Albern menghela nafas dalam, berusaha menetralkan perasaan yang berkecamuk di dalam dirinya. Ada sesuatu yang ingin dia sampaikan pada Lily, namun dia tak tahu kata-kata seperti apa yang tepat untuk dia ucapkan. Sebuah perasaan yang teramat dalam telah begitu lama dia pendam, yang dia sendiri tak tahu bagaimana cara menjabarkannya.
Lily masih melihat kearah Albern dengan wajah penuh tanda tanya. Tapi meski begitu, tampaknya gadis itu menahan diri dan memilih untuk tidak bertanya. Dia mungkin merasa sedikit takut setelah melihat kemarahan Albern tadi.
"Sudah hampir waktunya makan siang. Kamu mau makan?" Tanya Albern tiba-tiba.
"Eh?" Lily kembali melihat kearah Albern dengan setengah tak percaya. Dipandanginya wajah Albern dengan seksama, seolah tak yakin jika kata-kata barusan memang diucapkan oleh lelaki itu.
"Makan di restoran seafood, bagaimana?" tanya Albern lagi.
Lagi-lagi Lily terlihat surprise. Ada angin apakah gerangan sampai Albern tiba-tiba mengajaknya pergi makan, ke tempat makan kesukaannya pula.
"Kak Al ... bukankah biasanya sibuk?" tanya Lily kemudian dengan agak hati-hati. Jika itu biasanya, Lily mungkin sudah meledek dan menggoda Albern saat lelaki ini mengajaknya makan secara mendadak seperti ini. Tapi saat ini situasinya agak berbeda. Albern baru saja hampir menghajar seseorang, jadi Lily tidak berani meledeknya.
"Aku sedang tidak sibuk," jawab Albern.
Andai Albern tahu jika saat ini Dhani sedang menerima telpon dari sekretaris Albern untuk mengingatkannya tentang jadwal meeting Albern dengan para klien.
Lily tampak memandang Albern dengan tatapan yang masih tak terlalu percaya.
"Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu." Ujar Albern lagi.
"Membicarakan sesuatu?" Lily mengulang kata-kata Albern.
"Iya."
"Apa?" Lily terlihat penasaran.
Albern terdiam sejenak.
"Nanti saja membahasnya, setelah kita makan." Jawabnya kemudian.
"Oh, oke." Lily akhirnya memilih untuk mengangguk setuju meski banyak pertanyaan yang sangat ingin dia lontarkan.
Kedua orang itu akhirnya sama-sama terdiam dengan pikiran mereka masing-masing. Jika Lily bertanya-tanya kenapa mendadak Albern bersikap tak seperti biasanya, Albern justru berpikir keras mencari kata-kata yang tepat untuk mengutarakan perasaannya pada Lily.
Sekilas Albern melirik Lily yang tampak sedang menatap lurus ke depan. Sekali lagi Albern menghela nafasnya. Entah kalimat apa yang mesti dia ucapkan nanti. Rasanya dia masih tidak siap mengungkapkan perasaan yang telah dipendamnya selama ini. Tapi dia juga tidak mau Lily sampai menjadi milik orang lain jika dia tak kunjung mengungkapkan perasaannya.
Albern sendiri bahkan tidak ingat lagi kapan tepatnya dia mulai memendam perasaan itu. Yang jelas, sejak dia mengerti tentang perasaan cinta terhadap lawan jenis, nama Lily sudah terukir didalam hatinya. Dan meski bertahun-tahun telah berlalu, nama itu tetap tak bisa terhapus dari hati Albern. Hanya Lily saja yang Albern inginkan, bukan perempuan lain.
Setelah menempuh perjalanan beberapa menit, mereka akhirnya berhenti di sebuah restoran seafood.
Albern mengajak Lily masuk dan duduk disalah satu meja. Kemudian dia juga memesan beberapa jenis makanan, dan semuanya adalah masakan kesukaan Lily.
Dengan hati yang semakin diliputi dengan tanda tanya, Lily menyantap makanan yang tersedia di hadapannya. Dia berusaha mengabaikan fakta jika sejak beberapa menit yang lalu ada kelas yang harus dia hadiri. Momen langka ini terlalu berharga untuk dilewatkan, hingga Lily memilih untuk sesekali membolos di salah satu mata kuliahnya.
Mereka makan tanpa berbicara. Albern makan dengan tenang dan elegan, kebiasaan yang selalu dilakukannya sejak kecil. Dan setelah mereka telah selesai makan, barulah Albern terlihat sedang mengatur kata untuk memulai pembicaraan.
"Lily, apa kamu menyukai pemuda yang menyatakan perasaannya padamu tadi?" Tanya Albern setelah terdiam sejak lama.
"Hah?" Lily terlihat agak terkejut mendengar pertanyaan itu.
"Pemuda tadi, seandainya saja Papamu tidak melarangmu untuk berpacaran, akankah kamu menerimanya jadi pacarmu?" Tanya Albern lagi.
Lily tampak menatap Albern dengan sedikit menautkan kedua alisnya. Ada yang tak biasa dari Albern hari ini. Lelaki ini bersikap sedikit aneh.
