*
*
*
"Itu Bakeneko."
"Eh? Apa itu Bakeneko?" tanya Akihiro heran.
"Kucing yang berhasil hidup lebih dari 100 tahun. Aku pernah baca tentangnya dari buku komik. Em, sebentar, aku ambilkan." Natsuki kembali masuk ke dalam rumah. Ia pergi ke kamarnya untuk mencari buku komik yang ingin ia tunjukkan ke Akihiro.
Di kamarnya memang terdapat rak buku yang penuh dengan komik. Natsuki memang seorang pengoleksi. Tapi ia jarang membaca semua buku-bukunya. Bahkan ada yang dibeli saja, tapi tidak dibaca.
Setelah menemukan buku yang ia cari, ia pun membawa buku itu lalu menunjukkannya pada Akihiro. Setelah menemukan halaman yang terdapat gambar kucing, Natsuki hanya menunjukkan gambar itu saja.
"Ini. Kucingnya kayak gini, kan? Yang dilihat sama Yuka-chan?"
Yuka mengangguk. Tapi tak lama ia menggeleng pelan, lalu menunjuk gambar itu. "Tapi ... kucing yang Yuka liat tadi gak begini. Dia kayak orang gitu."
"Ah, berarti dia sedang menyamar. Sudah aku duga kalau youkai itu masih berkeliaran di desa ini."
"Oh! Jadi kucing itu adalah youkai?" tanya Akihiro. "Aku sering lihat di anime-anime. Apakah makhluk itu beneran nyata?"
"Ini hanya menurut kepercayaan masing-masing. Kami warga Jepang percaya kalau youkai itu benar-benar ada. Hanya saja, tidak semua orang bisa melihat mereka. Tapi sepertinya ... karena Yuka masih kecil. Jadi ia bisa melihat makhluk seperti itu." Jelas Natsuki.
"Apa kamu bisa liat banyak monster kayak youkai gitu?" tanya Akihiro pada Yuka.
Yuka mengangguk pelan. Ia memberitahu seberapa banyak dirinya pernah melihat makhluk-makhluk tersebut. Dari yang paling besar, sampai terkecil. Ia juga menceritakan beberapa bentuknya. Tapi untungnya, makhluk-makhluk yang dilihat Yuka masih termasuk Youkai yang tidak berbahaya dan hanya suka mengusik manusia saja.
Jadi sekarang Akihiro tahu kenapa Yuka sering menangis tanpa sebab sampai anaknya menjadi penakut dan cengeng. Sepertinya kalau sudah begitu, lebih baik Yuka jangan main sendirian, atau bisa berbahaya nantinya.
"Walau mereka baik padamu, kau tetap harus berhati-hati pada youkai, Yuka." Ucap Natsuki. "Karena beberapa youkai ada yang menarik perhatian manusia hingga akhirnya mereka dapat memakan kita. Termasuk Bakeneko itu."
"Emm ..." Akihiro memerhatikan gambar itu dan membaca sedikit isi bukunya. "Tapi di buku ini, nama makhluk kucing ekor dua ini namanya Nekomata, Bang! Bukan Bakeneko."
"Eh? Iya, kah? Habisnya youkai kucing itu banyak jenisnya dan aku nyaris tidak bisa membedakan mereka."
"Hmm ... Intinya yang ekornya dua itu Nekomata aja, haha ...."
"Hmm iya. Makhluk itu masih berkeliaran. Pantas saja akhir-akhir ini banyak ternak manusia yang mati karena dimakan Nekomata yang kelaparan." Jelas Natsuki. "Beberapa orang dewasa sedang memburu youkai itu. Kita juga tidak boleh memelihara mereka."
"Hmm ... ya, kalau memang mengganggu, sebaiknya diusir, sih. Biar ga nambah masalah." Akihiro menimpali.
Lalu tak lama kemudian, Mizuki datang menghampiri. Ia baru selesai berteleponan dengan orang lain dan sekarang sepertinya ia ingin menyampaikan suatu pesan.
"Hei, semuanya! Bentar lagi kita punya tamu, nih! Rumah ini akan ramai, loh." Ujar Mizuki dengan senangnya.
"Eh? Memangnya siapa yang akan datang?" tanya Akihiro.
"Hehe ... siapa lagi kalau bukan teman-teman kita yang dulu, Dian."
"Eh? Maksudnya Dennis dan yang lainnya mau datang?" Setelah mendengarnya, Akihiro juga jadi ikut senang.
"Iya tentu saja mereka. Siapa lagi?"
"Kapan datangnya?" tanya Natsuki.
