Episode 3– Telepon dari Kekasih

*

*

*

Brian membuka mata. Objek pertama yang ia lihat adalah pundak seseorang. Saat ia menoleh ke sampingnya, di sana ada Rei yang sedang berjalan. Tubuhnya terasa ringan, seakan ada yang menggendongnya.

Setelah energinya kembali, Brian mencoba untuk bergerak sebagai tanda kalau dia sudah bangun. Ia ingat kejadian sebelumnya, tapi ia tidak tahu kenapa bisa ada Rei dan ayahnya yang saat ini sedang menggendongnya di belakang.

Brian sedikit memberontak, lalu menepuk pundak ayahnya. "Ayah! Turunkan aku. Aku bukan anak kecil yang masih digendong-gendong!"

"Eh? Kau sudah sadar?" tanya Dennis, lalu berjongkok untuk menurunkan Brian. Setelah itu Dennis kembali bertanya, "Kau baik-baik saja? Apa ada yang sakit?"

 "Tidak mungkin aku merasa sakit. Aku kan Brian yang kuat!" Brian berbangga diri, lalu menatap Rei. Ia tersenyum senang setelah melihat warna mata Rei yang berubah menjadi oranye kemerahan. "Wah! Pasti kak Rei yang menyelamatkan aku, ya? Soalnya ayah kan tidak mungkin sehebat Kak Rei."

"Eh?" Rei tersentak mendengarnya. Karena moodnya kembali seperti biasa, secara perlahan ekspresinya pun berubah menjadi dingin. "Bukan. Bukan aku yang–"

"Ah, jangan malu-malu kak Rei! Pasti kak Rei yang menolongku tadi. Kan ayahku mah gak bisa melawan orang-orang jahat tadi, loh!" Setelah menunjuk ke Dennis, Brian menarik-narik baju bawah Rei lalu kembali menatapnya. "Kak Rei! Coba ceritain, dong, bagaimana kakak bisa melawan orang-orang tadi."

"Ah, lain kali saja. Aku ada kerja sekarang. Maaf, ya? Aku lewat jalan ini. Kau pulang bersama ayahmu saja." Rei sebenarnya beralasan. Ia merasa tidak enak pada Dennis karena Brian lebih membanggakannya daripada ayahnya sendiri. "Maaf, Dennis. Semoga kau tidak menganggap kalau aku telah merebut moment penting dengan anakmu."

"Ah, Dennis." Rei memanggil. Dennis yang sedang bengong tanpa ekspresi pun terkejut dan langsung menoleh ke Rei. "A–apa Rei?"

"Aku duluan, ya?"

"Oke. Hati-hati." Dennis mengangguk sambil tersenyum. Rei sedikit menyipitkan matanya, lalu melirik ke arah lain. Ia tau senyuman Dennis yang tadi adalah senyuman yang dipaksakan. Tapi ia tidak tahu kenapa sebabnya. Sepertinya mood Dennis sedang tidak enak.

Rei melambai kecil, lalu berbelok ke jalan di sampingnya. Sementara itu, Dennis dan Brian tetap melewati jalan lurus di depannya. Mereka saling diam-diaman saja selama di perjalanan.

Seperti biasa, Brian tidak pernah ngomong dengan ayahnya berdua saja. Dennis sendiri juga tidak tahu harus mulai dari mana untuk mengajak anaknya bicara.

Sedari tadi, Dennis terus memasukkan tangan kanannya ke dalam kantung celana karena ia sedang memegang sesuatu di dalam sana. Ada satu benda yang ingin ia berikan pada Brian. Tapi ia masih belum berani karena bukan waktunya.

Di tempat Rei berada, setelah ia berjalan beberapa meter setelah berpisah dengan Brian dan Dennis, ia sempat berhenti di pinggir jalan. Ia menggenggam erat kedua alat pancing miliknya lalu bergumam dalam hati.

