Akira kini sudah bersama Aira melihat kepergian dari Bu Ageng dan Vian, Akira juga di beri pegangan untuk uang jajan Aira.
"sekarang kita mau ngapain Aira?" tanya Akira sambil duduk di tangga samping rumah.
"Aila ingin naik sepeda, tapi Aila belum bisa," jawab Aira sedih.
"itu sepedanya kan, ayo kita keliling kampung nanti biar mbak Akira yang dorong," usul Akira.
"yey... ayo Ama," jawab Aira.
Akira pun mendorong sepeda roda tiga itu berkeliling desa, Akira pun menyapa semua orang dengan ramah.
"Ama, kita lihat kambing di sana ya," kata Aira menunjuk sawah.
"oke putri Ama," jawab Akira.
mereka berhenti di pinggir jalan ke persawahan yang terhampar hijau nan sejuk, "pagi non Aira," sapa seorang ibu.
"Aira di jawab nak, pagi Bu," jawab Akira.
"pagi eyang," jawab Aira dengan imut.
"wah, neng Aira sana siapa ini," tanya ibu itu.
"ini Ama Aila, Ama Akila," jawab Aira yang turun dari sepeda dan memeluk kaki Akira.
"Ama Akila?" binggung ibu itu.
"saya pengasuh Aira Bu, Aira memanggil saya Ama," jawab Akira.
"walah tak kira calon istri juragan, habis cantik sekali, baik lagi, maaf ya," kata ibu dengan tertawa.
"iya Bu," jawab Akira juga tertawa.
"baiklah Ama Aira, saya pulang dulu kalau begitu, permisi, mari non Aira," kata ibu itu.
Aira dan Akira pun mengangguk, wanita itu pun pergi dari sana dengan mengendong kayu bakar.
Akira pun tak mengira masih banyak orang yang kekurangan sama seperti dirinya.
"Ama. Ama. ayo beli es klim, Aila ingin es klim," kata Aira sambil memeluk kaki Akira.
"gimana kalau kita buat sendiri saja, mau?" usul Akira.
"Ama bisa buatnya?" tanya Aira semangat.
"bisa, kita buat bareng-bareng yuk," kata Akira.
"siap Ama," jawab Aira.
Akira terus tertawa bersama Aira, bahkan semua warga bisa melihat kebahagiaan dari putri Vian itu.
"mari semuanya," sapa Akira pada bapak-bapak yang tengah berkumpul di warung.
"loh itu siapa sana non Aira, cantik banget, apalagi non Aira terlihat begitu gembira?" tanya seorang bapak.
"tadi sih kata si mbok Jum, dia itu pengasih Aira, orangnya baik dan ramah kata si mbok sih," jawab Asih.
"walah, cantik begitu pengasih non Aira, apa hak ke goda tuh juragan, tiap hari lihat uang bening begitu," jawab bapak yang lain.
"ya kita lihat saja, lagi pula juragan juga gak pernah tergoda pada cewek gatel anak kalian juga," jawab Asih meledek.
"ya beda kelas kali Asih, anak kami mainnya di sawah, lah gadis ini udah cantik bersih lagi, apa lagi murah senyum juga," jawab bapak-bapak gendut yang mendekat ke arah asih.
"minggir ih, tuh lihat istrimu kemari, pulang sana," kata Asih.
benar saja seorang ibu sudah datang dengan membawa sapu di tangannya.
"hei dasar bandot tua, malah nongkrong di warung janda, tuh urusin kambing mu," kata ibu itu sambil menjewer kuping suaminya.
"idih kok aku yang kena, makanya kalau punya suami itu di perhatiin, situ yang perhatian malah aku yang kena," jawab asih sambil membenarkan bajunya.
"malu Bu, udah pulang yuk," ajak si bapak pada istrinya.
"dasar janda gatel," kata ibu itu sambil ngeloyor pergi.
"kalau gatel ya di garuk dong," jawab asih sambil berteriak.
"Abang garukin ya," kata pak Eko.
"nih... mau di getok pakai centong nasi," kata asih mengangkat centong nasinya.
pak Eko malah tertawa melihat asih yang marah, pak Eko adalah duda yang baru di tinggal meninggal istrinya.
