Kantin yang penuh sesak, aku hampir saja mati kehabisan oksigen di antara lautan manusia yang kelaparan. Syukurnya aku berhasil membeli makanan pilihanku dan keluar dari kerumunan itu. Untungnya aku memiliki tubuh yang pendek jadi dengan mudah aku menyelinap melewati mereka, inilah kelebihan memiliki tubuh pendek dan kecil, dan aku bangga dengan tubuh ini.
"Hampir saja aku jadi ayam geprek," kataku pelan sambil menghembuskan napas kecil.
"Untung badanmu kecil ya Chloe, kalau tidak kau bisa mati kehabisan oksigen di sana,"
"diamlah system, aku sedang fokus mencari tempat duduk nih," balasku sengit.
"Huuu~...padahal memang kenyataannya tubuhmu kecil,"
Aku mengacuhkan perkataan System dan memfokuskan Netraku untuk mencari tempat duduk kosong agar aku bisa makan. Walau tanpa kacamata sebenarnya mata Chloe bisa melihat dengan baik bahkan sangat jelas, mungkin dia hanya ingin menjadi gadis culun sebelum aku berada di tubuhnya.
Netra biruku tak sengaja menangkap sosok gadis yang tidak asing di penglihatanku, rambut berwarna coklat panjang sepunggung dengan Netra berwarna caramel. Tidak salah lagi itu pasti Alice Brisken, sang pemeran Protagonis Wanita. Dia makan sendirian di salah satu meja, ekspresi wajahnya terlihat sedih dan hampa. Apa dia sedang kesepian?
"Hei, system,"
"Ada apa Chloe?"
"Aku melihat Alice sedang makan sendirian di salah satu meja, kurasa dia sedih karna tidak ada teman disekelilingnya. Boleh aku berteman dengannya? Atau dilarang oleh program untuk tidak mendekati sang Protagonis?"
"Tentu saja, kau boleh berteman dengannya. Program tidak melarang kau untuk berteman dengan Alice kok. Mungkin kau juga mau berteman dengan Evelyn?"
"Ogah, Mana mau aku berteman dengan orang yang sudah menjadikan pemilik tubuh ini korban karena ambisinya untuk membunuh Alice,"
"Hehehe...yah mungkin saja kan,"
"No, aku gak mau,"
Selesai dengan obrolan itu aku menghampiri Alice yang sedang duduk Sendiri, Aku berdiri berdekatan dengannya saat sampai disana.
"Permisi, maaf mengganggu. Apa aku boleh duduk disini?" Tanyaku berusaha tidak terlihat mencurigakan dimatanya.
Alice menoleh padaku, mata caramelnya menatapku sebentar. Ekspresi sedihnya tadi berganti dengan ekspresi bahagia lalu perlahan dia menunjukkan senyum manisnya. "Boleh, silakan duduk. Masih banyak tempat yang kosong disini,"
Aku tersenyum gembira. Tidak kusangka suara sang pemeran Protagonis selembut ini, dia benar-benar cocok menjadi karakter Protagonis yang baik hati dan lembut. Alice bahkan sangat cantik dari dekat lebih dari perkiraanku. Tidak heran ke-5 pemeran utama pria bisa jatuh cinta padanya.
"Terima kasih," sahutku ceria, aku segera meletakkan nampanku di meja dan duduk berhadapan dengannya.
"Sama-sama," Alice masih menunjukkan wajah bahagianya, sebahagia itukah dia mendapatkan teman duduk?.
Aku mulai mengambil Sandwich ku, memakannya dengan perlahan. Aku tidak ingin buru-buru karna masih ada waktu, Sejak tadi kurasakan Alice terus memperhatikanku, padahal aku sudah berusaha menghindari kontak mata dengannya.
"Ada yang salah dengan wajahku?" pada akhirnya aku menatapnya, merasa tidak nyaman karna diperhatikan terus-menerus.
Kulihat Alice tersentak wajahnya merona tipis, mungkin merasa malu karena aku memergokinya sedang memperhatikanku.
"Ah, ti-tidak hanya saja....Ini pertama kalinya ada siswi yang mau duduk bersamaku. Biasanya mereka akan menghindariku dimana pun aku berada," Sesaat kulihat Netra Caramelnya meredup seakan kehilangan cahayanya.
Sudah kuduga, pasti dia benar-benar kesepian. Makanya saat aku makan tadi dia terus memperhatikanku.
"Pertama kali? Apa tidak ada yang mau berteman denganmu?" tanyaku pura-pura tidak tahu, sejujurnya aku sudah tahu kalau Alice tidak memiliki teman dari biodata nya di HP ku.
"Tidak ada satu pun, aku juga tidak tahu letak kesalahanku pada mereka. Yang kutahu mereka tiba-tiba saja menjauhiku bahkan tidak segan membullyku," dari nadanya terdengar sedih.
Yang aku herannya adalah dia langsung menceritakan tentang dirinya sendiri padaku yang notabenya baru bertemu beberapa menit yang lalu. Padahal jelas-jelas dia tidak mengenalku tapi langsung menceritakan tentang dirinya begitu saja. Sepertinya Alice tipe orang yang mudah tertipu, pantas saja di biodatanya orang-orang yang berteman dengannya hanya ingin memanfaatkan kekayaannya saja. Dari ceritanya saja aku sudah bisa menebak dia tipe orang yang seperti apa.
"Ah, begitu ya. Aku turut prihatin dengan keadaanmu. Kurasa mereka yang menjauhi serta membully mu hanya karna iri," Sahutku mencoba tenang menghadapi ceritanya, sesekali aku memakan sandwich ku.
