Sisi Lain

Suasana di bar ini membuat perasaanku agak was-was mengingat aku hanyalah bocah berumur tiga belas tahun, tak lama bibi pemilik penginapan menghampiriku dan menanyakan pesanan yang akan dipilih.

"Nak, apakah sudah memutuskan makanan yang akan kau pilih?" Tanya bibi dengan tangan memegang pensil yang menunggu setiap perkataan yang akan keluar dari mulutku.

Hm...

"Kalau begitu aku pesan satu buah sup, salmon asap, steak sapi. Dan untuk minumannya sendiri segelas air putih dan susu." Ucapku menunjuk setiap pesanan di daftar menu.

"Satu buah sup, salmon asap, steak sapi, dan minumnya air putih dan susu. Baiklah aku akan menyiapkannya segera." Ulangnya sambil berjalan menuju dapur.

Menuggu pesanan, kulihat para petualang lain sedang menggosipkan kemunculan dungeon yang akhir-akhir ini muncul di sekitar desa Egon.

Lokasi desa Egon sendiri terletak disebelah barat ibukota kerajaan Avalon, sebagian dari penduduknya bekerja di ladang pertanian dan peternakan mereka.

Dan tak sedikit dari pemuda disana memilih merantau ke ibukota, sebagai ada yang memilih menjadi pedagang dan ada pula yang menjadi petualangan.

Terlihat bibi pemilik penginapan keluar dari dapur dan menyiapkan makanan yang terlihat tersusun rapih di atas meja.

Aku kemudian melepas topeng bagian bawah saja untuk menghindari seseorang mengenali wajahku, aku menyatap yang telah terhidang, sembari menikmati setiap gigitan dari setiap makanan ini, aku terus mendengar seluruh percakapan mereka.

Diantar perbincangan mereka ada satu hal yang membuatku tertarik, hal tersebut ialah mengenai tentang rumor yang mengatakan bahwa dibagian terdalam dungeon tersebut.

Terdapat sebuah senjata legendaris pemusnah massal yang tersembunyi didalam dungeon, dan mengenai tingkat kesulitannya sendiri dungeon tersebut memiliki tingkat yang terbilang cukup tinggi yaitu tingkat 'S'.

Belum lagi jenis monster disana memiliki level yang terbilang cukup tinggi, dan juga menurut rumor dari sejumlah petualang senjata legendaris tersebut dijaga oleh makhluk dunia bawah.

Tak terasa makanku sudah habis tak tersisa.

"BI, aku sudah selesai." Panggilku sambil melambaikan tanganku.

"Kulihat kau menyukainya, jadi apakah kau ingin tambah?" Ucapnya.

"Tak usah bi, aku sudah kenyang dengan makanan ini, jadi berapa harga makanan ini." Mengambil kantung uang dipanggang.

" Untuk ini semua 8 koin Tembaga." Sambil membereskan mangkuk di meja.

"Baik ini bi 8 koin Tembaga." Memberi koin tersebut.

"Terimakasih." Ucapnya.

Aku hanya mengangguk dan berjalan menuju kamarku.

Di kamar aku memikirkan tentang kesenjangan sosial yang terbilang cukup mencolok selama aku tinggal disini.

Mulai dari para gelandang mereka terdiri dari ras Beastman Demon yang notabenenya adalah budak yang dibuang begitu saja oleh pemilik mereka, yang kulihat mereka berkumpul disalah satu lorong di kota ini tadi sore, disana mereka hanya bisa menungguku uluran tangan belas kasih yang peduli pada mereka.

Kalau kalian tanya kenapa aku tak menolong mereka karena bila aku melakukannya itu tak akan ada habisnya, dan untuk menangani itu akan lebih baik memberikan pekerjaan pada mereka yang dimana akan meningkatkan taraf hidup mereka.

Aku mulai memikirkan sebaiknya memulai dari mana, mengingat semua pemikiran ku dari dunia lama tempat ku tinggal akan cukup berguna bila menerapkan konsep tersebut di dunia ini, dan akan ku mulai dengan hal yang paling sederhana.

Di dunia ini piring hanya dimiliki kaum kalangan atas seperti pedagang dan kaum bangsawan serta pemuka agama, dan harganya juga terbilang cukup mahal dan juga untuk barang yang terbuat dari kaca juga memiliki harga yang selangit, jadi para kaum jelata hanya mampu menggunakan mangkuk kayu dan termasuk juga sendok maupun garpu.