Akira dan Aira sampai di rumah, "tunggu Aira," panggil Akira.
"ada apa Ama?" tanya Aira melihat Akira.
"sebelum masuk rumah, kita cuci kaki fan tangan dulu yuk, kan baru dari luar," kata Akira.
Akira pun mengajari Aira untuk mencuci kaki dan tangan nya, setelah itu mereka langsung menuju ke dapur.
mbok Ijah sedang mencuci pakaian di belakang, Aira langsung membuka kulkas dan memilih buah kesukaannya.
"Ama mau es klim pakek ini ya," kata Aira mengambil mangga.
"oke nona cantik," jawab Akira.
meski hanya lulusan SD, tapi Akira bisa mengoperasikan blander dan semua jenis alat di dapur, karena berkat membantu mbok jah.
Akira mengupas mangga dan mencampurnya dengan susu, setelah itu menghaluskan dengan blender.
setelah selesai Akira membaginya dalam beberapa wadah, dan menaruhnya di freezer, Akira heran karena Aira tak terdengar suaranya.
saat di dekati ternyata Aira sudah tertidur di antara mainan boneka miliknya, Akira pun mengendong gadis kecil itu.
Akira menidurkan Aira di kamarnya, setelah itu membereskan semua boneka yang berserakan.
Akira hanya melihat foto Aira dan Vian, bahkan tak ada selembar pun foto ibu Aira di kamar itu.
tak terasa sudah siang, Akira pun memutuskan untuk sholat di kamar Aira sambil menjaga gadis kecil itu.
terdengar suara mobil yang datang, Vian langsung masuk tanpa mengucapkan salam, dan langsung berteriak.
"mbok Ijah, keluarkan semua barang wanita sialan ini dari kamar ku!" teriak Vian dengan begitu keras.
mbok Ijah langsung mengambil plastik sampah dan menuruti perintah Vian, bahkan dia terlihat begitu marah.
"Ama..." kata Aira yang terbangun.
"sudah bangun anak cantik," kata Akira.
"Aila takut, ayah malah lagi," kata Aira memeluk Akira.
"Aira di si i dulu ya, biar Ama yang lihat ayah, nanti Ama bawakan es krim tadi pasti sudah jadi ya," kata Akira mengusap pipi Aira.
Aira mengangguk, Akira pun keluar untuk melihat apa yang terjadi, sebelum itu dia melepas mukenanya dan membenarkan hijabnya.
terlihat mbok Ijah sedang menyeret kantong hitam yang begitu besar, bahkan terdengar suara pecahan kaca dari kamar Vian.
"juragan," panggil Akira yang masuk karena khawatir.
tanpa diduga, Vian langsung mencekik Akira saat gadis itu masuk, Akira pun berontak tapi cekikan Vian cukup kuat.
"juragan ... lepaskan ... istighfar juragan ...." lirih Akira yang mencoba melepas tangan Vian dari lehernya.
"juragan... nyebut tuan, ini neng Akira tuan," kata mbok Ijah membantu Akira.
Vian melepas tangan nya dan itu membuat Akira terbatuk-batuk, mbok Ijah pun membantu Akira berdiri.
"keluar!" bentak Vian.
mbok Ijah pun menuntun Akira keluar kamar, Akira duduk di meja makan dan dia di beri air minum oleh mbok Ijah.
"terima kasih mbok," kata Akira lirih.
"ya Alloh neng, gak papa kan, maafin juragan ya neng," kata mbok Ijah.
"iya mbok, tapi ini kenapa tuan bisa semarah itu, bahkan begitu kasar," binggung Akira sambil mengusap lehernya.
"mbok juga tidak tau, tapi ini biasanya berurusan dengan mantan istrinya neng, tapi jangan di bahas nanti tuan marah," kata mbok Ijah.
Akira mengangguk mengerti, dia hanya tak menyangka jika Vian bisa seburuk itu saat marah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 247 Episodes
Comments
Een Uchroniyah
.. d 0 .0g1
2023-02-07
0
Lovesekebon
Author..love love love yuhh, sekebon😊😊🥰💗💓💞💕❤🧡💛💚💙💜🤎
2021-05-02
0
Sulis Setiawati
semangat thoor
2021-04-26
1