kini setiap malam itu Vian akan tidur bersama putri kecilnya, bahkan Bu Ageng begitu senang melihatnya.
Bu Ageng mendapat laporan dari anak buahnya yang bekerja dengan Vian, Bu Ageng kaget karena Vian menyelamatkan seorang gadis yang ingin di perkosa.
Bu Ageng pun mengerti kenapa Vian pulang sore tadi, dan berubah pada putrinya itu, setidaknya Vian pun sudah sadar.
sedang di rumah Akira sedang ada orang kepercayaan Vian yang memberi arahan pada Rizal untuk menjalankan pengilingan beras milik Vian.
sedang Akira dan ibunya sedang sibuk di dapur membuat masakan untuk di jual, sebenarnya Mak Nur belum mengizinkan tapi Akira yang memaksakan.
lagi pula ini sudah seminggu dari kejadian buruk itu, "kamu yakin mau jualan?" tanya Mak Nur.
"iya Mak, apa lagi yang bisa cempluk kerjakan selain ini," kata Akira yang sedang sibuk memarut singkong.
setelah itu Akira akan menggoreng hingga kering, dan jadi kripik singkong dan akan di bungkus dengan plastik.
setelah pekerjaan siap, keduanya pun tidur, Mak Nur melihat suaminya dan Rizal yang sedang berbincang di ruang tamu.
"ini kopinya pak, oh ya Rizal tolong daftarkan adikmu untuk ikut ujian paket untuk ijazah SMP," minta Mak Nur.
"untuk apa sih Bu, dia kan seorang gadis tak perlu lah ikut ujian segala," kata pak Yono.
"itu penting pak, baiklah Bu besok biar Rizal tanya temen Rizal yang jadi guru, biar bisa mendaftarkan Akira," jawab Rizal.
Rizal tak ingin adiknya kembali di rendahkan karena hanya lulusan SD saja, setidaknya kini dia bisa membuat perekonomian keluarganya membaik.
Akira bangun pukul 3 dini hari untuk menyiapkan semua keperluan jualan, bahkan Akira juga di bantu oleh Mak Nur menyelesaikan jualannya.
setelah siap, Akira berganti pakaian seperti pria, dan memakai masker untuk menyamarkan dirinya.
setelah sholat subuh Akira langsung menuju pasar pertama yaitu pasar Peterongan, Akira memacu sepeda miliknya itu.
"botok an, Bali, kare, gorengan," teriak Akira menjajakan dagangannya.
tak lama orang pun menghampiri Akira dan membeli beberapa jenis dagangan gadis itu.
"mbak kok gak bawa nasi sekalian sih?" salah seorang pembeli.
"iya Bu, ini baru pertama jualan," jawab Akira.
"owh, wong baru toh, lain kali bawa nasi mbak di bungkus kecil-kecil, soalnya kami kan juga butuh asupan tenaga," tambah seorang bapak.
"iya pak, besok saya usahakan," jawab Akira.
meski begitu jualan Akira cukup laku, masih banyak dan matahari sudah muncul, kini Akira pun menuju pasar yang lain.
meski sedikit jauh, tapi telat Akira kuat ingin mandiri, dia pun mengayuh sepedanya menuju ke pasar legi.
Akira juga menawarkan dagangannya setiap melewati jalan perkampungan, Akira sampai sudah sedikit siang.
tapi gadis itu tetap bersemangat berkeliling menawarkan dagangannya.
"botok an, kare, Bali, gorengan," teriak Akira.
"botok an!" panggil salah seorang ibu Ageng.
Akira pun membelokkan sepedanya menuju toko baju itu, "ada botokan apa saja mas?" tanya Bu Ageng.
"ini Bu, ada simbuan, ontong (jantung pisang) dan tahu tempe," jawab Akira.
"wah kebetulan, saya mau simbuan nya 4, ontong nya 3 dan ini gorengan bakwan jagung ya?" tanya ibu Ageng.
"iya Bu, bisa di coba, Monggo," kata Akira.
Bu Ageng pun mencoba dan terasa pas di lidahnya, "aku mu semuanya ya, oh sebentar saya tanya putra saya dulu mau juga apa enggak," kata Bu Ageng masuk ke dalam toko.
Akira memperhatikan seorang gadis kecil yang keluar dari toko dan tak ada yang tau.