"Sebenarnya ... Dennis lah yang menyelamatkanmu, Brian. Kalau bukan karena kecepatannya, kau mungkin sudah dibawa masuk ke dalam mobil oleh penculik itu. Aku juga bodoh telah meninggalkan anak kecil di tempat sepi seperti tadi. Bahkan aku lupa kalau tak jauh dari sana ada peringatan tentang mengawasi anak kecil karena kawasan tadi sering terjadi pemerkosaan dan penculikan."

Rei menepuk keningnya, lalu mengacak-acak rambut depannya. Ia menghela napas lalu kembali bicara dengan diri sendiri di dalam hati. "Hah, aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi. Tapi ... melihat wajah Dennis tadi, sepertimya dia mulai tidak suka denganku karena aku selalu mengajak Brian main. Tapi bukan berarti aku ingin merebut anakmu. Mungkin aku akan bicara padanya nanti."

Rei kembali berjalan. Ia ingin kembali ke rumahnya sekarang, baru pergi ke kantor polisi untuk mengambil tugasnya. Rei masih menjadi detektif swasta yang identitasnya selalu dirahasiakan. Maka dari itu jarang ada orang yang tau profesi Rei yang sebenarnya. Tentu saja ia masih bekerja sama dengan kepolisian dalam kasus tertentu saja.

Namun akhir-akhir ini jarang ada yang memesan jasanya karena kota sudah mulai damai. Ketika ada kejahatan, kasus mereka gampang terungkap dan tidak berlama-lama menyimpan misteri.

Rei yang gabut karena tidak punya kerjaan lain selalu menonton televisi di rumah sambil makan mie ayam bawang. Paling sesekali ia berlatih tembak di rumahnya dengan pistol mainan milik adiknya.

Setiap hari, ia pasti memandangi dan meminta izin sebelum pergi ke mendiang Lino yang tempatnya terpajang di atas meja sudut ruangan. Lalu setiap Minggu, tak lupa kadang Rei suka pergi ke desa sendirian hanya untuk menengok makam kedua orang tuanya dan berdoa di sana.

Namun sekarang, Rei mendapatkan pekerjaan setelah lama berdiam diri untuk beberapa Minggu. Kali ini ada kasus tentang perselingkuhan dan kali ini pula, Rei tidak menanganinya sendiri. Ia sudah mempunyai rekan kerja yang baru, sekaligus calon istri yang disukainya.

DRRRTT! DRRRTT!

 

Ponsel Rei berdering. Tanda kalau ada telepon masuk. Langsung saja ia mengecek ponsel untuk melihat siapa yang telah menghubunginya itu. Saat membuka layar, Rei langsung mengangkat telepon tersebut. "Halo?"

[ Rei, maaf aku gak bisa bantu kamu karena ... em ... aku dikirim ke luar negeri untuk kasus lain di sana. Jadi untuk masalah yang di sini, kau bisa tangani sendiri, kan? Maaf banget loh, sayang. Ini juga mendadak. ]

 "Kau pergi ke mana dan sampai kapan?" tanya Rei.

[ Ke Australia. Mungkin 3 Minggu kemudian baru pulang. ] Jawab wanita itu.

"Hmm ... ya sudah tidak apa-apa. Kau hati-hati di sana, ya? Mulai jalan besok?"

[ Iya. Besok aku ke bandara. Ada temanku juga di sana yang menunggu. Jadi aku harus cepat. ] Nada bicaranya terdengar cepat. Tak lama, wanita itu tersentak lalu kembali berbicara. [ Ah, iya! Maaf juga duh ... aku menundanya lagi. ]

"Ah, kalau soal itu tidak apa-apa. Pekerjaan lebih penting."

[ Ya, kau benar, Rei. Ah, sudah, ya? Aku harus pergi sekarang. ]

"Sepertinya kau sangat sibuk di sana."

[ Ya kan aku harus bersiap-siap untuk besok. A–aduh! ]

Rei sedikit terkejut saat mendengar suara gedubrak. Tapi ia menganggapnya biasa karena wanita itu memang sedikit agak ceroboh. "Kau jatuh lagi apa kesandung?" tanya Rei yang sepertinya sedang menahan tawa.

