Jadi Kita Akan Menikah?

Teriakan Gita berhenti saat hapenya kembali berdering. Dia segera mengangkatnya.

" Halo cantik, kamu darimana? Kok baru diangkat nak ? ", terdengar suara cemas dari nenek baik. " Halo nek, Gita tadi seharian di Rumah Sakit, Gita baik kok nek. Nenek sehat kan? Jangan lupa minum obat nek ", jawab Gita dengan tulus hatinya."

" Iya cucu nenek yang baik. Oh iya Git, sudah ketemu sama Gerald ? ", nenek bertanya penuh harap. " Belum nek, besok mungkin Gita akan coba menghubungi dia ya nek ", jawab Gita menenangkan nenek.

Semenjak persetujuan Gita, dia belum pernah berkomunikasi dengan Gerald. Begitupun dengan Gerald, dia tidak mencoba menghubungi Gita. Bukan tidak peduli, lebih tepatnya Gerald ingin kesan baik saat memperkanalkan diri pada calon istri yang memang sudah dipilih neneknya itu. Perkenalan yang baik itu adalah pertemuan secara langsung, itulah yang timbul dalam benaknya. Gerald tak pernah pacaran, tak pernah juga punya hubungan dekat dengan perempuan lain sebelumnya, jadi dia kurang paham dan kurang tertarik dengan chat chatan.

Sementara Gita, dia berpikir dia adalah perempuan yang seharusnya dihubungi bukan menghubungi duluan. Dia tak seberani itu, ditambah lagi dia tak berpengalaman dan tidak pro tentang dunia percintaaan.

Gita menutup telepon lalu kembali melihat pria itu. " Apaan nguping, dasar manusia pemilik sifat jahat terbanyak ", Gita kembali mengatai pria itu. Pria itu terdiam, dia tak biasa menghadapi perempuan apalagi yang jenisnya seperti Gita, gadis cerewet.

" Mau diantar kemana kamu ? ", pria itu tiba-tiba bertanya pada Gita yang sedang sibuk memegangi kepalanya. Jauh dalam lubuk hati, pria itu kasihan pada Gita yang nampaknya sedang kelelahan, terlihat wajahnya pucat tak bersemangat. Namun di lain sisi dia tidak peduli pada Gita, dia tak tahu dan tidak mengenal siapa Gita.

" Antar aku ke Jalan Wonogiri ", jawab Gita seadanya.

Tidak ada pembicaraan setelahnya, pria itu tiba-tiba berhenti di sebuah apotik. " Mau ngapain? Jangan aneh aneh ya, ini banyak orang jangan macam-macam kamu. Kosanku juga di Jalan Wonogiri, bukan disini. Daritadi kamu mondar-mandir gak jelas, ayo buat alasan apa lagi kamu ? ", Gita tak henti-hentinya meneriaki pria yang sedang berusaha membantunya itu.

" Apa kamu bisa diam? Kalau saya mau macam-macam saya pasti akan bawa kamu ke hutan, ", kecamnya. Gita terkejut mendengar jawaban pria itu. Matanya membulat, " Apa maksudmu? Hu...tan? ", kembali dia bertanya.

" Iya hutan biar sekalian aja kamu digigit sinta disana, lalu kamu akan diam tak bersuara " , dia mengerjai Gita. Gita semakin takut, kakinya gemetaran. Baru saja dia ingin memohon ampun pada pria itu, dia keburu pergi keluar dari mobil lalu masuk ke apotik.

Gita ingin keluar juga namun sayang pintu sudah dikunci semuanya, dia berpikir akan keluar dari pintu yang sama dengan pria itu tadi, alhasil remotnya sudah mengklik close the door. Pasrah, diapun menunggu pria itu, dalam hatinya dia bertanya-tanya sedang apa dia di balik klinik itu. " Apa dia sakit ya? Atau mungkin dia sedang membeli obat resep dokter Nindy tadi? Iya mungkin ya. Tapi kalau benar, keren bener Rumah Sakit itu memberi resep obat dengan amplop bagus seperti tadi ", Gita berbicara mengira-ngira sendiri.

