Akira dan teman-teman nya baru saja selesai dengan pekerjaan mereka, mbok jah langsung memberikan upah sesuai dengan hasil bungkusan mereka.
Hari ini Akira dan Lani mendapatkan tiga puluh ribu, Dewi dan Uus mendapatkan dua puluh lima ribu.
Mereka sedang duduk di depan rumah mbok jah, sambil menikmati waktu sore, karena jika pulang sudah dipastikan Akira akan berurusan dengan sang kakak.
“Rek onok pasar malem, budal yok, lumayan pompong idek Iki (rek ada pasar malam, berangkat yuk, lumayan dekat ini),” ajak Dewi.
“budal o Dewe, aku arep turu ae nang omah (berangkat saja sendiri, aku ingin tidur di rumah),” jawab Lani.
“aku Yo ora iso, sesok arep dodolan muter-muter (aku juga gak bisa, besok harus jualan keliling),” jawab Akira.
“Ya sudah berangkat sama aku saja yuk, lumayan, aku juga lagi boring di rumah,” jawab Uus.
“Ya elah wong kampung aja bahasamu pakek boring barang yuk, yuk,” kata Dewi menoyor kepala Uus.
Mereka pun tertawa bersama, mbok jah ikut tertawa mendengar percakapan keempat gadis itu.
Mbok jah sebenarnya kasihan melihat Akira yang berjuang begitu keras dalam hidupnya.
Melihat kondisi keluarganya yang sebenarnya berkecukupan meski hanya buruh tani, tapi Kira tak ingin menyusahkan kedua orang tuanya.
“Cempluk sini dulu,” panggil mbok jah.
“iya mbok, ada apa?” tanya Akira sopan.
“Besok sebelum keliling ke sini ya, ambil kerupuk nanti kamu jualin terus kamu untung tigaratus rupiah mau gak?” tanya mbok jah.
“Mau mbok, besok pagi-pagi Kira kesini ya, kalau begitu cempluk pulang dulu ya mbok,” pamit Akira pulang bersama ketiga temannya.
Keempat gadis itu pun berjalan menyusuri jalan desa yang masih sepi, keempat nya pun menyapa para orang yang berlalu lalang.
Saat di depan pengilingan beras pak Agus memanggil Akira dengan cukup keras.
“Cempluk rinio nduk (cempluk kesini nak),” panggil pak Agus.
“ inggeh pak, rek aku Nang pak Agus disik Yo, awak mu Kabeh mulio disek Yo (iya pak, rek aku ke pak Agus dulu ya, kalian pulang dulu ya),” kata Akira.
“Oke, kami tinggal ya,” jawab ketiganya.
Akira menghampiri pak Agus yang ternyata menyerahkan bungkusan pada Kira.
“Apa itu pak?” tanya Akira.
“Ini adalah kluweh yang sudah tua, dan biasanya bijinya bisa di makan, sudah di bawa saja, pasti Mak mu juga tau,” jawab pak Agus.
“Oke pak, terima kasih ya atas kluweh ya, aku pulang dulu, dadah...” kata Akira sudah berlari dari pak Agus.
Pak Agus hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah Akira, pak Agus hanya kasihan melihat gadis baik seperti Ajira harus menjalani hidup seperti neraka.
Akira berlari secepat yang dia bisa, sesampainya di rumah dia langsung menuju ke dapur.
“Mak ini ada krupuk dan ini kluweh matang,” kata Akira.
“Ya sudah kamu taruh di situ ya peluk, sekarang kamu ambil biji kluweh terus cuci sampai bersih ya,” kata Mak Nur.
“Iya Mak,” jawab Akira.
Tak lama Adri baru pulang dan langsung menuju ke dapur, Adri pun membantu Akira memilih biji kluweh.
Setelah selesai mereka berdua pun memasaknya, “Adri sekarang kamu mandi dulu ya,” kata Akira.
“Iya mbak, oh ya tadi mbak dapat salam dari pak sekertaris desa tuh, mas Danang katanya salam cinta, terus kapan lamarannya di terima,” kata Adri yang pergi sambil tertawa.
“Adri dasar kamu ini,” kata Akira kesal.
“Emang Danang menyukaimu nak?” tanya Mak Nur.
“Aku tau diri Mak,aku bahkan tak pantas berdiri bersamanya,” jawab Akira.
“kau gadis baik bisa sadar diri, sekarang cari kakakmu Rizal, suruh pulang, bapak ada yang harus di bicarakan,” perintah pak Yono yang baru datang dari sawah pak Agus.
