KARMA
"Bagaimana hasil pemeriksaannya tadi? maaf tadi aku masih harus bertugas." Tanya laki-laki berseragam dokter itu, saat melihat Retno keluar dari poli obgyn.
Dia adalah Cakrawala teman baik sekaligus dokter pribadi keluarga Retno, selain menjadi dokter pribadi keluarga Retno, ia juga bekerja di salah satu rumah sakit swasta di Jogjakarta sebagai dokter umum, tempat biasa retno memeriksakan kandungannya.
"Alhamdulillah aku dan janinku sehat, hanya tinggal menunggu HPLnya saja," jawabnya sambil mengelus perutnya.
"Maaf jika pertanyaanku ini sedikit lancang, apa suamimu tidak pulang? Maksud aku sebentar lagi kan kamu melahirkan tentu kemu membutuhkan seseorang untuk membantu dan mensuportmu baik itu sebelum maupun pada saat nanti persalinannya" tanya cakra hati-hati, ia tak ingin pertanyaannya dapat menyinggung atau pun melukai hati wanita itu.
"Aku sudah mengabarinya, tapi sepertinya suamiku sedang sibuk. Nanti akan aku ingatkan lagi" Ucap retno sambil berusaha untuk tersenyum kepada cakra, menutupi kegalauan di hatinya karena kurangnya perhatian, dukungan serta komunikasi dengan suaminya.
"Ya sudah kalau begitu aku antar ya, kebetulan aku juga sudah selesai bertugas." Cakra menawari Retno pulang bersamanya karena ia merasa tidak tega melihat wanita yang sedang hamil besar pulang sendirian, terlebih cuaca saat itu sedang tidak bersahabat.
Rintik hujan di sertai angin besar melanda sebagian kota Jogjakarta, untuk itulah sebagai teman terdekatnya ia tak bisa membiarkan seorang wanita hamil tua pulang seorang diri.
"Tidak usah aku pulang sendiri saja," tolak Retno, selain ia tak ingin merepotkan orang lain, ia juga merasa tidak pantas jalan berduaan dengan pria yang bukan mahramnya.
Swbagai seorang muslimah yang taat, Retno selalu berusaha menjaga marwahnya. Ia hampir tidak pernah jalan atau pun bersentuhan dengan pria yang bukan mahramnya meskipun itu teman baiknya sendiri, ia tahu betul batasan pertemanan antara pria dan wanita.
"Baiklah kalau begitu aku carikan taxi untukmu, kamu tunggu sebentar di sini ya, jangan kemana-mana!" Cakra menyuruh security rumah sakit mengambil kursi agar retno bisa duduk sambil menunggunya.
Di tengah gerimis yang menerjang, Cakrawala bergegas mencari taxi yang mangkal di seberang rumah sakit, setelah mendapatkan taxi ia kembali lagi ke rumah sakit menghampiri Retno.
"Terima kasih banyak ya Mas Cakra." Retno masuk ke dalam taxi yang telah di panggil oleh sahabatnya itu.
"Sama-sama, hati-hati ya. Kabari aku jika ada apa-apa" ucap Cakra sambil menutup pintu mobil.
Sementara itu di Jakarta, julio suami dari retno tengah mengantarkan kekasihnya untuk periksa ke dokter.
"Aa...apa dok?!! " Julio berusaha menutupi keterkejutaannya, ia menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menghilangkan perasaan berkunang-kunang di matanya.
'Tidak mungkin, Ini tidak mungkin terjadi. Masih ada kemungkinan jika dokter salah mendiagnosa, di poli obygin nanti pasti hasilnya negatif' Gumam julio dalam hati, sambil memandang ke arah wajah ana yang sama terkejutnya dengan dirinya.
Begitu selesai di poli umum, ana dan julio berjalan mengikuti suster yang mengantar mereka berdua menuju poli obygin. Suster memita ana dan julio untuk menunggu di luar ruangan hingga suster yang bertugas di poli obygin memanggil.
Selama menunggu antrian keringat dingin mulai keluar dari tubuh julio, wajahnya pucat pasi memikirkan kemungkinan jika kekasihnya tengah mengandung anaknya.
