HIMAWARI
“Mba Shara, apa ada yang salah sama hati Abang?”
“Maksud Bang Ale apa?”
“Abang…” Ale menahan kalimatnya cukup lama. Ia ragu sekaligus malu untuk mengatakan yang sebenarnya, tentang sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya selama hampir 6 bulan belakangan ini ia rasakan.
Alfatta Farzan atau yang biasa akrab dipanggil Ale, murid Shara waktu Ale masih duduk di bangku SMA semester akhir. Hampir 10 tahun bertetanggaan, bahkan pernah ngobrol bersama, tapi baik Shara maupun Ale tak pernah saling menyadari kalau 6mereka satu rukun tetangga.
Dan sekarang, murid yang pernah ia ajari di sebuah lembaga kursus itu sedang terlihat bimbang, bingung dan ragu.
“Abang Ale” Shara mencoba memanggil namanya kembali dengan lembut.
Perempuan berusia 31 tahun itu mulai mengetahui karakter muridnya itu. Sekalipun sudah bukan menjadi muridnya, melainkan menjadi private teacher matematika untuk putri sulungnya sekarang, Ale sudah Shara anggap seperti putranya sendiri.
“Mba, Abang…”
Berat. Benar-benar berat untuk Ale mengatakannya. Tapi, menahannya sendiri ia pun merasa tak sanggup.
Shara terus memandangi dengan hangat anak laki-laki yang tak lama lagi berusia 20 tahun itu. Ia menunggu dengan sabar kalimat y66ang akan keluar dari mulutnya.
“Mba,” Ale mengangkat wajahnya. Matanya menatap sayu wajah Shara didepannya. Lalu
“Abang suka sama Ran.”
Pengakuan Ale yang tiba-tiba, langsung membuat tubuh Shara seketika seperti membeku. Apa yang ia dengar barusan seperti hanya intermezo yang sedang Ale buat dalam obrolan serius mereka. Tapi
“Abang suka sama Ran.”
Ale mengulangi pengakuannya kembali.
“Aneh ya mba?” Tanya Ale, memelas.
Shara kaget, sekaget-kagetnya.
Shara diam.
Shara bingung harus merespon apa dari pengakuan Ale, tentang perasaannya pada putri sulungnya. Karena ia masih diambang antara percaya dan tidak.
I think I am dreaming.
Ya. Shara merasa seperti sedang bermimpi.
“Ngga normal kan Abang punya perasaan ini?”
Ale kembali mempertanyakan keanehan pada dirinya. Ia semakin merasa sedih karena Shara tak langsung merespon pengakuannya.
Raut wajah Shara jelas bisa dilihat oleh Ale kalo Shara sangatlah kaget.
“Emangnya Abang suka sama Ran, suka sebagai apa?” Tanya Shara, lembut.
“Sebagai…cewek. Kayak Abang suka sama cewek seumuran Abang.”
Penjelasan kaku Ale itu cukup dimengerti oleh Shara. Kalau perasaan suka Ale pada Ran adalah perasaan suka seperti laki-laki pada seorang perempuan.
“Abang juga ngga tau kenapa bisa punya perasaan ini, bisa suka sama anak kecil. Sebenarnya Abang malu banget
ngomongnya ke mba. Tapi, Abang juga ngga bisa pendam sendiri.”
Dari raut wajah Ale, Shara bisa melihat dengan jelas kebingungan Ale pada perasaan yang sedang ia rasakan sekarang.
“Abang, Mama udah tau tentang perasaan Abang ini?”
“Belum mba. Abang takut Mama kecewa kalo Mama sampe tau tentang perasaan Abang ini.”
“Ya, kalo gitu mba ngga akan kasih tau ke Mama. Biar Abang aja yang kasih tau sendiri ke Mama.”
“Terima kasih ya mba.”
Shara mengangguk dengan senyum menenangkan.
“Bang Ale, tapi maaf ya, mba cuma mau pastiin aja tentang perasaan Abang ke Ran. Apa Abang benar-benar yakin kalo Abang suka sama Ran, seperti Abang suka sama teman-teman cewek Abang selama ini? Atau…hanya suka karena apa?”
“Awalnya Abang juga ngga yakin sama perasaan Abang ini mba. Tapi…beberapa bulan terakhir ini, setiap kali Abang dekat Ran jantung Abang berdebar. Rasanya tuh kayak Abang lagi jatuh cinta sama cewek.”
Oke. Shara tidak perlu penjelasan lebih lagi tentang perasaan Ale ke Ran. Baginya, kalimat itu sudah sangat cukup mewakili dari semua perasaan yang sedang Ale rasakan pada putrinya.
“Abang…ngga normal ya mba?” Tanya Ale, khawatir.
Dengan cepat Shara langsung merespon pertanyaan Ale kali ini dengan senyuman.
Menyedihkan memang berada diposisi Ale saat ini. Mencintai seorang perempuan yang masih berusia 9 tahun, sementara Ale sudah berada di usia yang mulai beranjak dewasa.
Ale, si cowok playboy atau bahkan bisa dibilang fuckboy, bisa mencintai Ran, seorang gadis kecil yang masih polos dan sama sekali belum mengerti tentang arti cinta yang Ale rasakan padanya. Namun meskipun begitu, Shara percaya pada Ale kalau Ale tetaplah seorang anak laki-laki yang baik.
“Abang Ale, kalo Abang berpikir kalo Abang ngga normal karena suka sama anak kecil, itu salah. Karena menurut mba, perasaan Abang ke Ran itu hadir karena anugerah dari Allah. Tapi, Abang juga ngga boleh berharap banyak sama Ran, karena Ran masih terlalu kecil untuk mengerti tentang perasaan Abang ke dia.”
“Ya mba, Abang tau itu. Abang juga ngga akan berharap apapun dari balasan cinta Ran ke Abang untuk saat ini. Tapi sengganya Abang udah lega, karena udah ngungkapin perasaan Abang ini. Mba ngga marah sama Abang?”
“Sama sekali ngga. Mba justru berterima kasih karena Abang Ale udah menyukai Ran.”
Ale tersenyum lega mendengarnya. Rasa ketakutan yang ia pikirkan selama ini ternyata jauh dari perkiraannya. Shara sangat memahami dirinya dari dulu, selalu bisa mengerti dan memaklumi keadaannya. Bahkan dalam hal perasaan sekalipun.
“Mba, besok Abang udah harus balik lagi ke Jogja untuk kuliah. Jadi, kalo mba ngga keberatan Abang mau minta tolong mba jagain Ran buat Abang.”
Melihat cara bicara Ale yang terlihat serius dan tulus pada putrinya membuat Shara terharu. Ia pun tak bisa untuk tak mengatakan
“Iya. Mba jagain Ran buat Abang Ale.”
Ale semakin lega mendengarnya.
Sementara Ran yang sedang duduk di meja makan, tak jauh dari sofa tempat Shara dan Ale mengobrol, ia hanya diam mendengarkan sambil terus menggambar karakter anime kesukaannya.
Meskipun Ran masih berusia 9 tahun, tapi pengakuan Ale itu membuatnya sedikit mengerti. Hanya saja bukan cinta yang ia mengerti, melainkan hanya rasa suka yang ia tahu. Ran hanya tahu kalau Ale menyukainya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
IrohAlkafi
mampir kak..
9 tahun???
baru kelas 3 SD yah...
waahh.. baru umur segitu udh ada yang mantengin, buat emaknya aja dulu kali, perjaka dapat jamu...😁😍🤗
2021-05-18
2