Vian tak mengerti kenapa bisa pabrik miliknya bisa kebakaran dan menghanguskan segalanya.
Vian sudah habis tak memiliki apapun, pabrik tahu itu adalah warisan dari sang ayah, tapi Vian malah menghancurkannya.
Vian pun kembali dengan keadaan yang begitu lesu, sedang Bu Ageng hanya bisa menghibur putranya itu.
“Vian mungkin ini cobaan dari Alloh, tenanglah kita masih memiliki sawah dan juga toko,” kata Bu Ageng menenangkan Vian.
“tapi usaha Vian sia-sia Bu, saat semua sudah berjalan normal malah kejadian seperti ini, apa yang harus aku katakan pada Rini,” kata Juan sedih.
Tak lama Rini baru pulang dengan belanjaan dan juga barang barang baru yang di belikan oleh Irwan.
Rini bahkan mengabaikan Vian yang tengah terpuruk dan memilih masuk ke kamarnya, Vian langsung menghampiri Rini di kamar.
“kamu belanja lagi?”tanya Vian.
“kenapa? Kau dulu bilang tak akan menggaturku, kenapa sekarang kau bilang seperti itu,” jawab Rini sambil mencoba baju yang baru dia beli.
“Rini tolong berhemat, kita sedang kesusahan, jadi aku mohon tolong mengertilah,” kata Vian.
“itu urusanmu, dulu kau berjanji tak akan membuatku kekurangan, jika sekarang kau miskin itu urusanmu, dan aku tak ingin uang belanja ku berkurang sedikitpun,” jawab Rini dengan nada sedikit membentak.
Vian terkejut melihat sifat asli Rini yang keluar saat ini, ketika dia terpuruk bukan menghibur malah menambah luka itu.
“Rini ingat kita punya Aira!” bentak Vian.
“itu putrimu bukan putriku, kau yang menginginkannya jadi Sekarang itu tanggung jawab mu,” jawab Rini.
“aku tau ini tanggung jawabku, tapi kau juga hrus menjadi ibu yang baik untuk Aira, kau berubah Rini,” kata Vian.
“kau yang membuatku seperti ini, kau sekarang tak punya apa-apa, apa kita harus mengemis pada ibu mu hanya untuk hidup, hah,” kata Rini.
“Rini!” teriak Vian sambil mengangkat tangannya.
“kenapa mu memukulku, pukul, tapi ingat sekali saja kau melukai ku, aku kan meninggalkan rumah buruk ini!” teriak Rini.
“ahh!” teriak Vian meninju cermin besar di belakang tubuh Rini hingga hancur.
Vian langsung pergi meninggalkan rumah tanpa mengatakan apapun, melihat itu Bu Ageng pun menghampiri Rini.
“apa ibu boleh masuk?” tanya Bu Ageng.
“masuk saja, ini kamar milik anakmu,” jawab Rini ketus.
“Rini bisakah ibu memintamu memberikan dukungan pada Vian, saat ini dia sedang terpuruk,” kata Bu Ageng.
“Bu ingat ini, aku menikah dengan putramu ingin hidup enak bukan jadi miskin, dan jika putramu tak bisa sukses lebih baik kami berakhir,” kata Rini.
“tapi Rin, ingatlah ada Aira di antara kalian, bahkan putrimu masih sangt kecil,” kata Bu Ageng.
“itu putri yang di minta oleh putramu, jadi berhenti mengangguku,” kata Rini.
Mendengar jawaban Rini, Bu Ageng pun tak bisa berbuat apapun, Bu Ageng selalu diam menerima omongan kasar dari menantunya itu.
Bu geng tak habis pikir dengan Juan yang bisa mencintai Rini, padahal pernikahan mereka dulu sangat di tentang Bu Ageng.
Tapi Juan tetep kekeh ingin menikahi Rini yang bunga desa meski dia tau konsekuensinya harus memanjakan dengan uang.
Sebenarnya Vian bisa mendengar makian Rini terhadap ibunya itu, Vian pun memilih keluar dari rumah.
Vian pun menuju tempat nongkrong nya dulu, ternyata Irwan sudah di sana bersama beberapa anak buah Vian.
“kerja kalian bagus sekali, sekarang kalian bisa bekerja dengan ku,” kata Irwan dengan tawa yang begitu keras.
“oh jadi selama ini kamu yang menusukku dari belakang, dan ini balasan mu padaku yang sering membantumu,” kata Vian.