[ Duh duh ... aku menginjak selendangku. Haha ... licin soalnya. ]

"Hmm ... tolong nanti di sana juga jangan sampai ceroboh dan mengacaukan pekerjaanmu, ya?"

[ Umm ... aku akan berusaha untuk berhati-hati. Aku janji! ]

"Beneran janji?"

[ Iya ih, bawel. ]

"Kan kamu yang suka bawel."

[ Ahehe ... sudah ya, aku tutup. Bye! ]

"Kau jangan lupa ma–"

 TUT!

 

Rei kembali memasang wajah biasanya lagi. Belum saja selesai bicara, wanita itu sudah menutup teleponnya. Wanita itu memang pekerja keras sampai lupa untuk mengurus dirinya sendiri. Tak jarang juga Rei selalu mengingatkannya.

Selesai dengan teleponnya, Rei kembali berjalan. Sampai di rumah, ia hanya menaruh pancingannya dan mengganti baju saja. Setelah itu pergi ke kantor polisi untuk meminta laporan dan mengambil barang-barang pentingnya di sana.

 ****************

 

"Wah~ Tumben kalian pulang jalan bersama."

Saat sampai di rumah, Cahya menyambut Brian dan Dennis dengan lembut di depan pintu.

"Tadi ada kak Rei. Tapi dia pulang duluan." Brian membalas. "Ah, gak asik jalan sama ayah. Aku lebih suka sama kak Rei."

"Eh, Brian gak boleh gitu. Kau harus lebih akrab dengan ayahmu, dong."

"Huh, ibu! Aku lapar. Ini buatkan ikan hasil tangkapan tadi." Brian menunjukkan ember yang ia bawa. Cahya terlihat senang bisa mendapatkan banyak makanan untuk sekarang.

"Ayo ibu masakkin." Cahya menerima ember itu, lalu mengajak Brian masuk. Mereka pergi berdua menuju dapur. Sementara Dennis masih sibuk membuka sepatunya dari tadi. Ia sengaja membuka talinya dilama-lamain, sampai tak sengaja, ia mendengar suara Brian yang selalu menyakiti hatinya.

"Ibu! Ini ikannya kak Rei yang dapatkan, loh! Dia hebat banget, gak kayak ayah."

"... Gak kayak ayah ...."

"... Gak kayak ayah ...."

Dennis menghela napas untuk yang kelima kalinya. Satu kalimat itu saja membuat hatinya sakit. Tapi tetap saja ia selalu menyalahkan diri sendiri dan menganggap kalau dirinya tidak bisa membahagiakan Brian.

Dennis bisa melihat Brian tersenyum dan bahagia kalau di dekat Rei. Tapi tidak di dekatnya. Ia bisa melihat Brian tersenyum di dekat Cahya. Tapi tidak dengan dirinya. "Apa yang telah kulakukan? Seberapa bodohnya aku menjadi ayah untuknya sampai anakku sendiri membenciku."

"Apa yang harus kulakukan?" Dennis masih menyimpan tangan kanannya di dalam saku. Lalu tak lama, ia mengeluarkan sesuatu dalam sakunya. Ternyata benda yang ia simpan adalah sebuah gantungan kunci bergambar singa lucu.

Ia keluar untuk membelinya tadi karena ia tahu Brian menyukai hewan singa. Tapi entah kapan ia bisa memberikannya. Ia takut Brian akan membuangnya karena tidak suka jika benda itu jika diberikan langsung darinya.

"Mungkin aku akan menunggu waktu yang tepat saja untuk memberikannya."