"Tiga hari kemudian setelah hari ayah. Gitu kata Cahya di telepon tadi." Mizuki menghela napas, lalu berkacak pinggang dengan tangan kirinya dan tangan kanannya menunjuk Dian, lalu Natsuki secara bergiliran. "Sekarang, kalian harus membantuku beres-beres rumah untuk menyambut mereka!"
"Emm ... bentar, Mizuki. Aku mau petik semangka di kebun."
"Tidak ada alasan, Dian! Kau harus membantuku beres-beres sekarang juga." Mizuki langsung menangkap Akihiro, lalu menarik baju belakangnya.
"Tapi kan aku gak kebagian semangka, tadi, aaaa ..." Akihiro mulai merengek. "Bang Natsu, tolong aku!"
Natsuki hanya tertawa, lalu menyemangati Akihiro. "Hehe ... ganbatte ne!" Setelah itu ia beralasan ingin mengajak Yuka untuk bermain di tempat lain saja agar ia tidak disuruh-suruh oleh Mizuki.
...****************...
Kembali ke Indonesia, tempat Dennis tinggal. Saat ini lelaki itu sudah lebih awal menyiapkan barang bawaannya. Mereka juga sudah memesan tiket pesawat secara online. Siapa saja yang akan mereka ajak kali ini?
Tentu tidak banyak. Orang tua Dennis masih sibuk dengan pekerjaan mereka, jadi tidak bisa ikut. Jadi yang akan ikut berlibur ke Jepang adalah Dennis, Cahya, Adel, Yuni, Brian dan Rei saja.
Seharusnya hanya 6 orang saja. Tapi setelah berteleponnan dengan Mizuki, Cahya mendapat telepon lagi dari si kembar Rashino dan Nashira. Ternyata si kembar ingin diberi rekomendasi tempat wisata luar negeri karena si kembar ingin pergi berlibur mumpung habis mendapatkan rezeki yang cukup dan pekerjaan mereka diliburkan.
Karena si kembar minta rekomendasi, pastinya Cahya mengajak si kembar untuk ikut dengan liburan keluarganya saja sekalian berkunjung ke kampung Mizuki.
Si kembar pun mau ikut. Cahya akan memesankan tiket lagi untuk si kembar, tapi mereka menolak karena kedua adik kakak itu bisa membayar tour liburannya sendiri.
Jadi sudah diputuskan, si kembar akan bergabung dengan liburan keluarga Dennis. Lebih tepatnya bukan liburan, tapi bulan madunya Dennis dan Cahya. Karena kedua pasangan itu memutuskan untuk bulan madu setelah anak mereka lahir dan cukup umur agar bisa diajak sekalian.
"Dennis, kita akan pergi bareng si kembar nanti." Ujar Cahya setelah ia menutup telepon dan kembali ke kamarnya. Kebetulan di sana juga ada Dennis sedang beberes.
"Maksudmu Rashino dan Nashira?"
"Iya. Mereka sebenarnya juga ingin pergi ke Jepang. Jadi kita ajak aja biar bareng jalannya."
"Itu bagus. Makin ramai, makin seru." Dennis tersenyum, lalu menutup kopernya dan meletakannya di atas kasur. Ia sedikit menunduk, lalu bergumam, "Semoga saja, bisa menyenangkan."
Ia masih khawatir dengan anaknya, Brian. Dennis sangat menyayangi Brian, tapi tidak dengan anaknya. Yang Dennis inginkan, saat di sana ia bisa bersenang-senang dengan Brian seperti ayah dan anak yang bahagia.
"Hmm ... sebentar lagi Brian pulang sekolah." Cahya menatap jam dinding, lalu kembali mendekati pintu kamar. "Aku akan menyiapkan makan malam untuknya. Kayaknya dia gak bawa bekal tadi."
"Eh, Cahya." Dennis menahan pergerakan Cahya dengan menarik tangannya. Setelah Cahya menoleh kembali menatapnya, Dennis bertanya, "Boleh aku yang masak untuk hari ini?"
"Eh? Apa kau bisa masak?" tanya Cahya.
"Bisa, kok! Aku kan ayah yang hebat." Dennis berdiri dari tempat tidur. "Tapi tetep ajarin aku sedikit-sedikit, ya?"
"Ooh ... oke deh!"
"Brian pasti akan senang kalau aku yang memasak makanan khusus untuknya selagi dia lapar setelah pulang sekolah." Batin Dennis girang. Ia tidak sabar melihat sikap Brian yang terkagum padanya. Sama seperti Brian pada Rei.
...****************...
