pagi itu Akira sudah siap menuju ke rumah Vian, dia mengunakan celana kain dan juga baju yang cukup longgar.
"wah cantik banget nih, mau kemana neng?" goda Rizal.
"ih.. Abang mah, ayo anterin Akira," kata Akira dengan cemberut.
"iya adek Abang yang cantik, sana pamit bapak dan Mak dulu, biar Abang panasin sepeda motornya," kata Rizal sambil mengambil jaket.
Akira pun menghampiri kedua orang tuanya di belakang, "pak, Mak, Akira pamit mau kerja di rumah juragan Vian ya," pamit Akira.
"loh mulai hari ini kamu kerjanya?" tanya pak Yono.
"iya pak, Akira pamit ya," kata Akira mencium tangan keduanya.
"baiklah, hati-hati ya," kata pak Yono.
Rizal sudah di atas motor bebek miliknya, kemudian Akira pun naik di jok belakang dan melingkarkan tangannya di pinggang sang kakak.
"siap berangkat?" tanya Rizal.
"siap," jawab Akira.
"bang ikut!" teriak Adri.
"ya elah, cepetan nanti Abang kesiangan ini," jawab Rizal.
akhirnya mereka pun berboncengan bertiga, pertama Rizal berhenti di sekolah Adri, Adri pin berpamitan pada keduanya.
setelah itu Rizal mengantar Akira menuju ke rumah Vian, perjalanan lumayan jauh, setidaknya butuh waktu 45 menit untuk sampai di sana.
motor Rizal berhenti di depan rumah Rizal, Akira turun sudah di sambut mbok Ijah.
"bang nanti Akira telpon ya saat pulang," kata Akira.
"ya, dan ingat jaga diri dan hati-hati," pesan Rizal.
"siap bos," jawab Akira.
Rizal langsung berputar balik dan pulang, sedang Akira menghampiri mbok Ijah yang tersenyum kearahnya.
"assalamualaikum mbok," sapa Akira.
"waalaikum salam neng, aduh ayo masuk, si kecil masih tidur," kata mbok Ijah.
"iya mbok, oh ya Akira boleh kan tanya-tanya sama mbok tentang Aira," kata Akira.
"boleh atuh, oh ya tasnya taruh di kamar mbok aja ya," kata mbok Ijah.
"iya mbok," Akira pun mengikuti mbok Ijah ke kamarnya.
ternyata Bu Ageng sedang memasak, Akira pun menghampiri dan menyapa sambil mencium tangan dari Bu Ageng.
"Akira boleh minta tolong lihat Aira, biasanya dia sudah bangun," kata Bu Ageng.
"siap Bu," jawab Akira.
Akira pun menuju kamar yang sudah di beritahu oleh mbok Ijah, saat masuk terlihat gadis itu masih tertidur.
Akira pun menghampiri gadis kecil itu, dan mengusap kepalanya, merasa ada yang membelainya Aira pun membuka matanya.
Aira pun kaget melihat Akira di kamarnya, "Ama," panggil Aira dan langsung memeluknya.
"loh non kok panggil Ama, ini mbak Akira loh," jawab Akira.
"gak mau Aila mau panggil Ama saja, telus mbak panggil Aila ya," kata Aira yang begitu manja pada Akira.
"baiklah gadis cantik, sekarang ayo mandi," kata Akira yang langsung mengendong Aira ke kamar mandi.
Vian Bru selesai joging pagi, dan menghampiri sang ibu yang tengah memasak, "Akira belum datang?" kata Vian sambil mencomot tempe yang baru selesai di goreng.
"sudah kok, mungkin sekarang mandiin tuh anak cantik, kamu juga mandi gih, keringetan gitu," kata Bu Ageng.
"bentar Bu, lagian Vian siangan harus ke Surabaya mau nego harga beras juga," jawab Vian.
"ayah..." panggil Aira yang sudah cantik dengan gaun bermotif bunga dan kuncir dua yang makin menambah keimutan gadis kecil itu.
"wah putri ayah sudah cantik, siapa yang kuncir ini," kata Vian pada Aira.
"ini Ama yang kuncir," jawab Aira dengan manja pada sang ayah.
"Ama?" binggung Vian.
"Ama siapa sayang?" tanya Bu Ageng yang penasaran.
"itu Ama, kalena dia yang tolong Aila," jawab Aira sambil menunjuk Akira yang menuju dapur sambil membawa baju kotor.
Bu Ageng tersenyum, sedang Vin terpesona dengan Akira yang terlihat begitu lembut dengan hijab yang di kenakan.
"maaf juragan, itu tadi nona kecil yang memaksa mau panggil Ama, saya sudah melarang tapi nona tetap tak mau mengganti panggilannya," kata Akira takut.
