setelah tenang, Akira membawa es krim ke kamar Aira, tak di sangka gadis kecil itu menangis dan langsung memeluk Akira.
"kenapa Aira?" tanya Akira memeluk Aira yang masih sesenggukan.
"Aila takut, ayah tadi jahat ke Ama," jawab Aira.
Akira hanya diam, dia tak menyangka jika gadis kecil itu bahkan begitu ketakutan, Akira pun mengajaknya keluar kamar.
"kita makan es krim di luar yuk," ajak Akira.
mereka pun memakan es krim dengan senang, Aira sedikit melupakan kejadian buruk yang menimpa Akira.
tak lama Bu Ageng pulang tapi langsung berlari ke kamar Vian, kembali terdengar suara teriakan dari dalam rumah.
tapi kali ini suara Bu Ageng yang terdengar, Aira kembali memeluk Akira takut, seang Akira tak bisa berbuat apapun.
Vian berjalan mendekat kearah Aira dan menariknya, Akira pun melepas tangan Vian dan langsung melindungi Aira.
"juragan, apa yang ingin anda lakukan," tanya Akira.
"berikan dia," suara Vian terdengar marah.
"tunggu juragan, jangan melampiaskan amarah mu padanya," mohon Akira.
"kamu jangan ikut campur!" bentak Vian yang merebut Aira di gendongan Akira.
"Ama...." teriakkan Aira memanggil Akira.
"juragan, saya mohon juragan, jangan menyakiti nya," mohon Akira.
"kenapa kau melindunginya, kau siapa?" bentak Vian.
Akira berdiam diri, melihat Aira yang di bawa Vian, Bu Ageng mencoba menghentikan nya.
"Vian, jangan membawanya pergi," panggil Bu Ageng.
Vian menulikan pendengarnya, Akira terus memohon sambil menangis karena melihat Aira yang ketakutan.
Bu Ageng langsung memegangi jantungnya, dan jatuh pingsan, mbok Ijah panik melihat itu.
"Bu Ageng!" teriak Akira.
Vian yang melihat sang ibu tergletak pingsan, akhirnya sedikit mereda dan mengendong Bu Ageng masuk ke mobil.
Vian dan Akira serta Aira membawanya ke rumah sakit, Bu terkena serangan jantung, Vian begitu sedih mengetahui ini.
Aira masih bersembunyi di balik tubuh Akira, Vian pun melihat Aira yang ketakutan.
Vian pun menghampiri Aira, "Aira maafkan ayah, ayah tadi keterlaluan," kata Vian.
Aira masih terlalu takut melihat sang ayah, dokter pun menghampiri Vian dan Akira.
"maaf Vian, Bu Ageng ingin berbicara dengan mu dan Akira," kata dokter Reza.
"iya om," jawab Vian.
ketiganya pun masuk ke ruang rawat Bu Ageng, Aira masih di gendongan Akira, Bu Ageng tersenyum kearah Akira.
"menikah ...." lirih Bu Ageng.
"ibu ingin Vian menikah," katavian memastikan.
Bu Ageng mengangguk dan menunjuk Akira, sedang Akira juga binggung dengan itu.
"Vian akan menikahinya, tapi ibu sembuh dulu," jawab Vian.
Bu Ageng mengangguk, sedang di luar ruangan Ela dan Robi baru datang, Ela begitu terpukul mendengar penjelasan om mereka.
Vian keluar dari kamar rawat sang ibu, Ela langsung memukuli Vian karena telah membuat ibu mereka seperti ini.
"kau puas bang, ibu selalu mementingkan diri mu tapi ini yang bisu dapat," maki Ela pada Vian.
sedang Vian hanya diam menerima semua pukulan dan makian dari sang adik.
"Vian, ini serangan pertama, jika kondisinya tak membaik, aku takut ibu kalian," kata om Reza terhenti.
"tenang om, om rawat ibu saja, biar Vian yang urus segalanya," jawab Vian.
"apa maksud Abang, biar ibu ikut kami ke Mojokerto," kata Ela.
