Di sebuah rumah mewah, kawasan elit di kota. Inilah tempat bermain Gita sejak kecil, mengobrol asik dengan nenek baik sambil belajar tentang dunia kesehatan lalu mengusili seluruh petugas di rumah ini. Iya, dia sudah dianggap keluarga oleh semua yang ada disini.
Sejak kuliah di Bandung 3 tahun yang lalu membuatnya jarang ke tempat ini.
Medan-Bandung cukup jauh, biasanya dia akan pulang saat libur semester tiba, sama dengan saat ini.
Satu bulan sudah dia menghabiskan waktu berlibur di kota kelahirannya ini, itu berarti waktunya tidak banyak lagi disini, sebentar lagi dia harus kembali ke Bandung. Sebenarnya libur masih tersisa 1 bulan lagi, namun dia akan melaksanakan magang wajib dari fakultas.
" Semester berapa kamu sekarang, cantik? ", tanya nenek baik yang sedang bersantai di sofa dengan buah yang sudah dipotong Gita sedari tadi. Gita sedang asik mengotak-atik rak buku yang berisi tentang info kesehatan. " Semester 6 nek ", jawab Gita.
" Wah cucu nenek sudah besar, sebentar lagi koas ya? Jadi generasi penerus nenek ya ", lanjut nenek sembari tersenyum memandangi gadis mungil di depannya. " Hehe iya nek, gak terasa ya. Amin, doain nek, tar jadi dokter yang melayani setulus hati kayak nenek baik " jawab Gita seraya berjalan menghampiri nenek. Dia duduk di samping nenek, mengambil potongan buah yang ada di meja.
Seperti biasa mereka akan mengobrol tak mengenal waktu. Nenek bercerita tentang pengalamannya saat masih aktif melayani, ada banyak kisah lucu, entah tentang bayi yang lahir kembar 5, suami yang malah takut melihat istri sampai dengan pengalaman ngeri membantu persalinan yang menewaskan si ibu yang baru saja melahirkan.
" Lalu? Bagaimana cucu nenek yang cantik ini? Apa nanti akan menginginkan anak kembar juga? Mereka lucu lho Git, gemas membuat kita pengen mengggigit hahahaha ", goda nenek.
" Iya nek, Gita juga suka menonton video lucu bayi kembar gitu, apalagi kalau mereka lagi tidur, pipinya embul hihi. Amin nek, nanti Gita bawa mereka kesini, makanya nenek harus sehat sehat panjang umur, biar sempat ngeliat cicit yang menggemaskan ", seru Gita tertawa.
" Nenek sudah berumur 85 tahun Git. Ini bahkan sudah termasuk bonus hidup di dunia. Nenek juga ingin sekali menyusul kakekmu, kami pasti akan bahagia bersama di surga ", balas nenek seraya melihat foto yang dipajang di ruangan itu, kenangannya bersama suaminya yang meninggal 5 tahun yang lalu akibat pecah pembuluh darah kala itu.
Gita sangat sedih mendengar perkataan nenek baiknya itu. Air matanya menetes, dia memeluk nenek. " Nenek, jangan begitu. Nenek harus lihat Gita pakai jas putih, nenek harus bangga dulu lihat Gita. Gita pasti bisa nek, sedikit lagi, Gita pasti akan berjuang ".
" Hidup siapa yang tau Git, nenek sudah merasa sering kecapean, jantung nenek melemah setiap harinya. Prestasi dan kebaikan hatimu sejak kecil sudah lebih dari kata bangga untuk nenek. Nenek sangat bersyukur mengenal dan menghabiskan masa tua bersamamu. Gita mau buat nenek tertawa kah sekarang ? ", tanya nenek yang sedang memegang pergelangan tangan Gita yang sudah menempel sejak tadi.
Gita hanya mengangguk, masih menangis.
" Menikahlah dengan Gerald ", ucap nenek
" Apa nek? ", Gita terkejut. Seperti merasakan terik matahari di luar hanya sejengkal di atas kepalanya. Matanya membulat, tangannya dingin namun kepalanya seperti terbakar api yang sangat panas.
" Dia anak yang baik Git, dia satu-satunya cucu nenek. Nenek sangat menyayangi dia, sama dengan sayangnya nenek padamu. Nenek tak mungkin menjodohkanmu dengan orang jahat. Percayalah, nenek mau yang terbaik untuk kalian ", lanjut nenek memandangi wajah Gita yang masih kaget dengan apa yang didengarnya.
