Devan melajukan mobilnya setelah Rangga masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelahnya.
"Oke, gue nuntut penjelasan dari elu, bro!" cetus Devan memecah keheningan di antara mereka.
"Ga ada yang perlu dijelaskan!" ketus Rangga.
"Kita udah sepuluh tahun temenan, dan elu seperti menyembunyikan sesuatu tentang Kanya, gue ga pernah dengar sekalipun elu nyebut nama Kanya. Siapa sebenarnya Kanya dan ada hubungan apa elu sama Kanya?" Cecar Devan.
"Ini bukan urusan elu, elu fokus sama kerjaan aja, oke?!" Jawab Rangga malas.
"C'mon bro, gue mesti tau tentang Kanya, kalo elu ga ada hubungan apa-apa dengan Kanya, gue bersedia ada apa-apa dengan Kanya." Gelak Devan.
"Sialan lu" tonjok Rangga di lengan Devan.
"Awas kalo elu punya niat macam-macam dengan Kanya!" ancam Rangga.
"Haha, jadi gadis ini yang menjadi alasan elu selama ini nolak cewek-cewek seksi itu? Eh, btw seseorang yang selama ini elu sebut tiap kali elu keluar kota apa jangan-jangan Kanya? Wah gue benar-benar ga dianggap selama ini. Ternyata.... ck ck ck!" Oceh Devan.
"Apaan sih lu, gue ga mau jelasin apapun tentang Kanya sama elu, dan awas kalo sampai gue tahu elu diam-diam dekatin Kanya!" ancam Rangga lagi.
"Hahaha makanya elu mesti kasih tau gue ada hubungan apa antara elu sama Kanya. Kalo elu ga kasih tau ya gue bakal cari tau dengan cara dekatin Kanya! Elu tau kan kalau gue udah deketin cewek gimana?" Gelak Devan saat melihat wajah Rangga yang kesal dengan ucapannya.
"Iya iya iya!!! Nanti bakal gue ceritain sama elu! Ucap Rangga sambil membuka pintu mobil karena mereka sudah sampai di basement apartemen mereka. Ia berjalan meninggalkan Devan yang masih di mobil. Rangga berjalan memasuki gedung apartemen menuju ke lift untuk naik ke lantai apartemennya yang disusul Devan.
Pintu lift terbuka di lantai yang dituju. Rangga keluar dari lift diikuti Devan. Rangga memandang bingung Devan. Lantai apartemen Devan ada di bawah.
"Lu ngapain ngikut Gue?" Tanya Rangga sambil membuka pintu apartemennya.
"Yaa kan gue mau tau tentang Kanya." Jawab Devan cuek.
"Apaan lu, besok-besok kan bisa gue capek mau tidur! Elu pergi sono balik ke apartemen lu gih!" Usir Rangga.
"Kagak, gue ga sabar nunggu besok, gue mau hari ini juga dapat info Kanya dari elu!" Ujar Devan sambil masuk ke apartemen nya Rangga.
"Kagak - kagak pokoknya elu balik sana, hush! Hush! " Rangga mendorong tubuh Devan keluar dari apartemennya dan cepat-cepat mengunci pintu.
"Rangga! Rangga! Buka pintunya!!! Awas lu Yee!!!" Teriak Devan dari balik pintu sembari menggedor pintu.
Rangga masuk ke kamar nya, meletakkan tas kerjanya di meja kecil di samping sofa dan menghempaskan tubuhnya di atas sofa. Rangga Melonggarkan dasinya dan memejamkan mata.
Bayangan gadis nekat yang menghadang mobilnya di gerbang kantor melintas di fikirannya. Rangga tersenyum mengingat tingkah gadis itu, ia kemudian beranjak dari sofa ke kamar mandi untuk bersih-bersih.
...***...
Sementara di apartemen Fani...
"Jadi gimana Nya? Sukses kejutan elu?" Tanya Fani, mereka lagi duduk di meja makan menikmati mie instan yang baru saja dimasak Fani.
"Hah! Hah! Pedes banget Fan, lu tambahin rawit berapa banyak ini!" Ujar Kanya sambil mengipas-ngipas mulutnya dengan tangan.
"Kanyaaaa,,, ni orang kebiasaan deh lain yang ditanya lain yang dijawab!" Kesal Fani sambil menyodorkan segelas air dingin ke Kanya. Kanya segera menyambut gelas yang diberikan Fani. Menghabiskan setengah isinya sebelum menjawab kekesalan Fani.