"Memangnya kenapa Kak Al bertanya seperti itu?" Lily balik bertanya.
"Jawab saja." Pinta Albern tanpa menjawab pertanyaan Lily.
Lily terdiam sesaat. Melihat raut wajah Albern yang tampak begitu serius, ia tergelitik untuk sedikit menjahili lelaki itu.
"Seandainya saja Papa tidak melarangku berpacaran, tentu saja aku harus menerima Rama. Dia cukup manis." Jawab Lily santai.
Sontak Albern membeliakkan matanya mendengar jawaban Lily itu.
"Dan sepertinya bukan cuma Rama, aku juga akan menerima pemuda yang menyatakan cinta padaku sebelumnya. Siapa ya namanya...Jeremy atau Jerry...?" Lily terlihat mengingat-ingat.
"Ah, iya, Jerry. Dia juga terlihat manis. Sayang sekali aku harus menolak dia." Ujar Lily lagi dengan gamblangnya.
Albern tampak tertegun dengan wajah yang sedikit panik.
"Kamu ... sungguh berpikir seperti itu?" Tanya Albern dengan suara tercekat.
"Tentu saja, Kak Al. Sayang sekali gadis secantik dan seimut aku tersia-siakan dan harus menjadi seorang jomblo abadi. Harusnya kan aku ini punya pacar minimal tiga." Ujar Lily lagi dengan santainya.
Albern yang sedang menyesap minumannya hampir saja tersedak. Dia terkejut mendengar kata-kata Lily tadi hingga Lily harus berjuang setengah mati agar tidak tertawa.
"Mana boleh seperti itu, Lily." Sergah Albern dengan nada serius.
"Kenapa? Pacar itu tidak apa-apa banyak, Kak Al, asalkan yang jadi suami nanti tetap satu. Kita kan perlu membanding beberapa yang baik untuk memilih yang terbaik." Ujar Lily lagi dengan wajah tanpa dosa. Sebenarnya dia tidak serius mengatakan itu, hanya sedang berseloroh saja.
Albern tampak terperangah dengan agak menahan nafasnya.
"Tentu saja tidak seperti itu. Gadis yang punya banyak pacar akan dipandang buruk oleh orang-orang." Albern berusaha untuk tetap berbicara dengan tenang. "Akan jauh lebih baik jika langsung menikah saja, tidak perlu berpacaran."
"Tidak masalah. Kebetulan aku tipe orang yang tidak terlalu peduli dengan pandangan orang lain. Yang penting aku merasa nyaman saat menjalaninya."
Albern tampak membuang pandangannya kearah lain sambil sedikit mengeratkan genggamannya pada gelas yang ia pegang.
"Tapi ngomong-ngomong, kenapa Kak Al bertanya tentang hal pribadi seperti ini? Bukankah selama ini Kakak tidak suka membicarakan sesuatu yang bersifat pivasi?" Tanya Lily kemudian. Wajahnya terlihat lebih serius daripada sebelumnya.
Albern menoleh kearah Lily, lalu menatap gadis itu dengan tatapan yang seakan ingin menenggelamkan.
"Lily..." Panggil Albern kemudian dengan nada yang tak pernah Lily dengar sebelumnya.
Lily terkesiap. Tatapan mata Albern tiba-tiba membuatnya sekujur tubuhnya kehilangan daya. Lily seperti kehilangan semua kata-katanya hingga tak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Dia membeku dengan mulut yang terkatup rapat.
"Mulai sekarang jangan pernah berpikir untuk berpacaran dengan siapapun lagi. Kamu tidak boleh memiliki satu pacarpun, apalagi tiga." Ujar Albern dengan tegas dan tak ingin dibantah.
Lily masih diam dan tak tahu harus merespon seperti apa. Tiba-tiba mata Lily melebar saat tangan Albern terulur menyentuh pipinya lembut.
"Jangan pernah memimpikan lelaki lain, Lily. Kamu tidak diizinkan melakukan itu. Jika ada lelaki didalam hatimu, orangnya itu harus aku. Kamu tidak boleh membiarkan lelaki lain masuk kedalam hatimu selain aku."
Lily semakin membeku dengan mata yang semakin melebar. Kata-kata ajaib apakah yang sedang Albern ucapkan padanya saat ini, Lily benar-benar tidak memahaminya. Tapi kemudian Lily terkesiap dengan mata membulat sempurna.
Yang Albern katakan tadi, apakah itu sebuah pernyataan cinta?
Bersambung...
Tetep like, komen dan vote
Happy reading❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
LENY
LILY JGN SOK JUAL MAHAL KAMU KAN SDH LAMA SUKA SAMA ALBERN SAMPE MOTA DUKUNGAN ZIVANNA😊
2025-02-12
0
Sandisalbiah
si tuan kaku plus dingin dingin empuk ini emang beda dlm hal menyampaikan perasaannya...
2024-06-03
0
Erica Smith
Udah baca ngulang² aja masih baper,, aa pengen pindah ke bulaan 🤣🤣
2022-01-23
0