Lily menahan diri setengah mati untuk tidak tertawa. Ekspresi wajah Zivanna terlihat sangat tidak bagus, tapi sangat lucu di mata Lily. Nona Muda Brylee itu tampak syok mendengar Lily ingin menjadi kakak iparnya.
"Aku tidak sedang membuat prank, Kak Zi. Aku benar-benar menyukai Kak Al dan tidak ingin menikah dengan lelaki selain Kak Al." Ujar Lily kemudian dengan raut wajah yang terlihat serius.
Zivanna tampak tertegun dengan raut wajah yang tak dapat dilukiskan. Gadis itu kemudian memghembuskan nafas panjang, seolah ada sesuatu yang benar-benar membebaninya.
"Darrel, pegang kening Lily!" Pinta Zivanna kemudian.
Darrel menuruti kata-kata Zivanna. Dirabanya kening Lily dengan tangannya.
"Panas?" Tanya Zivanna.
Darrel menggeleng.
"Tidak." Jawab Darrel singkat.
Zivanna kembali menghela nafas panjang.
"Kalau tidak panas, kenapa omongannya ngelantur seperti orang sakit?" Zivanna bergumam bingung.
Lily terlihat memutar bola matanya malas.
"Kak Zi, pada akhirnya Kak Zi harus menerima kenyataan jika hirarki kita nanti akan berubah. Cepat atau lambat, Kak Zi akan memanggilku dengan sebutan kakak ipar." Ujar Lily lagi dengan penuh percaya diri. Semakin terdengar menyebalkan di telinga Zivanna.
Zivanna terperangah dibuatnya. Bahkan Darrel yang biasanya tidak terlalu memgambil pusing setiap perkataan Lily, kini terlihat menyimak dengan serius.
"Lily, apa baru-baru ini kamu pergi ke tempat keramat atau ke tempat-tempat angker?" Tanya Zivanna lagi.
"Tentu saja tidak. Memangnya kenapa?"
Zivanna menatap lekat wajah Lily.
"Sepertinya sekarang kamu sedang kerasukan arwah gentayangan." Ujarnya serius.
"Kak Zi, please...untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku benar-benar serius akan sesuatu." Gumam Lily akhirnya dengan wajah yang lebih serius.
Secara bersamaan, Zivanna dan Darrel tertegun. Mereka tidak percaya bisa mendengar kata-kata seserius itu dari mulut Lily, gadis yang selalu jahil dan tidak pernah terlihat serius.
"Aku punya perasaan pada Kak Al sejak lama, bahkan aku sendiri tidak ingat kapan persisnya itu. Dulu aku merasa masih terlalu kecil untuk mengejar Kak Al, jadi aku menunjukkan perasaaanku dengan membuatnya terlihat seolah sedang bercanda. Tapi, Kak Zi, sekarang aku sudah dewasa, aku sudah layak untuk dipandang sebagai seorang perempuan. Jadi mulai sekarang aku memutuskan untuk mulai perjuanganku mendapatkan cinta Kak Al."
Zivanna dan Darrel masih terperangah tanpa tahu harus mengatakan apa.
"Dan untuk itu, aku sangat membutuhkan bantuan Kak Zi, calon adik iparku..." Setelah terlihat serius selama beberapa saat, Lily kembali terlihat seperti orang yang sedang bermain-main.
"Hei, siapa yang calon adik iparmu?" Zivanna mendelik tak terima.
"Mana mungkin aku punya kakak ipar sepertimu. Gadis nakal yang waktu kecil suka memanjat pohon pohon mangga orang dan mencuri buahnya." Tambah Zivanna lagi.
"Memangnya kenapa? Lagipula yang mengumpulkan buahnya di bawah pohon kan Kak Zi. Lalu yang makan buahnya paling banyak juga Kak Zi." Kilah Lily.
"Bukankah tidak ada yang lebih cocok menjadi pasangan Kak Al selain aku? Iya, kan, Darrel?" Lily tiba-tiba melibatkan Darrel yang sedari tadi hanya menjadi pendengar saja.
"Tidak Juga. Di pesta pengangkatan Tuan Muda Albern tempo hari, aku lihat ada banyak perempuan tampak cocok dengan Tuan Muda ." Jawab Darrel dengan santai.
Lily mendelik.
"Bagaimana bisa kamu bilang perempuan-perempuan itu cocok dengan Kak Al? Bahkan anak kecil saja bisa melihat jika mereka hanya memandang posisi Kak Al saja. Tidak ada yang benar-benar menyukai Kak Al karena pribadinya. Mereka semua benar-benar tidak pantas." Ujar Lily tak terima.
Zivanna tertegun, lalu menghela nafasnya.
"Lily benar..." Gumam Zivanna kemudian dengan nada lirih. Meski agak malas mengakuinya, Zivanna tahu benar jika yang dikatakan Lily tadi adalah sebuah kenyataan. Selama ini setiap perempuan yang mendekati Albern, mereka hanya tertarik pada apa yang Albern miliki saja. Tidak ada yang benar-benar tulus pada Kakaknya itu.