"aku mohon, biarkan ibu bersama ku, aku akan menuruti semua keinginannya termasuk menikah," mohon Vian.
"baiklah, tapi jika Abang tak bisa maka aku akan membawanya pergi," kata Ela.
sedang di ruang rawat, Bu Ageng mengenggam tangan Akira, "maaf Bu, Akira tak bisa menikahi juragan," jawab Akira.
"saya mohon, demi Aira, karena jika terjadi sesuatu pada ku, siapa yang akan menyayangi gadis ini," kata bu Ageng.
"tapi Bu, juragan...." lirih Akira.
"saya mohon..." kata Bu Ageng.
Akira tak bisa menjawab pertanyaan tersebut, Ela masuk dan langsung memeluk sang ibu, "saya permisi keluar," kata Akira.
saat di luar, Vian menatapnya datar, "Robi tolong ajak Aira sebentar, aku ada urusan dengan pengasuhnya," kata Vian yang langsung menyeret Akira.
mereka menuju ke area sepi di dekat gudang, "kenapa kau mempengaruhi ibu ku hingga menginginkan mu menjadi istriku," kata Vian mendorong Akira sampai membentur dinding.
"saya tak mempengaruhi ibu Ageng juragan," kata Akira menunduk ketakutan.
"kau ingin jadi istriku kan, baiklah kita menikah dan ku pastikan kau akan tau bahagia nya hidup dengan ku, dasar wanita mur*han," kata Vian meninggalkan Akira.
Akira hanya menangis mendengar makian Vian, "aku tak memintanya," kata Akira dalam tangisnya.
saat kondisi Bu Ageng membaik, Vian membawa Aira dan Akira pulang, ternyata pak Yono yang menjemput Akira.
Akira pun turun dan membawa Aira ke kamarnya karena sedang tertidur, sedang Vin mengajak pak Yono mengobrol.
saat Akira menghampiri sang bapak, Akira terlihat wajah pak Yono seperti ada yang di sembunyikan.
"juragan saya pamit dulu, oh ya tadi Aira sudah mandi, permisi," pamit Akira.
"baiklah," jawab Vian dingin.
"permisi juragan," pamit pak Yono.
pak Yono dan Akira pun menuju ke rumahnya, sepanjang jalan Akira hanya bergelut dengan pikirannya.
Akira bahkan memeluk tubuh pak Yono dengan sangat erat, ya gadis itu sedang rapuh saat ini.
aku tak sadar saat sudah sampai rumah, bapak menepuk tangan ku dengan lembut.
"Akira, kita sudah sampai nak, ayo turun," kata bapak dengan suaranya.
"iya pak."
saat aku turun aku langsung menyapa Mak dan juga Adri, kemudian masuk kedalam kamar, entah aku hanya ingin sendiri.
aku begitu kalut, bagaimana aku bisa menikah dengan orang yang bahkan tak menginginkan diriku.
tapi permintaan Bu Ageng agar aku merawat Aira terus terngiang di telingaku, tapi hinaan dari juragan juga tak bisa hilang dari pikiran ku.
apa aku seburuk itu di matanya, aku hanya peduli dengan uang nya, apa serendah itu aku di matanya.
tok.. tok.. tok..
"Akira, ayo mandi dulu, karena ada sesuatu hal yang ingin bapak bicarakan," kata pak Yono yang mengetuk kamar Akira.
"iya pak," jawab Akira.
Akira melepas jilbabnya dan terlihat bekas cekikan Vian begitu jelas memerah.
Akira pun memilih baju dengan leher tinggi agar orang rumah tak melihatnya, meski dia sudah mantap untuk berjilbab.
Akira pun membersihkan diri nya, Akira memilih menyerahkan segalanya pada sang pencipta.
tak di sangka setelah sholat Isya' mereka kedatangan tamu yaitu keluarga Danang, pak Yono pun kaget karena mereka datang mendadak.
pak Yono pun mempersilahkan dengan ramah, mereka pun mengutarakan kedatangan mereka kembali.
"maaf ya pak, kami datang lagi, ini Danang susah tak sabar ingin mengutarakan keinginannya untuk meminang Akira," kata pak Idris.
