Di sebuah Rumah Sakit di kota Bandung, Gita memberikan segala berkas dan keperluannya untuk persiapan magang yang akan dimulai minggu depan. Dia begitu bersemangat, tidak sabaran menanti momen ini. Seharian dia disini, mulai dari pengenalan lab, peraturan magang dan apa aja yang akan dilakukan nanti. Lama sudah mengobrol dengan dokter Nindy yang akan menjadi pembimbing magangnya selama satu bulan ke depan, akhirnya Gita pamit untuk pulang ke kosan.
" Semangat ya Git, berikan yang terbaik. Oh iya, sekalian kamu keluar minta tolong bawakan ini ya, orangnya ada di ruang tunggu ", dokter Nindy memberikan sebuah amplop yang berisi surat hasil swab.
Gita berjalan menuju ruang tunggu, dia berpapasan dengan seorang suster. " Maaf Suster, apakah ada orang di ruang tunggu ? ", Gita bertanya penasaran, bagaimana tidak jam sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB, sebentar lagi akan larut malam. Ruang tunggu pasti sepi, keadaan pandemi kan sangat membatasi keluarga pasien berkunjung untuk menjenguk, ucapnya dalam hati.
" Oh iya ada, satu kan ? "
Gita mengangguk lalu mengucapkan terimakasih.
" Permisi, anda menunggu amplop ini kah? ", sapanya pada pria bermasker dan menggunakan topi itu.
" Terimakasih ", jawabnya cetus lalu mengambil amlop itu dari tangan Gita. Dia langsung beranjak, berjalan meninggalkan ruangan itu.
" Tidak sopan sama sekali, tidak tahu etika. Padahal kan aku udah lembut, apa sesusah ini melayani, help me Lord belum apa apa aku udah takut ", dia berbicara sendiri.
" Eh tapi kalau aku salah orang, mati aku itu pasti amplop penting. Hei tunggu ", dia berteriak mengejar pria itu.
" Hei? Tidakkah kamu mendengarku? Apa itu amplopmu? Aku ingin memastikan aku gak salah orang ", Gita berjalan di samping pria yang masih tidak menoleh itu.
Geram, Gita menggoyang lengan pria itu, " Hei? Kamu tuli? Hargai aku dong, aku ingin memastikan aman, aku kerja disini " lebih tepatnya magang, lanjutnya dalam hati.
Pria itu akhirnya berhenti saat Gita hendak mencegatnya dari depan. Alhasil mereka ambruk berdua dan jatuh ke lantai.
" Kalung G.A.B. ", Gita memandangi kalung yang dikenakan pria itu. Itu sama dengan kalungnya, persis tidak ada bedanya. Tangan Gita naik ke lehernya, meraba sesuatu disana. Tidak ada, kalungnya tidak ada. " Hei pencuri, kamu mau lari? Pantesan aja, lepas cepat. Itu kalungku, dan amplop ini bukan milikmu ", teriaknya pada pria yang sedang dia tindih saat ini.
Pria itu lalu bangkit tiba-tiba, Gita ambruk kembali ke lantai. " Aw, dasar penipu, pencuri, penganiaya ", Gita tetap meneriakinya.
" Kamu bilang kamu kerja disini? Wah, mantap. Baru tau saya seorang manusia yang malah memicu keributan di tempat seperti ini dengan suara kerasnya diterima untuk mengabdi disini, nyogok berapa kamu? Lagi, ini kalung saya sejak lahir, berhenti menuduh saya. Dan amplop ini, ini punya saya, hasil swab saya ", jawabnya dengan tegas sambil menunjukkan kalung dan amplop itu di tangannya.
Belum sempat Gita membalas perkataan pria itu, seorang suster menghampiri mereka berdua. " Git, ini punyamu ya? Mungkin kamu kelupaan ngambil Git ", ucapnya seraya memberi kalung itu pada Gita. Gita berdiri kembali dan mengingat sesuatu hal. Tadi sewaktu di lab mereka melepas semua yang termasuk perhiasan, dia lupa memake kembali saat akan keluar dari lab.
" Terimakasih Suster, iya ini punya Gita ", balasnya dengan nada tidak percaya. Dia bingung dengan apa yang dilihatnya saat ini, dua buah kalung yang sama persis. Suster itu lalu kembali ke ruangan, meninggakan sepasang manusia yang sedang bingung dengan keadaan ini. " Ah ini hanya kebetulan, iya kan ? ", Gita melempar pertanyaan pada pria berbadan tinggi di depannya itu.