"gak papa ya ayah," mohon Aira.
"iya terserah Aira saja, oh ya mulai sekarang mbak Akira akan menemani Aira di rumah, dan menjaga Aira," kata Vian.
"yey... Ama sekalang baleng Aila," kata Aira begitu senang.
"ya sudah Aira sarapan dulu, ayah mau mandi, bau," kata Vian yang meninggalkan semuanya.
Akira langsung membantu Aira untuk sarapan, Bu Ageng begitu senang melihat cucunya itu yang terlihat gembira.
"sebelum makan, Aira berdo'a dulu yuk," kata Akira.
"do'a apa aja?" tanya Aira.
"do'a sebelum makan, Aira sudah tau," kata Akira.
Aira hanya menggeleng, Akira pun mengerti dan tersenyum pada gadis kecil itu.
"oke, Ama akan ajarkan, Sekarang Aira ikuti ana ya," kata Akira menangkupkan tangannya.
Aira pun mengikuti Akira, “bismi-llāhi ar-raḥmāni ar-raḥīmi, Alloohumma barik lanaa fiimaa razaqtanaa waqinaa ‘adzaa bannar” kata Akira.
"bismillahirrahmanirrahim, Alloohumma, balik lanaa fimaa lazaqtana waqina adzaa bannal," kata Aira dengan pelat.
"amiin," jawab Akira.
"amiin," kata Aira.
Bu Ageng tersenyum melihatnya, setidaknya kini dia sudah yakin dengan keputusannya yang menjadikan Akira pengasuh cucunya.
"sekalang boleh makan Ama?, tapi Aila mau di suapin," tanya Aira.
"iya tuan putri," kata Akira dengan begitu lembut.
Aira pun terlihat begitu lahap, tak lama Vian pun bergabung bersama yang lain untuk sarapan, Vian masih sibuk dengan ponselnya.
"Akira boleh minta tolong ambilkan saya sarapan," kata Vian yang tak melepas pandangannya dari ponselnya.
"iya juragan," jawab Akira yang berdiri dari kursi samping Aira.
Akira dengan cekatan mengambilkan makanan untuk Vian, sedang Aira malah makan sendiri karena melihat Akira yang melayani sang ayah.
Vian pun langsung sarapan bersama Bu Ageng dan Aira, Akira pun ke dapur untuk membuatkan susu dan kopi, sesuai arahan Bu Ageng.
sedang di rumah Akira kedatangan tamu tak terduga, keluarga terpandang datang ke rumah sederhana itu.
"assalamualaikum," sapa pak Idris dan keluarganya.
"waalaikum salam, wah ada tamu, Monggo masuk bapak dan ibu," kata pak Yono mempersilahkan keluarga Danang untuk masuk.
"ada apa ini?" tanya pak Yono yang binggung.
"begini pak, kedatangan kami kemari ingin melamar putri bapak Akira untuk putra kami Danang, sebelum nya maaf ini begitu mendadak," kata pak Idris.
pak Yono kaget bukan main mendengar penjelasan dari pak Idris, pasalnya mereka adalah keluarga terpandang di desa sebelah.
"tapi maaf pak ya, kalian kan tau kami hanya keluarga tak mampu, dan lagi putri kami sempat terkena musibah, terus apa yang menjadi landasan keluarga bapak ingin melamar putri kami," kata pak Yono sedikit takut.
"begini pak, tentang musibah itu kami sudah tau kebenarannya yang terjadi bukan salah Akira, lagi pula Danang begitu menyukai Akira, jadi kami kesini untik menyatukan mereka," kata pak Idris.
pak Yono makin binggung, pasaln, keluarga mereka begitu jauh perbedaannya.
"saya tidak bisa memberikan jawaban pak, karena semua tergantung Akira yang menjalani," jawab pak Yono.
"kalau begitu besok malam kami akan datang lagi bersama Danang, agar mereka bisa membicarakan ini, dan saya mohon jangan takut dengan perbedaan kita pak, karena kami menyukai putri bapak," kata Bu Susi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 247 Episodes
Comments
Fhebrie
klo vian ga gercep bs di srobot tuh sm si danang
2021-08-13
0
Ida Noor
iki sakjane tempat cerita nang daerah Jawa opo Sunda to, nek Jateng or jatim panggilan buat anak perempuan kui nduk bukan neng, adik panggil kakak laki-laki mas bukan abang, emang di daerah Sunda ada makanan botok an, bali, sambel klotok ya? serius nanya karena sy orang Jatim 🙏
2021-05-21
0
yosya
akira ama juragan vian aja thor... syedih kalo ampe ama yg lain ... lagi pula, aira udah deket ama mama akira
2021-05-07
0