PLAKAT

Setelah merapihkan rumah, dan Ethan beristirahat. Clarissa pergi ke loteng atas, tangan Clarissa gemetar melihat potret keluarganya saat itu, senyum cerah menghiasi wajah-wajah di foto itu. Bahkan meski Ethan dengan kursi rodanya namun itu tidak merenggut senyuman tampan dari wajahnya.

"Ibu dan anak, benar-benar harus di hukum," ujar Clarissa dalam hati.

Sementara itu Ethan yang mendengar bahwa ada yang menggali harta karunnya dan mencurinya segera saja menemui Dean.

"Kenapa kau tidak menyelidikinya?" tanya Ethan.

"Apa kau sudah kekurangan uang?" tanya Ethan.

"Tentu saja tidak," jawab Dean.

"Maka dari itu lupakanlah," Jawab Dean lagi.

"Apakah kau ingat, plakat yang kubuat khusus untuk keluarga kita?" untuk kau, ibu dan juga ayah," tanya Ethan.

Dean tentu saja mengingatnya, sampai saat ini pun dia masih menyimpannya.

"Lalu?" tanya Dean.

"Aku tidak pernah berkesempatan memberikan itu untuk ayah dan ibu kita, lalu aku pun menguburkanya di sebelah pemakaman orang tua kita," jelas Ethan.

Dean, mendongak kepada Ethan. Melihat ada sorot mata kesedihan yang menghiasi mata adik kesayangannya itu maka Dean berjanji akan menyelidikinya.

"Tenanglah, aku akan menemukan plakat itu," janji Dean.

Ethan tahu betul bagaimana perangai kakaknya ini, jika dia tidak menghendaki maka itu tidak akan pernah dilakukan, jika dia menghendaki maka dia pasti akan melakukannya. Jadi Ethan pun merasa tenang dan percaya kepada janji Dean.

Sementara itu, Clarissa dan Lucas nampak tenang menjalani hidup dengan Lucas. Sudah sepekan ini mereka hidup dalam tenang. Clarissa seperti biasa pergi ke kampusnya, lalu bekerja paruh waktu. Sementara Lucas menunggu di rumah, dan terkadang memasak makan malam.

Clarissa mengirimkan pesan kepada Lucas jika hari ini dia akan pulang tengah malam karena ada pekerjaan yang harus dilakukan di acara pelelangan amal.

Malam ini Dean akan menghadiri acara pelelangan amal. Ethan juga akan datang menemani Dean. Tuan pertama dan Tuan kedua Efrat hadir, sudah tentu suasana menjadi gaduh oleh bisik-bisik para wanita yang menghadiri pejamuan amal tersebut.

Sebelum acara dimulai, ethan yang lebih fleksibel ketimbang Dean banyak di kerumuni oleh wanita-wanita muda, termasuk Sarah. Meski merasa muak dengan para wanita ini namun, Ethan masih menjaga etikanya.

Sekilas Ethan melihat Siluet Clarissa, Lalu mulai melepaskan diri dari kerumunan wanita yang sedang mengerubunginya bagai lalat, dan memilih mengejar Clarissa.

Di koridor menuju dapur, Ethan melihat Clarissa sedang melap bersih botol-botol anggur. Ethan melangkah mendekat ke arah Clarissa.

"Bukankah kau berjanji tidak akan muncul di depanku?" tanya Ethan.

"Ah ya Tuhan, ini mengapa dia ada di sini," pikir Clarissa.

"Eheeem ......," dehem Clarissa menstabilkan kegugupanya.

"Tuan Efrat!" panggil Clarissa.

"Tidak kau lihat, ini tempat apa?" tanya Clarissa seraya menunjuk ke salah satu pintu masuk.

"Dapur!" tegas Clarissa.

"Jadi ini siapa yang sedang mencari siapa?" tanya Clarissa seraya bersedekap.

Ethan : "............"

Clarissa pun mendorong troli yang berisi anggur-anggur tersebut, melewati Ethan begitu saja dengan santainya. Harga diri Ethan serasa dihantam bertubi-tubi, diabaikan oleh seorang pelayan. Sungguh ini adalah sejarah langka yang pertama kali terjadi di Keluarga Efrat dari generasi ke generasi.

"Tuan .......," ucap Clarissa bergetar ketika Ethan menarik lengannya dan mendorongnya ke dinding.

Ethan memegangi Dagu Clarissa, dan memandangi wajah Clarissa dengan tatapan tidak percaya.

"Tuan, lepaskan aku!" ucap Clarissa.

Dean yang baru saja dari toilet melihat Ethan sedang mengkungkung seorang gadis, Dean pergi mendekati Etthan.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Dean kepada Ethan.

Mendengar suara Dean, dengan refleks cepat Ethan melepaskan Clarissa dari kungkungan tubuhnya.

Wajah Clarisaa memucat menatap Dean yang tengah berdiri di hadapannya ini. Kilasan-kilasan kekejaman Dean di kehidupan Clarissa yang dulu, seakan-akan melompat-lompat di kepalanya, membuat sesak susah bernafas. Dean menatapi Clarissa dengan tatapan bingung.