Vian memperhatikan sang ibu yang mengambil dompet dan menghampiri dirinya, "Vian mau botokan gak, itu ada yang jualan," kata Bu Ageng.
"boleh Bu, oh ya gorengan juga boleh kalau ada," jawab Vian yang msih sibuk dengan telponnya.
Akira terus melihat gadis kecil itu, gadis yang tengah bermain bola sendiri, Akira pun tak bisa melihatnya lagi saat ada pembeli.
saat selesai Akira pun mencari gadis itu, dan ternyata sudah mendekati jalan besar dengan banyak kendaraan.
Aira berlari menuju ke jalan aspal karena ingin mengambil bolanya, Akira yang melihat itu pun panik dan langsung berlari menghampiri gadis kecil itu.
"awas!" teriak semua orang.
brak... suara tabrakan begitu keras menghantam, Bu Ageng keluar karena mendengar suara keras itu.
"Leli mana Aira?" tanya Bu Ageng pada penjaga tokonya.
"tadi non Aira disini main bola Bu," jawab Leli.
"kamu ini gimana sih, kenapa bisa hilang anaknya!" bentak Bu Ageng.
Vian pun juga keluar toko, dan tak mendapati putri kecilnya itu, dan melihat Bu Ageng yang marah.
semua orang sudah berkerumun, Bu Ageng langsung berlari menghampiri orang-orang diikuti Vian.
Bu Ageng pun menerobos semua orang ingin melihat korban, dia melihat Akira yang sudah memeluk tubuh kecil Aira dengan erat.
"Aira," panggil Bu Ageng.
ternyata mobil itu menghindari Akira yang menyelamatkan Aira malah menabrak pos polisi.
Akira pun mengendong Aira yang msih terkejut dan menangis, Bu Ageng mencoba melepas pelukan Aira tapi tak bisa.
"Bu bawa mereka ke toko, biar saya yang menyelesaikan ini," kata Vian.
sedang Vian yang juga kaget memilih menyelesaikan urusannya dengan pengemudi mobil itu.
saat sampai di toko Aira bahkan tak melepaskan pelukannya pada Akira, Bu Ageng pun heran pada cucunya yang begitu erat memeluk Akira.
"Aira, lepaskan yuk kasihan mas nya," kata Bu Ageng.
"tidak apa-apa Bu, mungkin adiknya masih syok," kata Akira melepas maskernya.
Bu Ageng kaget melihat gadis cantik yang menyelamatkan Aira, Leli pun memberikan minum pada Akira.
"cantik minum dulu yuk," bujuk Akira.
Aira pun menurut dan minum dengan di bantu Akira, Bu Ageng melihat kebaikan di diri Akira.
"Aira turun ya, kasian kakaknya kamu peluk begitu," kata Bu Ageng membujuk Aira.
tapi gadis itu mengeleng, Aira malah mengerat kan pelukan nya lagi, Akira pun menepuk punggung Aira agar tenang.
Vian pun kembali setelah melakukan mediasi karena Aira yang menyebabkan kecelakaan tadi.
Vian kaget melihat Akira yang sedang menenangkan Aira yang masih terlihat syok.
"kenapa Bu?"tanya Vian.
"ini Aira gak mau turun, malah meluk mbak nya terus," jawab Bu Ageng.
"cempluk kenapa di sini?" tanya Vian pada Akira.
"oh juragan, saya jualan tadi," jawab Akira.
"kamu ini, memang gaji Rizal gak cukup," tanya Vian.
sedang Bu Ageng binggung karena Vian yang sudah mengenal Akira, bahkan memanggil dengan nama "cempluk".
"bukan seperti itu juragan, uang bang Rizal Jan miliknya, Akira hanya tak ingin membebani bang Rizal, lagi pula masih ada Adri yang butuh biaya," jawab Akira.
Vian pun mengangguk mendengar jawaban Akira, "Aira sayang, sini sana ayah yuk, kasihan mbak Akira nya kamu peluk begitu," bujuk Vian.
Aira pun melepaskan pelukannya pada Akira dan menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 247 Episodes
Comments
Melati
❤❤
2022-07-28
0
Dewi Ahnar
bagus,seru
2022-04-21
0
Fhebrie
eh ternyat juragan sok akrab juga ya main manggil cempluk aja
2021-08-13
1