Pikiran Gita buyar saat pria itu kembali memasuki mobil. " Ini obat untuk kamu, semoga lekas sembuh lekas waras kembali ", ucapnya seraya memberi plastik berisi obat pada Gita. Gita masih terpaku diam, bingung dengan apa yang ada di depannya, bingung dengan apa yang dilakukan pria itu. Pria itu begitu dingin, cuek dan tegas namun tiba-tiba peduli begitu. Gita berpikir aneh, dia takut obat yang di plastik itu adalah obat tidur, lalu pria itu akan mengerjainya. Dia merinding, membayangkan saja dia tidak berani.

" Kenapa diam? Jangan aneh lagi, coba cek obatnya. Itu resep untuk orang sakit kepala, pusing dan kelelahan. Kamu kerja di Rumah Sakit katamu tadi? Saya rasa kamu mengerti itu, seenggaknya kamu pernah melihatnya di Rumah Sakit. Walaupun sepertinya kamu hanya pembuat rusuh disana, kerja gak jelas setidaknya kamu masih punya mata yang busa melihat ", pria itu kembali melontarkan kata-kata yang seolah menjadi hinaan bagi Gita.

Gita tak terima dituduh begitu, tangannya langsung bergerak mencubit lengan pria yang sedang akan menyalakan kembali mobil itu. " Aw... Apa apaan kamu? Dikasih hati malah minta jantung. Gak tahu diri sekali kamu, sudah saya bantu ", dia menatap tajam ke arah Gita.

Gita pura-pura cuek dengan tatapan itu walau sebenarnya dia takut akan dibunuh di mobil itu mengingat hanya mereka berdualah yang ada disana.

" Terimakasih. Puas ? ", ucap Gita dengan lantang, dia memberi tajaman pedas.

" Dasar manusia aneh. Sekarang juga kamu saya antar, saya bisa stres bersama kamu ".

Gita mengira dirinya akan dibawa ke hutan, jantungnya berdegup sangat kencang. Dia memegang lengan pria itu lalu memohon-mohon padanya. " Aku mohon ampun, aku mohon jangan bawa aku ke hutan, aku masih ingin hidup, aku masih ingin membanggakan papa mama, masih ingin digendong kedua abangku, masih ingin dipeluk nenek baik, masih ingin dicium bunda cantikku, masih ingin sukses, masih ingin mengejar cit.... ", celotehannya tiba-tiba terpotong karna jari pria itu sudah keburu mendarat di bibir Gita.

" Apa kamu bisa diam? Kamu sudah bicara terlalu banyak. ", ucap pria itu sambil menarik jarinya yang tadi dia tempelkan menutup mulut Gita. Gita diam, tidak ada kata-kata yang keluar lagi dari mulutnya. Dia ingin diam, ingin selamat tepatnya. " Good, sekarang kita ke kosanmu ", pria itu memutar balik mobilnya.

Rasanya Gita ingin berbicara, seperti ada yang janggal dalam hatinya. Dia tidak mau pria itu mengantarnya sampai ke depan kos, hanya ke gang. Tapi apa daya dia sudah gemetaran, takut dibawa ke hutan, akhirnya dia tetap memilih diam.

Saat keadaan sedang hening, tiba-tiba ponsel pria itu berdering. Diapun segera membawa mobilnya ke pinggir jalan, lalu mengangkat telepon itu. Muncullah nenek baik di layar. Dia terbiasa melakukan video call dengan cucunya saat tengah malam begini, karna pada saat itulah Gerald mungkin tidak sibuk.

" Halo cucu nenek yang ganteng, dimana ini? Gerald makin ganteng ya ", ucap nenek dari sebrang. Gita tak percaya dengan apa yang didengarnya baru saja, dia refleks mengeluarkan suara. " HAH ", katanya.

Pria itu merasa terganggu, dia melihat ke arah Gita, layar hapenya ikut bergeser, menampilkan Gita disana.

" Cucu nenek... Gita aduh senangnya. Kalian sudah berjumpa ternyata? Nenek bahagia ", nenek teriak kegirangan, air matanya menetes, dia bahagia sekali.

Gita terkejut ternyata pria aneh yang sedang bersamanya adalah Gerald, calon suaminya.Gerald menunjukkan ekpresi menegangkan. Perasaannya nano-nano. Terkejut, tegang, bingung.

Mereka berdua tatap tatapan, lalu tidak sengaja serentak berkata "Jadi kita akan menikah? "

Terpopuler

Comments

Bunga Syakila

Bunga Syakila

😆😆😆😆

2021-07-07

0

Jafar

Jafar

mantap

2021-04-29

2

Rosenorchid

Rosenorchid

aku mampir, semangat

2021-04-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!