Ia merotasikan bola matanya melihat ke arah kekasihnya yang berada di sampingnya., berbeda dengan dirinya ana justru terlihat bahagia, ana tersenyum ke arah julio yang tengah memandanginya kemudian ana menyenderkan kepalanya di bahu julio. Julio hanya bisa terdiam menyembunyikan kecemasannya dari ana.
"Ny.Sandriana Alfian" Ucap suster yang bertugas di poli obygin. Jantung julio berdegup dengan kencang, keringat dingin semakin deras keluar dari tubuh julio saat mendengar nama ana di panggil oleh suster.
Ana menggandeng tangan julio dan sedikit menarik julio untuk masuk ke dalam ruang pemeriksaan, ana yang menyadari jika tangan julio begitu dingin langsung menghadap ke arah julio.
"Are you okay honney?" Tanya ana
"I'm good." Jawab julio dengan sedikit menganggung untuk menyembunyikan kecemasannya.
Di dalam ruang pemeriksaan dokter melakukan pemeriksaan, saat ana hendak di USG julio benar-benar fokus menatap monitor yang tepat berada di samping ana.
"Selamat tuan dan nyonya, nyonya ana kini tengah mengandung" Ucap dokter.
Julio hanya tertunduk mendengar ucapan dokter, ia tidak lagi menyimak semua penjelasan dan ajuran yang di sampaikan oleh dokter.
Di perjalanan pulang julio hanya terdiam, ia berfikir apa yang harus ia lakukan terhadap janin yang ada dalam kandungan ana.
"Aku tidak mungkin menikahi ana dalam waktu dekat ini, jalan satu-satunya aku harus meminta ana untuk menggugurkan kandungannya" Gumam julio dalam hati.
"Kamu kenapa sayang? apakah kamu tidak senang dengan kehamilanku? Tanya ana, membuyarkan lamunan julio
"Bu.. bukan begitu sayang, aku hanya berfikir bahwa kita hanya melakukannya beberapa kali, bagaimana janin itu bisa langsung tumbuh?" Julio nampak gugup dan terbata-bata.
"Maksudmu apa??? kamu tidak mengakui bahwa anak ini adalah anakmu? atau kamu menuduhku tidur dengan pria lain?" Kilatan kemarahan terpancar dari mata ana.
Melihat ekspresi ana yang penuh dengan kemarahan membuat julio mengurungkan niatnya untuk meminta ana menggugurkan kandungannya.
"Bukan begitu maksudku sayang, bisa saja dokter tadi salah. Apa tidak sebaiknya kita mencari dokter lain saja, kita periksa ke rumah sa.." Ana yang semakin marah memotong pembicaraan julio
"Sudahlah, jika kau tidak mau mengakui janin ini anakmu, aku akan merawatnya sendiri" Ana melepaskan sabuk pengamannya dan meminta julio untuk menepikan mobilnya.
Tangan kiri julio langsung meraih tangan ana kemudian menggenggamnya.
"Aku sangat mencintaimu, jika memang benar kau hamil tentu aku juga akan bahagia, kita akan segera menikah sayang."
"Benarkah??"
"Tentu saja, aku sangat mencintaimu sayang." Julio membawa ana kedalam pelukannya kemudian mengecup kening ana.
Julio menepikan kendaraannya di depan rumah ana, setelah memastikan ana masuk ke dalam rumahnya julio memukul-mukul kemudi.
"Tidak mungkin, ini semua tidak mungkin aku benar-benar tidak bisa menikahinya. Aku harus mencari cara agar ana mau menggugurkan kandungannya, jika ana tidak mau terpaksa aku akan menggunakan cara lain." gumam julio.
Julio kembali memacu kendaraanya dengan kecepatan tinggi menuju kantornya untuk segera meeting dengan cient penting yang berasal dari Malaysia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
.
izin mammpir
2022-10-02
0
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu, searchnya pakek tanda kurung biar gak melenceng yaa
2022-09-21
0
N⃟ʲᵃᵃ࿐DHE-DHE"OFF🎤🎧
aku mampir kak, untung udah baca cerita sebelum nya jadi nyambung alur ceritanya di awal,,
2022-07-02
0