"Iri? Iri kenapa? Padahal aku sudah berusaha menjadi pribadi yang baik kok agar bisa berteman dengan mereka," katanya dengan raut wajah cemas dan sedih.
"Hm...," Kutatap Alice baik-baik, yah aku tak ingin menyinggungnya sebenarnya. "Mungkin karna kecantikanmu yang membuat mereka iri,"
Tanpa pikir panjang aku mengatakannya secara frontal, aku mengatakan yang sejujurnya sesuai biodata Alice. Selama ada fakta dan kenyataan aku akan mengatakan hal yang jujur.
"Eh, kecantikanku? Apa benar begitu?" raut wajah Alice berubah kaget.
"Yah, aku mengatakannya sesuai pandangan objektifku," Kuhabiskan sisa sandwich ku dan meminum jus apelku sebagai langkah terakhir.
"Begitu ya, apa aku harus menjadi jelek dulu baru mereka mau berteman denganku?" ekspresi Alice berubah murung.
Ups...Ah sepertinya aku mengatakan hal yang salah, aku malah membuat Alice semakin sedih. Sepertinya aku berbicara terlalu frontal dan tanpa pikir panjang, hampir saja aku ingin menepuk keningku.
"Nah hayo lho, Alice makin sedih gara-gara kamu tuh Chloe,"
Disaat aku panik begini, System malah memanas-manasi emosiku. Tentu saja itu membuatku kesal.
"Shut up system! kau sama sekali tidak membantuku. Lebih baik kau diam saja," sahutku balik dalam hati.
"Hihihi, padahal aku cuma pengen ikutan ngobrol. Mungkin Alice bisa mendengarkan suaraku,"
"diam! Kau tidak ada wujudnya itu mana mungkin bisa ikutan ngobrol,"
"Iihh...Chloe kejam ah,"
Kuacuhkan suara system yang hanya aku bisa mendengarnya. Aku lebih memfokuskan diriku kini pada Alice.
"Bukan begitu maksudku, kau tidak perlu merubah dirimu menjadi jelek. Terima dirimu saja apa adanya, nanti pasti akan ada yang mau berteman denganmu kok. Tidak perlu teman banyak, satu saja sudah cukup yang penting bisa berteman dalam suka maupun duka," Kataku mencoba menghibur Alice yang sedang murung.
Oh, aku jadi merasa bersalah dengan perkataanku barusan.
Sedetik kulihat Ekspresi Alice awalnya terkejut dengan perkataanku tadi tapi kemudian senyum manisnya kembali terbit.
"Perkataanmu ada benarnya juga, terima kasih sudah menghiburku. Oh ya, kita belum sempat berkenalan tadi. Namaku Alice Brisken,"
"Aku Chloe Amberly, panggil saja Chloe. Sama-sama,"
"Senang berkenalan denganmu Chloe. Ah...mungkin kita bisa jadi teman, ta-tapi kalau Chloe tidak keberatan kalau kita berteman," Perkataan Alice yang gugup disertai dengan rona tipis di pipinya sejenak membuatku diam.
Aku tidak menyangka dia menawarkan sebuah pertemanan lebih dulu, kupikir harus aku duluan yang mengajaknya. Karna tadinya aku ingin berteman dengannya. Apakah aku sudah sedikit demi sedikit mengubah takdir Chloe Amberly dalam game ini? Kuharap begitu, karna aku tidak ingin mati kedua kalinya meski saat ini raga asliku sedang mengalami koma.
"Tentu saja, aku tidak keberatan berteman denganmu Alice," sahutku dengan senyum ceria, setidaknya biarlah aku menjadi cahaya nya yang membantu sang Protagonis keluar dari rasa kesepian dan kegelapan yang menyelimutinya ini.
Alice benar-benar tersenyum lebar, mata caramelnya berbinar senang meski aku sempat melihat matanya berair seperti ingin menangis sekilas. Dia tampaknya begitu bahagia.
Tanpa sadar Alice menggenggam kedua tanganku erat masih dengan wajah bahagianya. "Terima kasih sudah mau menjadi teman pertamaku, aku senang bertemu orang yang baik seperti Chloe,"
Melihatnya bahagia membuatku tersenyum balik, Aku tahu dia berusaha terlihat tegar tanpa teman dan menerima semua pembullyan yang mereka lakukan padanya, tapi disisi lain aku juga merasakan Alice sebenarnya gadis yang rapuh. Gadis yang bagaimana pun ingin dilindungi juga seperti gadis seumurannya, dan aku disini membantu Alice keluar dari rasa kesepiannya sekaligus mengubah takdir Chloe Amberly dari kematiannya.
Chloe POV END
Selagi Chloe dan Alice mengobrol tanpa disadari Chloe ternyata HP nya menerima pesan masuk, berisi sebuah penghargaan atas apa yang dilakukan Chloe sendiri.
TING!
Pesan itu berisi sebuah title dan sebuah penghargaan yang mungkin akan membuat Chloe terkejut nantinya.
TITLE:
"Pertemanan Alice dan Chloe"
PENGHARGAAN:
"Trophy Teman pertama Alice"
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Memet
Aku pikir novel nya novel dark karena ada kata pembunuhan dan psikopat di sinopsisnya... Soalnya aku lagi buat novel dark, jadi aku butuh bahan referensi
2021-05-25
0
shmlia_20
cerita nya beda dari yang laen. seru
2021-05-14
0
𝓓𝓲𝓼𝓼𝓪𝓪𝓪_𝓭𝔀𝓼
Bsa gtu ya berteman trs dpt penghargaan? Gue ga pernah dpt tuh mungkin cmn dpt mslh🙂
2021-04-29
12