Sebenarnya Zivanna sudah menyadari sejak lama jika Lily menaruh hati pada Albern. Hanya saja, selama ini Zivanna mengira jika perasaan Lily hanyalah cinta monyet yang didasari oleh rasa kagum saja. Tak pernah terpikirkan di benak Zivanna jika Lily bahkan ingin menikah dengan Albern.
Tampaknya perasaan Lily jauh lebih serius dari yang Zivanna bayangkan.
"Percayalah Kak Zi, Kakak tidak akan menemukan calon istri untuk Kak Al yang lebih ideal daripada aku. Ada banyak hal yang mendukung. Pertama, kedua orang tua kita teman baik. Bahkan Grandmaku dan Grandma Kak Zi juga teman baik. Kedua, aku sudah mengenal Kak Al sejak kecil. Setiap hal tentang Kak al sudah aku hafal di luar kepala. Aku akan sangat memahami Kak Al luar dalam, jadi pasti bisa mengurus Kak Al dengan baik. Dan selanjutnya, aku adalah satu-satunya gadis yang membuat Kak Al nyaman. Bukankah Kakak tahu, selama ini Kak Al tidak pernah betah berinteraksi dengan seorang perempuan lebih dari lima menit, terutama perempuan yang berniat mendekatinya."
"Itu karena Tuan Muda tidak memandangmu sebagai seorang perempuan, tapi sebagai seorang anak kecil." Darrel menanggapi dengan santai.
"Sembarangan." Sergah Lily tak terima.
"Sepertinya yang dikatakan Darrel benar, Lily. Tampaknya Kak Al hanya menganggapmu sebagai adik kecilnya saja, sama seperti dia melihatku. Bagaimana pun dia sudah mengenalmu sejak kamu masih bayi, makanya dia nyaman denganmu." Zivanna menimpali.
Lily terdiam selama beberapa saat, seolah sedang berpikir. Jika ada yang mengira gadis itu langsung menyerah mendengar kata-kata Darrel dan Zivanna barusan, itu salah besar. Lily bukanlah tipe orang pesimis dan mudah menyerah. Alih-alih berputus asa, dia justru lebih memikirkan cara untuk membuat perasaannya jadi terbalaskan.
"Itu tidak masalah. Walaupun sekarang Kak Al hanya menganggapku sebagai adik kecilnya, aku yakin setelah ini Kak Al akan mulai melihatku sebagai seorang perempuan. Aku akan membuat Kak Al jatuh cinta padaku, asalkan Kak Zi mau memberikan dukungan." Ujar Lily akhirnya.
Zivanna melihat kearah Lily, lalu kembali menghela nafasnya.
"Jika memang Kak Al nanti benar-benar jatuh cinta padamu, tentu saja aku tidak akan menentangnya. Tapi kan itu tergantung dari usahamu sendiri." Ujar Zivanna.
Lily tersenyum. Tampak jelas jika ada maksud terselubung dari senyumannya itu.
"Tapi dalam proses membuat Kak Al jatuh cinta, tentu aku akan membutuhkan beberapa bantuan dari Kak Zi." Ujarnya merayu.
Sekali lagi Zivanna membuang nafas kasar. Lily selalu saja berhasil membuatnya tak berdaya.
"Sekarang biar aku juga yang bertanya padamu, jika suatu hari Kak Al kehilangan segalanya dan tak punya apa-apa lagi..."
"Maka dia masih punya aku." Lily menyela sebelum Zivanna menyelesaikan kata-katanya.
"Tidak peduli Kak Al dalan keadaan apapun, aku pasti akan terus berada di sisinya. Bahkan saat semua orang memilih meninggalkannya, aku akan jadi satu-satunya orang yang bertahan." Tambah Lily lagi dengan wajah serius.
Zivanna kembali tertegun selama beberapa saat.
"Dasar lebay, kenapa juga semua orang akan meninggalkan Kak Al? Memangnya dia tidak punya keluarga apa?" Gerutunya kemudian.
"Tapi baiklah, aku akan membantu jika itu tidak terlalu merepotkan. Tapi awas kalau kamu sampai mengerjaiku." Tambah Zivanna dengan agak sebal.
Lily tersenyum senang. Tampaknya negosiasinya berhasil. Selanjutnya tinggal membentuk aliansi dengan pihak lain juga, agar bisa mendapatkan semakin banyak dukungan. Dia ingin lihat, apakah Albern bisa lari darinya setelah ini.
Bersambung...
Jangan lupa like, komen dan vote
Happy reading❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Mimi Ilham
liat anak pinter.. pinter
2023-08-13
0
Momy Haikal
semangat Lilly
2021-08-27
1
suhawati Wati
nah gitu dong,ly. semangat optimis
2021-08-05
0