" Nek, Gita tak mengenalnya. Gita juga masih fokus kuliah nek, tahun depan Gita lulus. Gita akan koas nek, Gita harus berjuang untuk jas putih nek. ", balas Gita dengan wajah memohon pada nenek baiknya itu.
Iya, Gita sama sekali belum pernah berjumpa dengan Gerald. Walau satu kampus mereka beda jurusan dan tentunya beda gedung juga. Gita juga belum niat menikah, boro boro pacaran aja dia belum pernah. Permintaan nenek membuatnya hampir gila, namun dia harus membuat cara penolakan terbaik yang tidak akan menyakiti hati nenek tersayangnya itu.
" Liburnya sampai kapan? Nanti ketemu di Bandung ya. Ini permintaan terakhir nenek, nenek mohon jangan tolak ", pinta sang nenek.
" Akan kupikirkan nek, beri Gita waktu ", jawab Gita dengan senyum terpaksa.
Jauh dalam lubuk hatinya dia terluka dengan permintaan sang nenek. Dia masih 20 tahun, masih sangat muda untuk menikah. Lalu bagaimana kalau temannya tau dia menikah nanti, dia pasti dicap tidak layak menjadi mahasiswa terbaik di fakultasnya.
" Berapa lama, nak? ", tanya nenek lega. Dia seolah mendapat lampu hijau dari anak yang dia timang 20 tahun yang lalu itu.
Gita semakin takut gak karuan, dia bingung harus menjawab apa dan bagaimana.
" Seminggu nek ", Gita menutup mulutnya, entah jawaban apa yang dia keluarkan barusan.
" Itu terlalu lama, nenek gak mungkin sanggup menunggu waktu itu. Kamu juga akan segera kembali ke Bandung kan ", tutur nenek yang makin makin membuat Gita panik.
" 3 hari nek ", pasrah Gita.
" Besok ", balas nenek
" Plis nek, Gita harus berpikir ", jawab Gita kembali. Dia berusaha tetap tenang, takut mengecewakan nenek.
" Ah baiklah, nenek akan menonton film kesukaan nenek sambil menunggu jawaban baikmu. Terimakasih cantik, berkunjunglah besok. Orangtua Gerald akan terbang dari Kalimantan " nenek tersenyum membayangkan jawaban terbaik dari Gita.
" Besok nek? Secepat itu? "
" Mereka ingin melihat kondisi nenek sekalian memeriksa perkembangan usaha kakek yang ada di Tanjung Balai, nenek sudah tak kuat survey langsung kesana. Tapi.. Gerald tak ada. Dia ada kegiatan penting, maaf ya Git. Cucu nenek yang satu itu memang sangat aktif ", jelas nenek memasang ekspresi sedih.
" Ahhhhh ", spontan Gita bernafas lega yang malah salah diartikan oleh nenek.
" Tuh kan nenek makin sedih, jangan kesal ya Git, toh juga bentar lagi ketemu kan di Bandung? Sabar ya, semua indah pada waktunya, okke cantik? "
Yah nenek salah paham, aku merasa hati nenek sensitif akhir-akhir ini ucap Gita dalam hatinya.
Di kamar pribadinya, Gita termenung dengan buku kosong di depannya. Sejak kembalinya dia dari rumah nenek sore tadi, dia mengurung diri di kamar. Dia mau marah tak tahu harus ke siapa, dia ingin berteriak tapi tak ada ruang yang siap menampungnya.
Alhasil, akhirnya dia memilih mencoret-coret buku yang ada di depannya, sesekali dia menusuk lipatan kertas itu dengan pena pegangannya. Sampai terdengar sebuah suara yang tak lain orang mengetok pintunya.
" Gita, sedang apa nak? Boleh mama masuk? " waktu yang pas seru gitu dalam hati. Dia ingin menanyakan ibunya perihal ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Jafar
Ok lanjut
2021-04-29
2
Nikodemus Yudho Sulistyo
baca dan like sampai bab 2 dulu nih.
salam dari PENDEKAR TOPENG SERIBU dan ANGKARAMURKA
2021-04-22
0
Dayat eMJe
hadir Thor ..
semangat nulisnya thor ..
2021-04-08
2