"sebentar saya panggil anaknya dulu," kata pak Yono.
saat pak Yono memanggil Akira, ternyata Vian dan kedua adiknya juga datang ke rumah Akira untuk melamar sesuai perintah sang ibu.
pak Idris kaget melihat kedatangan juragan Vian, bahkan pak Idris pun langsung bersalaman dengan juragan Vian.
"maaf ini kemana tuan rumahnya," tanya Vian.
"loh ada juragan, Monggo silahkan duduk," kata pak Yono yang baru keluar dari rumahnya.
pak Yono binggung melihat kedatangan Vian dengan empat orang lainnya, "maaf Akira masih sholat, sebentar lagi keluar," kata pak Yono pada rombongan pak Idris.
"apa kalian kesini-" tanya Vian terputus.
"kami ingin melamar Akira untuk putra kami," jawab pak Idris.
mendengar itu Vian langsung marah, Vera pun meredam amarah Vian dengan mengenggam tangan nya.
"tenang bang, ingat janji mu," bisik Vera.
"oh ya juragan kesini apa ada yang penting?" tanya pak Yono.
"kami kemari ingin-" kata Bima terpotong karena Akira yang keluar dengan Mak Nur.
"maaf menunggu lama," suara Akira yang terdengar serak.
Danang begitu terpana melihat Akira yang makin cantik dengan jilbabnya, sedang Vian makin di buat marah dengan suasana saat ini.
Akira pun duduk di samping pak Yono, "baiklah Akira sudah di sini, silahkan nak Danang jika ingin menanyakan sesuatu," kata pak Yono.
"Akira, aku datang bersama kedua orang tua ku ingin melamar mu, kamu juga tau jika aku sudah menyukai mu sejak dulu, jadi apa kamu bisa menerima lamaran ku," kata Danang.
"tunggu pak, sebelum itu kami juga ingin menyampaikan pesan ibu kami, kami juga datang ke sini untuk melamar Akira untuk bang Vian," kata Anis.
"apa!" kaget semua orang.
"sudahlah, bahkan dia saja tak bisa menjawab permintaan ibu, lebih baik kita pergi dari sini," kata Vian datar dan ingin meninggalkan rumah Akira.
"bang tunggu dulu, biarkan Akira yang menjawabnya dulu bang," kata Fandi menahan Vian.
"kau lihat bahkan dia hanya diam, aku tak memiliki kesabaran sebesar itu," jawab Vian melepas tangan Fandi.
"tunggu juragan, aku akan menjawabnya malam ini," suara Akira.
Vian pun berhenti dan berbalik melihat ke dalam rumah itu, Anis dan Vera bisa melihat kesedihan di wajah Akira.
"terima kasih atas kedatangan kedua keluarga ke rumah kami, untik mas Danang, maaf kan Akira yang tak bisa menerima permintaan mas, karena Akira sudah menerima permintaan Bu Ageng untuk menjadi ibu untuk Aira dan istri untuk juragan Vian, maaf yang sebesar-besarnya," kata Akira dengan senyum yang mengembang demi menutupi kesedihannya.
"Akira apa ini benar keputusan mu?" tanya Danang memastikan.
"iya mas Danang, dan mas Danang bisa mencari gadis yang lebih baik dariku, dan yang lebih berpendidikan tinggi," tambah Akira.
pak Idris pun menahan Danang yang ingin mengutarakan keinginannya, pak Idris mengerti keputusan Akira.
bahkan pak Idris bisa melihat Akira yang menggeleng lemah, pak Idris tau jangan pernah menentang juragan Vian jika tak ingin jatuh.
"baiklah kami menerima pilihan mu nak, kalau begitu kami pamit dulu," kata pak Idris menyeret Danang pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 247 Episodes
Comments
Fhebrie
wah ad yg patah hati nih.. danang jd mantuku aja ya haha
2021-08-13
0
3 semprul
vian kok arogan banget.....bawaan nya marah melulu..
2021-07-24
0
Nurul Hidayati
vian gila ya
2021-05-29
0