PERDEBATAN

Dean mendekati clarissa, tanpa menjawab, lalu menarik lengan Clarissa dan melemparnya keluar dari kamarnya.

"Brengsek!" hujat Clarissa kepada Dean.

Clarissa segera bangkit berdiri dan mencari Elazar, Clarissa melihat Elazar di koridor dan mengejarnya.

"Dimana Lucas?" tanya Clarissa.

"Selama Nyonya tidak berulah, maka Tuan Lucas akan baik-baik saja," jawab Elazar.

"Pria ini setali tiga uang dengan Tuannya," pikir Clarissa.

"Apakah aku bisa melihatnya!" pinta Clarissa dengan tatapan penuh harap.

Elazar merasa tergugah dengan tatapan Clarissa pada akhirnya membawa Clarissa melihat Lucas. Melihat Lucas sedang terduduk di ranjangnya, Clarissa segera saja menciumi tangan Lucas dan memeluknya.

Elazar melihat gerak-gerik Clarissa yang seperti ini, sedikit tidak percaya jika Clarissa bisa mencelakai Ethan, adik kesayangan Tuannya.

"Ingatlah, aku akan selalu ada untukmu," ucap Clarissa.

"Dengar tidak?" Clarissa menegaskannya lagi.

"Apakah karena aku, kau bersedia menjadi tahanan pria itu?" tanya Lucas.

"Tidak, tidak jangan pernah berpikir seperti itu," ucap Clarissa.

"Aku adalah istrinya, jadi memang seharusnya aku berada di sisinya bukan?" jelas Clarissa.

"Nyonya!" panggil Elazar, mengingatkan jika waktu bertemu dengan Lucas sudah habis.

"kau beristirahatlah dengan baik, esok aku akan menemuimu lagi?" janji Clarissa.

Lucas menatap kepergian Clarissa dengan hati pedih, Lucas memahami jika kakaknya ini selalu berkorban untuknya sedari mereka kecil.

"Sekarang, saatnya aku berkorban untukmu," ucap Lucas dalam hati.

"Kau harus bisa bebas pergi," pikir Lucas.

keesokan paginya, Clarissa menunggu Dean di depan pintu. Clarissa ingin memohon lagi agar bisa bertemu dengan Lucas. Melihat Dean datang, segera saja Clarissa menghampirinya.

"Ijinkan aku untuk bertemu dengan Lucas Ya!" pinta Clarissa.

"Tidak!" jawab Dean dingin.

"Bukankah aku sudah menurutimu, patuh menjadi tawananmu," ucap Clarissa.

Dean tetap bersikap dingin, dan langsung saja masuk ke mobilnya. Clarissa berlari mengejar mobil Dean, seraya mengetuk-ngetuk kaca jendela mobil Dean.

"Aku Mohon!" pinta Clarissa setengah menangis.

"Lebih cepat!"perintah Dean yang merasa supirnya memperlambat laju mobil karena Clarissa.

Semakin cepat mobil melaju, Clarissa juga semakin cepat berlari untuk mengejarnya. Namun kekuatannya berbeda dengan kecepatan mesin mobil Dean, Clarissa pun terjatuh di tanah.

"Lucas, Lucas!" panggil Clarissa sambil menangis.

"Maafkan aku Lucas, maafkan aku," lirih Clarissa lagi yang merasa bersalah karena tidak bisa memenuhi janjinya untuk menemui Lucas lagi.

Clarissa tidak bisa tenang, dia pun berjalan menuju arah tempat Lucas. Namun di hadang oleh pengawal Dean.

"Aku mohon! ijinkan aku masuk dan menemui adikku!" pinta Clarissa.

Namun setali tiga uang dengan Tuannya, para pengawal ini begitu tidak berperasaan. Mereka hanya diam berdiri disana tanpa merespon permintaan Clarissa.

"Ah kalian ini benar-benar ........!" ucap Clarissa dengan nada marah seraya mengacak-ngacak rambutnya.

Merasa sia-sia, Clarissa pun membalikan badannya untuk kembali ke kamarnya. Baru saja beberapa langkah pergi dari sana, Clarissa mendengar ribut-ribut di belakangnya dan menoleh. Clarissa melihat pelayan dan pengawal tergopoh-gopoh masuk kedalam kamar Lucas.