Pria itu lalu bertanya kembali " Ini tidak penting seharusnya, namun saya sedikit penasaran dengan kepribadianmu yang aneh. Apa sedari tadi kamu sudah memandangi saya di ruang tunggu? Lalu kamu pergi keluar untuk menggadakan kalung yang sama dengan saya? Tidak menutup kemungkinan kan? Kamu pergi diam-diam saat jam kerja, sedari tadi kamu berteriak gak jelas yang pasti sudah mengganggu ketenangan pasien. Segitu besarnya niatmu ingin berkenalan dengan saya. Maaf, saya akan menikah, setidaknya kamu harus melupakan usaha kerasmu ini ", dia tetap memandang Gita dengan tajam.
Gita tidak memperdulikan tuduhan yang diucapkan pria itu, dia tetap penasaran dengan sepasang kalung kembar mereka. " Maaf, siapa yang memberi kalung ini padamu ? ", dia bertanya penuh harap pria aneh itu akan bersedia menjawab pertanyaan penting ini.
" Tidak penting bagiku, bukan urusanmu juga. ", pria itu lalu beranjak pergi, meninggalkan Gita yang masih geram dan tetap berdiri kebingungan di ruangan tunggu itu.
Gita kembali kesal dengan apa yang dia hadapi saat ini. Sudah sedari tadi dia memesan ojek online tapi tak kunjung diterima. Sebentar lagi akan menuju jam 12, wajar saja sudah banyak driver istirahat. Akhirnya dia memutuskan untuk berjalan kaki, jarak Rumah Sakit ke kosannya tidaklah jauh namun dia sudah kecapean jadi sempat memilih untuk naik ojek. Tapi apa daya, semesta seolah menyuruhnya kembali olahraga tengah malam begini.
Baru saja dia melangkahkan kakinya meninggalkan gedung Rumah Sakit itu, dia hampir tertabrak sebuah mobil mewah di depannya. " Bolehkah kamu lebih hati-hati ? ", ucap si pemilik mobil.
Gita berusaha melihat ke depannya, sampai pada akhirnya dia terjatuh ke trotoar depan parkiran itu. Pria itu langsung keluar dari mobil, menggendong Gita masuk ke dalam mobilnya. Sengaja dia tidak membawanya masuk kembali ke Rumah Sakit, dia takut semakin dituduh yang tidak tidak oleh gadis yang berteriak berteriak tadi padanya.
" Halo, apa kamu mati? Kamu pingsan ? Jawab saya ", pria itu menggoyang pipi Gita lalu menaruh tangannya ke bawah lubang hidung Gita. " Masih bernafas, aman ", ucapnya dalam hati. Gita belum juga bangun saat ponselnya berbunyi. Dia memang masih memegangnya seusai berusaha memesan ojek online tadi. NENEK BAIK , begitu nama kontak memanggil yang tertera di layar hapenya. " Apa itu neneknya? Apa saya harus mengangkat? Lalu bagaimana nanti kalau neneknya menanyakan siapa saya? Nanti saya malah dituduh lagi, arghhh gadis aneh, menyusahkan saja ", dia tetap bingung dengan kondisi ini.
" Huk huk huk ", Gita akhirnya sadar dan memegang kepalanya. Dia terkejut sekali melihat pria di sampingnya saat ini.
" Kamu lagi? Apa kamu mau menculik saya? Keluarkan saya keluarkan saya ", Gita berusaha membuka pintu mobil yang akhirnya kepalanya kejedot dan merasa pusing lagi.
" Bisakah kamu berhenti berteriak? Saya tidak ingin menculik kamu, saya hanya membantu. Tadi kamu pingsan setelah hampir saya tabrak " , jawab pria itu.
" Apa? Kamu hampir menabrakku Keluarkan aku sekarang juga " , Gita kembali berteriak.
Salah lagi salah lagi, ini hari ada apa, gerutu pria itu dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Jafar
lanjut
2021-04-29
2
Anindyta
👍🏻👍🏻👍🏻
2021-03-16
1
🎱ℳ𝒷𝒶𝓀 𝒩𝒶𝓎❀
Next Thor 😊
2021-03-14
0