"Hehe, Iya sukses donk, kaget banget Kak Rangga pas gue tiba-tiba muncul mendadak di depan mobilnya." Jawab Kanya sambil menarik mie instannya panjang-panjang dengan garpu. "slurpppp" Kanya menyeruput mie instannya.
"Ahh enak!!!" Ucap Kanya sambil merem-merem kepedasan.
Fani cuma geleng-geleng melihat tingkah sahabatnya itu. Dia berdiri membawa mangkuk mie instan nya yang sudah habis ke westafel. Tiba-tiba Kanya menahannya untuk kembali duduk.
"Eh, bentar-bentar Fan, tunggu!" Ucap Kanya sambil menghabiskan sisa-sisa terakhir mie instan di mangkoknya.
"Nah ini sekalian taroh dan cuciin mangkok gue!" ujarnya cekikikan sambil menumpuk mangkok bekasnya di atas mangkok bekas makan Fani.
Fani berdiri sambil menower kepala sahabatnya, dengan manyun Ia membawa kedua mangkok yang sudah ludes isinya ke westafel. Fani memutar kran air dan mencuci peralatan makannya.
"BTW Kak Rangga makin keren loh Nya, elu yakin ga ada naksir - naksir nya sedikitpun sama Kak Rangga?" Selidik Fani.
"Ya ampun Fan, berapa kali sih gue bilang, gue sama kak Rangga udah kaya kakak adek, kita sahabatan lama, udah nyaman di posisi kaya gini, toh perhatian kak Rangga juga cukup besar ke gue. Dari pada pacaran nanti berantem putusan terus musuhan, tuh contohnya kaya elu sama mantan-mantan elu, apa ada yang hubungannya sama elu baik-baik aja? Ga ada kan???" Jawab Kanya sambil berjalan menuju sofa dan menghempaskan tubuhnya disana.
Fani mengikuti Kanya dan duduk di sampingnya sambil menyambar toples cemilan di meja. Kanya melirik Fani memperhatikan yang dilakukan gadis itu. Dalam hati Kanya berkata "busyet ni orang, badan doang ceking, makanya seram, hihi! ".
Fani yang sadar dilirik Kanya spontan menyodorkan toples yang dipegangnya. "Elu mau?" Tawar Fani. Kanya menggeleng.
"Ehhm Nya, misalnya ni kak Rangga tiba-tiba punya pacar, terus menikah, terus istrinya ga suka elu dekat dengan Kak Rangga, elu gimana?" Fani kembali berbicara dengan mulut berisi makanan.
"Yaa ga bisa gitu dong, kan gue dulu yang kenal dengan Kak Rangga, lagi pula kak Rangga juga udah janji bakal ada terus buat gue, ya istrinya mau ga mau mesti terima gue sebagai adik iparnya lah! " jawab Kanya enteng.
"Masalahnya ya Nya, bukan siapa duluan kenal atau dekat dengan siapa. Hubungan elu dengan kak Rangga itu cuma adek-adekan doang, bakal beda kalo yang jadi istrinya kak Rangga, hubungan mereka jelas tersirat dan tersurat alias resmi! legal! formal!!. Ya namanya dah jadi bini, boleh lah ngatur lakinya, iye kan?? Sementara elu atas dasar apa coba buat ngatur kak Rangga??emaknya bukan sodaraan bukan kan? Yakin lu nanti ga bakal patah hati kalo kejadian? Gue mah ogah punya hubungan abu-abu, selagi bisa di kekep yaa gue kekep, urusan putus lagi pikirin nanti. Pokoknya gugur satu tumbuh seribu." Cerocos Fani
Kanya terdiam memikirkan ucapan Fani. Yang Fani katakan benar adanya.
"Woi! woi! kesambet lu? Kok diam??" Fani mengibas-ngibaskan tangannya di hadapan Kanya yang tak merespon ucapannya. Kanya yang sadar dari lamunannya bangkit dari sofa menuju kamar yang disediakan Fani untuknya.
"Udah ah, gue ngantuk! Mau tidur dulu." Ucapnya meninggalkan Fani yang masih setia dengan cemilannya.
"Yee, Kanya! Cepat banget lu mau tidur, gue masih pengen ngobrol, Nyaakkk Kanyaaaa!!!" Teriak Fani yang kesal ditinggal Kanya.
...***...
*Hai, terima kasih sudah novel ini😊😊😊.
Mohon klik suka dan berikan vote nya ya...💐💐💐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments