Gangguan saat bepergian

Biasanya aku akan merasakan suasana sejuk dan nyaman di pagi hari, namun pagi ini rasanya agak berbeda.

Nafasku terasa sesak dan badanku tak bisa digerakkan, dengan mata yang sayu akibat masih mengantuk perlahan kubuka mataku dan mendapati dada Yuki menekan wajahku.

"Hah, kenapa dia membuatku menjadi guling, Yuki bangun!!, menyingkir aku tak bisa bergerak!" Teriakku mencoba melepas tangannya yang begitu erat.

"Hm, master kau terlalu agresif kalau kau begitu aku bisa rusak." ucapnya melantur.

"Nih Dewi pikirannya udah gak beres, oh kurasa aku bisa menggunakan itu." Ucapku dengan tanganku mencoba menjangkau teko yang berisi air di atas meja.

Setelah perjuangan yang begitu sulit akhirnya aku berhasil menjangkau teko tersebut, tanpa ragu kusiram wajahnya agar cepat bangun.

"Uhuk, dari mana asal air ini kenapa bisa ada disini." Ucapnya sambil tersedak air.

"Hah, akhirnya lepas juga." Ucapku lega.

"Aduh, kenapa master menyiramku dengan air!" Ucapnya agak sedikit marah.

"Ini salahmu sendiri melewati batas yang kubuat semalam, dan menjadikanku guling." Jelasku.

"Huh, bajuku jadi basah semua." Ucapnya kesal.

Tak sengaja aku melihat tembus akibat terkena air.

"Hehe, apa jangan-jangan master tertarik dengan sesuatu seperti ini." Ucapnya sambil menyodorkan dadanya.

"Hah, kau ini bicara apa, sudahlah aku mau pergi menemui ayah dulu." Ucapku sambil mengetuk kepalanya dengan teko yang kupegang, dan beranjak dari kasur.

"Huh, master jahat." Ucap Yuki cemberut sambil memegang kepalanya.

Tanpa menghiraukannya aku segera bergegas menemui ayah, karena semalam ia ingin membicarakan hal yang penting.

Terlihat di ruang kerja Ayah telah menungguku dan juga sudah terdapat Mama yang telah duduk di sofa.

"Ayah semalam kau mengatakan ingin berbicara hari ini apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan?" tanyaku.

"Sebetulnya aku memanggilmu kesini prihal mengenai kerajaan kita yang akan bekerja sama dengan ras manusia dalam urusan ekonomi antara dua kerajaan, oleh karena itu kita akan melakukan kunjungan ke kerajaan Avalon." Jelasnya.

Muncul di benak ku sebuah buku yang telah aku baca. Aku teringat pernah membaca tentang sebidang tanah yang dibangun oleh seorang pahlawan kuno dengan tujuan satu-satunya untuk menampung para manusia pada era kekacauan di masa lampau.

Disana juga merupakan tempat dari Akademi Penyihir paling bergengsi, banyak di sekeliling Arena pertarungan dibangun di sekitar akademi untuk mengetes calon murid yang bertalenta,baik Kota dan akademi dinamai menurut nama pemimpin akademi –Azuhr.

"Baiklah yah, aku akan ikut bersama kalian, lagipula aku sendiri belum pernah mengunjungi kerajaan tersebut." Ucapku.

"Anak pintar, sebaiknya kau lekas mandi karena kita akan pergi siang nanti." Ucap Mama dengan senyuman yang hangat.

"Baiklah, Ma, Ayah aku permisi dulu." Sambil meninggalkan ruangan.

Sementara aku sedang memikirkan apa yang akan kulakukan saat sampai di sana, tapi sudahlah.

Bagaimanapun!

Perjalanan ini akan lama. Saat-saat seperti inilah aku berharap transportasi modern ada.

Tapi Mama mengatakan padaku bahwa kita akan menaiki sebuah kereta terbang, wow aku jadi tidak sabar dengan hal itu.

Sementara Mama dan ayah sedang menyuruh para pelayan mengurus pengepakan semua kebutuhan.

Aku memanggil Yuki untuk segera berkemas dan ikut pergi dengan kami nanti.

Menjelang pertengahan siang, kami siap untuk berangkat.