“Iya pak, Akira pergi dulu ya Mak, pak,” pamit Akira yang pergi membawa sepeda Adri.
Akira pun mencari kakaknya yang entah dimana itu, saat melewati kebun tebu Akira kaget karena melihat gerombolan yang biasa bersama sang kakak.
“Hai gadis manis, main sama abang yuk, pasti puas,” kata iwan dengan sempoyongan.
“Maaf tolong biarkan saya pergi, minggir,” kata Akira panik.
“Alah jangan sombong lah, mentang mentang bunga desa, kamu jual mahal, padahal gadis miskin saja,” kata Farid yang sudah mabuk.
“Akira kenapa kamu di sini?” tanya Rizal yang ternyata juga lewat sana.
“Bang, Akira tadi di suruh bapak mencarimu, tapi malah ketemu mereka,” jelas Akira yang langsung berlari ke arah Rizal.
“Zal, biarkan kami bersenang-senang bareng dia, aku bisa memberimu uang yang kau butuhkan, mengerti kan,” bujuk Farid.
Akira mengeleng pada Rizal, dan Rizal langsung melindungi sang adik yang ketakutan.
“Kau kira aku akan memberikan adik kesayangan ku pada bajingan seperti mu, kau mimpi,” kata Rizal begitu keras.
“Kalian berdua tangkap Rizal, biar aku bisa menikmati adiknya yang cantik itu,” perintah Iwan.
Farid dan Susno menangkap Rizal dan Iwan langsung meringkus Akira, Rizal bahkan di pukuli begitu kasar hingga tak berdaya.
Akira menangis ketakutan karena bajunya telah di robek oleh Iwan, Akira terus berontak dan menendang kem*lu*n Iwan agar bisa lepas.
Saat Iwan kesakitan Akira ingin berlari tapi sayang kini dia di peluk oleh Farid, Farid yang kesal langsung menampar Akira begitu keras.
Akira hanya bisa menangis meratapi nasibnya yang begitu buruk.
“Bang Rizal, tolong,” teriak Akira yang ketakutan.
“Farid lepaskan tangan mu dari adikku!” bentak Rizal yang mencoba berdiri.
Prak.. sebuah bambu besar di hantamkan oleh Susno dan berhasil membuat Rizal pingsan.
“Siapapun tolong aku!” teriak Akira.
Tak sengaja mobil Vian melewati jalan itu karena itu jalan tembusan, Vian kaget melihat Akira yang menangis di kelilingi oleh beberapa pria.
“Tolong aku,” teriak Akira sebelum Farid membekapnya dan menyeretnya masuk ke kebun tebu.
Melihat itu, Vian merasa marah apalagi dia juga melihat tubuh Rizal yang tergeletak di tanah.
Vian mengejar Farid yang membawa Akira, dan langsung menendangnya hingga terjungkal.
Akira hanya menangis dan berusaha menutupi tubuhnya yang hampir tel*njang.
Vian melepaskan kemejanya dan memberikan pada Akira, “pakailah,” kata Vian.
“Juragan awas!” teriak Akira melihat Iwan ingin memukul Vian.
Brak.. bambu itu patah dan hancur saat menghantam tubuh Vian, tapi Vian tetap berdiri tegap.
Vian menatap Iwan dan langsung menendangnya di bagian perut dengan keras.
Susno dan Farid ketakutan melihat tatapan tajam dari Vian, Akira sudah memakai baju kemeja Vian dan berlari melihat keadaan kakaknya.
“bang Rizal bangun, maafin Akira bang....” tangis Akira.
“Bantu aku bawa kakak mu naik mobil, kita bawa ke klinik dulu,” kata Vian.
Kini Akira memangku Rizal yang masih belum sadarkan diri, mobil Vian sampai di klinik dan langsung membopong Rizal di bantu oleh perawat di klinik itu.
Rizal sedang menerima penanganan untuk luka hantaman benda tumpul itu, sedang Akira juga di obati karena tubuh bagian atasnya luka-luka.
mohon dukungannya ya, maaf novel ini aku ganti alurnya, jangan lupa like, komen dan vote ya😍😍🙏🙏 terima kasih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 247 Episodes
Comments
Ukhty Nur Siahaan
Baru ini ad novel
dua duany
desa desa
biasany salah satu kota d satu lg desa desa
tokoh utama d kedua
2022-08-27
1
Boru Tanjung
cerita pedesaan Ina ya bagus lah biar gak cerita di kota aja😄😄
2021-07-16
0
Lovesekebon
Lanjutkan thor😉😊😊🥰
2021-05-02
0