Jadi untuk permulaan aku akan membuka toko kecil pembuatan kaca, karena teknologi di dunia ini cukup terbelakang dan hanya sedikit pengrajin kaca di dunia ini.

Mau tak mau aku harus melakukannya sendiri dan menggunakan teknik kuno dari dunia lamaku.

Aku berbaring di tempat tidurku yang berisi tumpukan jerami dan kain, namun ini cukup nyaman untukku.

Hm~

"Tuan, apa yang menggangu di pikiran anda?" Tanya Weth.

"Hum, Sebenarnya aku memikirkan tentang para budak yang di buang oleh pemilik mereka dan juga kurasa kau melihatnya sendiri bukan sore ini." Dengan lengan ditaruh di atas mata, menutup sejenak pemikiran tentang petualangan dan fokus terhadap masalah baru.

"Pemandangan seperti itu memang sudah biasa disini, dan aku sebagai ras Demon meskipun hanya sebuah skeleton namun aku juga ikut merasakan kepedihan yang mereka alami." Ucapnya.

"Aku juga memikirkan hal yang sama sepertimu, jadi bagai mana pendapatmu bila aku membantu mereka?" Tanyaku.

"Itu semua tergantung keputusan anda sendiri, saya hanyalah seorang pelayan dan akan selalu menerima keputusan yang anda buat." Jawabnya.

"Ayolah, itu tak cukup untuk sebuah jawaban, yang kubutuhkan adalah pendapatmu sebagai seorang Weth bukan sebagai pelayan yang harus selalu mengutamakan kepentingan tuannya." Ucapku.

"Baiklah kalau begitu, Jauh di benakku aku sangat bersyukur karena anda memikirkan kami yang seorang demon dengan perhatian yang besar tanpa memandang status anda sebagai manusia, dan untuk pemikiran anda tentang membantu mereka menurutku hal itu akan membuat mereka bersyukur bisa terlepas dari belenggu perbudakan yang mereka alami sampai sekarang, dan saya mohon anda bisa membantu mereka." Ucapnya sambil bersujud padaku.

"Kau tak perlu memohon seperti itu, karena ini juga keinginan ku sendiri jadi akan ku usahakan membantu mereka." Ucapku.

"Terimakasih tuanku." Ucapnya.

Terlintas di benakku tentang awal mula ini semua bisa terjadi, dan menanyakan pada Weth.

"Weth, biasakan kau ceritakan kembali mengenai asal mula perbudakan Demon di dunia ini." Ucapku.

"Baik tuan," Ucapnya.

Weth menjelaskan bahwa ini semua terjadi sekitar 12 tahun sebelum pecahnya perang antara ras Manusia dan ras Demon.

Pada mulanya semua berjalan dengan baik, semua ras disini saling menghormati sesama, dan saat itu ras Demon dan Manusia masih saling menghargai, namun itu semua berubah sejak Raja iblis mengalami jatuh sakit.

Dan saat itu raja iblis memiliki seorang putri bernama Marta, saat mengetahui kondisi kerajaan iblis mulai melemah yang di akibatkan oleh Raja iblis yang mengalami penyakit kutukan yang entah dari mana bisa menyerangnya, itu membuat setiap kekuatan ras Demon melemah, sebab kekuatan ras Demon sendiri terletak pada pemimpin mereka yang dimana pemimpin mereka akan membagi kekuatan yang dimilikinya pada rakyatnya.

Hal tersebut kemudian dimanfaatkan oleh para ras Manusia yang meminta bantuan dewa, dengan cara pertama mereka menyebarkan rumor mengenai pembantaian yang dilakukan ras Demon disalah satu daerah kekuasaan ras Manusia.

Yang sebenarnya para manusia yang haus kekuasaan tersebut membantai rakyat mereka sendiri yang selama ini membangkang dan tak mau membayar pajak yang tinggi yang telah ditetapkan oleh kerajaan.

Dan upaya mereka pun berhasil membujuk para dewa, dan mereka diberikan seorang pemimpin dengan kakuatan yang hampir setara dengan ras dewa, benar itu adalah pahlawan dan pahlawan tersebut memiliki nama Ansel.

*Bersambung*

Terpopuler

Comments

blumer

blumer

lanjutta

2021-05-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!