Saat pulang sekolah, Brian mengelus-elus perutnya untuk menenangkan salah satu organ dalam dan anggota tubuhnya itu agar tidak berbunyi terus. Tentu ia lapar karena hari ini lupa membawa bekal ke sekolah. Makan di kantin juga cuma sedikit tadi.
Jadi tanpa berlama-lama lagi, Brian langsung pulang lewat gerbang belakang sekolahnya saja karena lebih cepat. Jarak rumahnya dari sekolah tidak terlalu jauh dan ia sudah biasa jalan kaki.
Namun setelah keluar dari gerbang, tak sengaja telinga Brian mendengar sesuatu. Yaitu sebuah teriakan yang terdengar samar dari halaman belakang sekolah dekat gudang.
Langsung saja, Brian menunda kepulangannya lagi dan memutuskan untuk memeriksa asal dari suara teriakan tadi. Sampai akhirnya, Brian tiba di tempat itu dan pemandangan baru yang membuatnya jengkel pun diperlihatkan.
Ada tiga orang perempuan seumurannya sedang membully satu gadis cantik yang umurnya kurang satu tahun dengan mereka sepertinya. Intinya gadis itu terlihat kecil dan lemah. Dia bahkan diam saja dan mau menurut apa yang disuruh oleh pembullynya.
Sekarang roti yang menjadi bekalnya hari ini pun diinjak-injak oleh salah satu pembully tersebut. Lalu setelah itu, sampingnya meminta gadis malang itu untuk merangkak, lalu mengeluarkan suara seperti anjing dan memakan roti yang baru saja diinjak. Sementara salah satu dari mereka sudah menyiapkan ponsel untuk merekam.
Brian yang sudah terbiasa melihat tindakan orang-orang di sekolahnya itu pun langsung menghampiri ketiga orang pembully tersebut. Di belakang mereka, ia berkacak pinggang, lalu bertanya, "Gak bosan apa melakukan hal seperti ini mulu?"
Sontak ketiga perempuan itu pun terkejut dan langsung berbalik badan menyebut nama Brian. Mereka juga bosan aksinya selalu digagalkan oleh Brian terus. Tapi untuk kali ini, sepertinya mereka tidak akan kabur dan malah terlihat lebih santai.
"Kami tidak akan berhenti sebelum anak ini pindah sekolah. Ya ... karena dia kan bapaknya suka mencuri, eh masuk penjara, deh! Dia gak punya bapak lagi. Trus tinggalnya di rumah kecil. Dih, gak level! Seharusnya jangan sekolah di tempat elite seperti ini." Jelas salah satu dari mereka yang gayanya sok sok orang kaya.
"Ah, sudahlah. Aku gak mau dengar alasan itu lagi. Semua orang bebas sekolah di sini karena umum. Jadi ya ... ah sudahlah! Percuma bicara dengan kalian tidak akan pernah jera." Brian malas menjelaskannya lagi karena ia sudah sering menasihati ketiga perempuan itu.
Ia pun mengibaskan tangan kanannya untuk mengusir ketiga anak perempuan tersebut agar pergi dan membebaskan si gadis malang. "Ini peringatan terakhirku. Pergi saja kalian! Pulang sana."
Untuk kali ini, Brian agak heran kenapa ketiga perempuan itu tidak lari ketakutan seperti hari-hari sebelumnya. Mereka malah terlihat santai, walau Brian sudah terus-terusan menatapi mereka.
"Hei, kenapa pertunjukan seperti tadi kau bubarkan? Kau pasti pengganggunya, ya?"
Brian terkejut. Mendadak ada seseorang yang mengalungkan lengan di lehernya dan menahan tubuhnya sampai tak bisa bergerak. Saat Brian mendongak, ia tahu siapa orang yang ada di belakangnya itu.
Dia adalah anak laki-laki yang gemuk dan kuat. Sahabatnya si gadis pembully. Lelaki itu memang sudah menunggu Brian dari tadi untuk melakukan duel jika Brian mengganggu sahabatnya lagi. Tapi ia tidak tahu kalau ia sedang berurusan dengan anak sang raja hutan yang sedang kelaparan.
*
*
*
To be continued–
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
✳️Nåtåßÿå_ßÿå✳️🐣
Haduuhh... siap² lah kau endut jadi santapannya si singa lapar, MUAHAHAHAHAHA😈☠️
2021-07-08
1
Amalyah Putri
apa yg terjadi ya... semoga brian mampu melumpuhkan lawannya
2021-05-04
0
#Hiatus
Adeliya Imut amat pengen ku karungin dan ku bawa pulang
2021-04-25
2