*

*

*

To be continued–

Terpopuler

Comments

✳️Nåtåßÿå_ßÿå✳️🐣

✳️Nåtåßÿå_ßÿå✳️🐣

Berkat gambar terakhir aku gak lupa kasi like😂😂
Gambarnya juga lucu, muka seram terus gigit ikan hadeehh..🤣

2021-07-08

1

Amalyah Putri

Amalyah Putri

kenapa aku jd was was ya sama calonnya rei

2021-05-04

0

🌌andini_nurhandayani🌌

🌌andini_nurhandayani🌌

Wwwiiiiiiihhh, ku kira Rei jomblo abadii!!!😅😅Dah punya calon istri toh. Tapi entah kenapa aku malah punya firasat buruk sm calon istrinya Rei. Keknya.. gk serius gitu loh. Rei kan selalu tersakitii😂😂

2021-04-28

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1– Pulang Sekolah
2 Episode 2– Antara Ayah dan Anak
3 Episode 3– Telepon dari Kekasih
4 Episode 4– Kampung Halaman Mizuki
5 Episode 5– Rencana Liburan
6 Episode 6– Brian dan Nisa
7 Episode 7– Insiden Petang Hari
8 Episode 8– Rumah Sakit
9 Episode 9– Teman Lama
10 Episode 10– Hari Ayah
11 Episode 11– Pengganti Sosok yang Sudah Tiada
12 Episode 12– Persiapan Keberangkatan
13 Episode 13– Pembalasan Orang Lemah
14 Episode 14– Tamu Dari Luar
15 Episode 15– Pertemuan
16 Episode 16– Konflik
17 Episode 17– Konflik (2)
18 Episode 18– Siapa Orang itu?
19 Episode 19– Hutan
20 Episode 20– Hutan (2)
21 Episode 21– Hutan (3)
22 Episode 22– Zainal
23 Episode 23– Zainal (2)
24 Episode 24– Anak Lelaki Misterius
25 Episode 25– Keanehan di Pagi Hari
26 Episode 26– Pembicaraan
27 Episode 27– Gigitan Gadis Kecil
28 Episode 28– Kebosanan
29 Episode 29– Jenga
30 Episode 30– Jenga (2)
31 Episode 31– Sebuah Pertanda
32 Episode 32– pertengkaran
33 Episode 33– Dian dan Natsuki
34 Episode 34– Gejala Higanbana
35 Episode 35– Gejala Higanbana (2)
36 Episode 36– Mencari Akihiro
37 Episode 37– Main Kejar-kejaran
38 Episode 38– Kedatangan Ethan
39 Episode 39– Mizuki & Natsuki
40 Episode 40– Kecemasan Dennis
41 Episode 41– Goa Persembunyian
42 Episode 42– Laba-laba yang Tersakiti
43 Episode 43– Ikatan Persaudaraan
44 Episode 44– Tempat Isolasi
45 Episode 45– Mereka Semua Berbohong
46 Episode 46– Bermalam di Rumah Pengungsian
47 Episode 47– Permen Pertama Xio
48 Episode 48– Awal Tragedi
49 Episode 49– Sebuah Tekad
50 Episode 50– Perdebatan
51 Episode 51– Roh Orang Mati
52 Episode 52– Natsuki dan Dennis
53 Episode 53– Youkai yang Terluka
54 Episode 54– Penyerangan Misterius
55 Episode 55– Kenyataan Pahit
56 Episode 56– Dennis dan Brian
57 Episode 57– Mengintropeksi Diri
58 Episode 58– Permintaan Maaf
59 Episode 59– Saat Sampai di Rumah ....
60 Episode 60– Kematian Yuka
61 Episode 61– Kematian Yuka (2)
62 Episode 62– Festival Musim Panas
63 Episode 63– Festival Musim Panas (2)
64 Episode 64– Festival Musim Panas (3)
65 Episode 65– Festival Musim Panas (4)
66 Episode 66– Malam yang Buruk
67 Episode 67– Malam yang Buruk (2)
68 Episode 68– Malam yang Buruk (3)
69 Episode 69 – Malam yang Buruk (4)
70 Episode 70– Malam yang Buruk (5)
71 Episode 71– Malam yang Buruk (6)
72 Episode 72– Kepribadian Ganda