“kau baru sadar, dasar bodoh, asal kau tau semua milik mu harus menjadi milikku, dan juga gadis yang aku cintai, istrimu,” kata Irwan.
“Sial*n kau pria tak tau malu, berani kau menyentuh Rini, aku akan membuatmu menyesal!” bentak Vian yang mencengkram kerah baju Irwan.
Semua anak buah Vian pun membantu Irwan dan mendorong Vian, “kita lihat saja nanti,” jawab Irwan meninggalkan Vian.
Vian pun tak menyangka semua bisa di lakukan oleh sahabatnya sendiri, apalagi Vian juga membantu Irwan sukses dengan pabrik tahunya.
Vian pun buru-buru kembali ke rumah dan benar saja, Rini sudah menyiapkan semuanya dan sudah bersiap pergi.
“kau mau kemana!” bentak Vian.
“aku ingin hidup bahagia, dan meninggalkan dirimu yang miskin, minggir,” kata Rini yang membawa tas besar itu.
“kau tak boleh pergi dengan bajing*n itu, ingat kita punya Aira,” kata Vian membujuk Rini.
“aku tak peduli, aku tak menginginkan putri mu itu, jadi sekarang biarkan aku pergi,” kata Rini yang menarik tas miliknya.
“Rini, aku mohon jangan pergi,” mohon Vian.
Rini bahkan tak menggubrisnya, Rini terus berjalan menuju mobil Irwan yang sudah menunggunya.
Vian pun kembali terpuruk melihat segalanya, dalam sehari dia kehilangan segalanya, Bu Ageng pun hanya bisa memeluk cucunya yang sedang tidur.
Bu Ageng tak menyangka jika kehidupan Vian bisa menjadi begitu buruk, Vian hanya bisa menangis karena hancur.
Bu Ageng pun menghampiri Vian, “nak kamu harus kuat, ingat kamu masih memiliki kami, dan sekarang buktikan kalau kamu bisa sukses,” kata Bu Ageng.
“Vian masuk ke dalam dulu ya Bu,” pamit Vian yang ingin sendiri.
Benar saja setelah seminggu surat panggilan dari pengadilan agama datang, Vian tak menyangka jika Rini bisa melakukan itu.
Vian pun mengikuti setiap sidang berharap Rini akan berubah pikiran demi putri mereka.
Tapi angan-angan tinggal keinginan, tenyata Rini tak ingin kembali padanya hanya karena alasan Vian bangkrut dan miskin.
Hati Vian makin teriris saat melihat Irwan yang terus bermesraan dengan Rini di depannya, bahkan mereka sudah menyiapkan pesta.
Itu yang membuat Vian bertekad menunjukkan jika dirinya bisa bangkit dan sukses kembali tanpa Rini di sisinya.
Vian bersumpah akan membuat Rini menyesal karena telah membuang dirinya, dan Vian bisa bangkit dari keadaannya.
“apa kamu baik-baik saja,” kata Bu Ageng mengejutkan Vian yang teringat masalalu nya.
“Vian bik Bu,” jawab Vian.
"lupakan masa lalu mu Vian, sekarang coba tata masa depan seorang juragan Vian," kata Bu Ageng dengan nada menggoda putranya.
"ibu," panggil Vian.
"ayah, kenapa Aila tak sekolah?" tanya Aira sudah melihat ke arah Vian.
"Aira mau sekolah, tapi siapa yang jaga nanti, terus eyang juga sendirian dong," kata Bu Ageng di buat sedih.
Vian hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah ibunya yang menggoda putri kecilnya.
"Aila ingin punya teman-teman, Aila gak mau sendili eyang," kata Aira membujuk Bu Ageng.
"tuh udah di kasih kode minta temen baru," kata Bu Ageng melirik Vian.
"ibu jangan mulai ya, tak mungkin ada wanita tulus di dunia ini," jawab Vian seraya masuk ke lantai dua bersama Aira.
"dasar buaya sakit hati, repot ini," kata Bu Ageng menghela nafas.
Dukung terus ya jangan lupa like, komen dan juga vote 🙏🙏😍 terima kasih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 247 Episodes
Comments
Andi Simpursiah
masih membaca karyamu thor
2022-03-01
0
Fhebrie
visualn=a kurang pas
2021-08-13
0
Diana Vj
lho itu km Roy Jordy
2021-07-12
0