?" kata Vian.
"apa nak," jawab Bu Ageng.
"kenapa ibu memilih Akira untuk menjadi ibu Aira, padahal ibu tau kondisiku saat ini, belum lagi aku belum bisa melupakan Rini," kata Vian.
"kondisi mu bisa sembuh jika kamu menemukan wanita yang tepat, dan Akira orang itu, kamu tak ingat dua begitu baik dan cekatan dalam merawat Aira serta melayanimu, dan ibu yakin Akira bisa membuat tempatnya sendiri di hatimu," kata Bu Ageng.
"tapi kondisi ku begitu buruk Bu akhir-akhir ini, ibu tau bahkan Dr, Rio Sanjaya saja mengatakan jika kondisiku ini akan sulit di sembuhkan," jawab Vian.
"yakinlah, dia adalah orang yang tepat untukmu, kamu yakin pada ibu kan?" kata Bu Ageng.
"aku selalu mempercayai sua keputusan ibu, maaf selama ini selalu merepotkan ibu," kata Vian.
sedang di dalam kamar Vian, ketiga wanita itu terkejut melihat berbagai DVD film dewasa di lemari Vian.
"iyuh... kenapa Abang nyimpen beginian!" teriak Anis melempar DVD itu ke lantai.
melihat itu Vera langsung memasukkan ke kantong plastik hitam, beserta sisa pakaian Rini.
bahkan foto pun juga tak luput dari ketiganya, bahkan seprai, tirai juga di lepas dan di ganti dengan yang baru.
ketiganya tak ingin ada sedikitpun kenangan buruk Vian tersisa, karena Vian akan melanjutkan hidup barunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 247 Episodes
Comments
Qodri Kiflie Kiflie
bagus adik2 buanglah sampah pd tempatnya
2021-07-29
0
Nurul Hidayati
vian impoten apa
2021-05-29
0
SariRenmaur SariRenmaur
authoor hebat keluarga yang kompak the best lah
2021-05-28
0