Setelah semua siap kami berdua menaiki kereta kuda yang berbeda dengan ayah dan ibu, karena pasti ruangannya akan terasa sempit.

Karena kereta yang dinaiki ayah dan ibu berada di barisan paling depan aku bisa bebas semauku.

Aku melompat ke gerbong paling belakang dengan bantuan sedikit mana yang memperkuat kakiku. Akhir-akhir ini, aku terbiasa menggunakan mana untuk memperkuat tubuhku.

Aku belum sepenuhnya menguji apa yang ku mampu, karena takut orang tuaku mengetahui kekuatan yang kumiliki.

Kami sempat berhenti di salah satu kota yang kami lewati, untuk mengistirahatkan pegasus dan sekalian menyegarkan kakiku yang terlalu lama duduk.

Setelah rombongan kami selesai memuat semua kebutuhan perjalanan kami ke dua gerbong yang kami naiki melanjutkan kembali perjalanan.

Saat malam tiba, pegunungan yang dulunya jauh itu tampaknya menjadi dua kali lipat. Aku bertanya-tanya seberapa besar pegunungan Eden ketika kami mencapai puncaknya.

Tak perlu dikatakan, aku sangat bersemangat untuk keluar dari kerajaan adalah kampung halaman ku, Alstrina.

Kami akhirnya berhenti untuk mendirikan kemah di dekat sekelompok kecil batu besar. Itu adalah tempat yang bagus dengan bebatuan yang menghalangi hampir semua angin dan banyak kayu bekas dari cabang-cabang yang tumbang untuk digunakan sebagai api unggun.

Satu hal yang paling ku benci tentang tubuh ini adalah berapa banyak waktu tidur yang aku butuhkan.

Meskipun tertidur hampir sepanjang waktu, namun masih merasa agak berat setelah bangun hanya beberapa jam.

Setelah mendirikan beberapa tenda di sekitar api unggun, ayah dan Mama mulai bercakap-cakap dengan Para pelayan dan para kesatria yang ikut mengiringi perjalanan kami, terlihat mereka berbicara tanpa memandang status sosial ketika Yuki duduk di sampingku dan berkata,

“Apa master baik baik saja? karena mata master terlihat mengantuk silahkan baringkan kepala anda di paha saya ini.” Ucapnya tulus.

Tidak tahu bagaimana menanggapinya, aku hanya menjawab dengan jujur.

"Kalau begitu aku tak akan sungkan,

terimakasih Yuki." Ucapku sambil melanjutkan tidurku.

Sementara semua orang tengah berbicara santai dan ayah sedang membahas apa yang akan dibicarakan besok setelah kita sampai di kerajaan Avalon dengan asistennya.

*Keesokan harinya*

Setelah selesai berkemas kami langsung melanjutkan perjalanan

Aku terus membaca ketika tiba-tiba, suara khawatir seorang prajurit terdengar di telingaku.

“NAGA! SIAPKAN UNTUK TERLIBAT!” Teriaknya, saat suara raungan beserta badai datang dari depan dan belakang kami.

Seketika rombongan kami berhenti dan para kesatria mengelilingi setiap gerbong dengan cepat mereka merapalkan mantra pertahanan yang membentuk seperti kubah yang transparan.

Kulihat di sebelah kiri ku hanya terlihat awan yang telah berwarna hitam, sedangkan posisi kami sangat tak di untungkan.

Terlihat grombolan Naga dan wyvern memblokir jalur kami dari depan dan juga belakang.

Tampaknya mereka mulai akan menyerang, para wyvern dan Naga yang memimpin mereka yang sedari tadi menunggu mulai melancarkan serangannya.

Serangan di awali oleh ribuan gelombang sihir dari mulut mereka yang menyerbu langsung kearah seluruh rombongan.

Diikuti serangan petir dan kanut yang membuat pandangan setiap prajurit namun itu semua tak berpengaruh akibat sihir perlindungan yang di rapalkan tadi.

Setelah beberapa waktu kabut yang menyelimuti kami akhirnya Reda namun para wyvern yang memblok jalan kami dari depan dan belakang sudah mulai mendekat.

Kami benar-benar terkepung, sepertinya tak ada cara lain selain bertarung dengan mereka.

*Bersambung*

Terpopuler

Comments

blumer

blumer

lanjuttt

2021-05-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!