73 Episode 73– Ledakan
74 Episode 74– Bantuan
75 Episode 75– Awal Mula Pertemuan
76 Episode 76– A Plan
77 Episode 77– A Plan (2)
78 Episode 78– A Plan (3)
79 Episode 79– Tamu Tak Terduga
80 Episode 80 – A Plan (4)
81 Episode 81– Akihiro & Ethan
82 Episode 82– Pengejaran
83 Episode 83– Ethan & Zainal
84 Episode 84– Final Plan
85 Episode 85– Final Plan (2)
86 Episode 86– Pahlawan yang Sebenarnya
87 Episode 87– Kehidupan Setelahnya
88 Episode 88– Akhir Pencapaian
89 Anone .... ini pengumuman
90 Episode Extrak~
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Episode 1– Pulang Sekolah
2
Episode 2– Antara Ayah dan Anak
3
Episode 3– Telepon dari Kekasih
4
Episode 4– Kampung Halaman Mizuki
5
Episode 5– Rencana Liburan
6
Episode 6– Brian dan Nisa
7
Episode 7– Insiden Petang Hari
8
Episode 8– Rumah Sakit
9
Episode 9– Teman Lama
10
Episode 10– Hari Ayah
11
Episode 11– Pengganti Sosok yang Sudah Tiada
12
Episode 12– Persiapan Keberangkatan
13
Episode 13– Pembalasan Orang Lemah
14
Episode 14– Tamu Dari Luar
15
Episode 15– Pertemuan
16
Episode 16– Konflik
17
Episode 17– Konflik (2)
18
Episode 18– Siapa Orang itu?
19
Episode 19– Hutan
20
Episode 20– Hutan (2)
21
Episode 21– Hutan (3)
22
Episode 22– Zainal
23
Episode 23– Zainal (2)
24
Episode 24– Anak Lelaki Misterius
25
Episode 25– Keanehan di Pagi Hari
26
Episode 26– Pembicaraan
27
Episode 27– Gigitan Gadis Kecil
28
Episode 28– Kebosanan
29
Episode 29– Jenga
30
Episode 30– Jenga (2)
31
Episode 31– Sebuah Pertanda
32
Episode 32– pertengkaran
33
Episode 33– Dian dan Natsuki
34
Episode 34– Gejala Higanbana
35
Episode 35– Gejala Higanbana (2)
36
Episode 36– Mencari Akihiro
37
Episode 37– Main Kejar-kejaran
38
Episode 38– Kedatangan Ethan
39
Episode 39– Mizuki & Natsuki
40
Episode 40– Kecemasan Dennis
41
Episode 41– Goa Persembunyian
42
Episode 42– Laba-laba yang Tersakiti
43
Episode 43– Ikatan Persaudaraan
44
Episode 44– Tempat Isolasi
45
Episode 45– Mereka Semua Berbohong
46
Episode 46– Bermalam di Rumah Pengungsian
47
Episode 47– Permen Pertama Xio
48
Episode 48– Awal Tragedi
49
Episode 49– Sebuah Tekad
50
Episode 50– Perdebatan
51
Episode 51– Roh Orang Mati
52
Episode 52– Natsuki dan Dennis
53
Episode 53– Youkai yang Terluka
54
Episode 54– Penyerangan Misterius
55
Episode 55– Kenyataan Pahit
56
Episode 56– Dennis dan Brian
57
Episode 57– Mengintropeksi Diri
58
Episode 58– Permintaan Maaf
59
Episode 59– Saat Sampai di Rumah ....
60
Episode 60– Kematian Yuka
61
Episode 61– Kematian Yuka (2)
62
Episode 62– Festival Musim Panas
63
Episode 63– Festival Musim Panas (2)
64
Episode 64– Festival Musim Panas (3)
65
Episode 65– Festival Musim Panas (4)
66
Episode 66– Malam yang Buruk
67
Episode 67– Malam yang Buruk (2)
68
Episode 68– Malam yang Buruk (3)
69
Episode 69 – Malam yang Buruk (4)
70
Episode 70– Malam yang Buruk (5)
71
Episode 71– Malam yang Buruk (6)
72
Episode 72– Kepribadian Ganda
73
Episode 73– Ledakan
74
Episode 74– Bantuan
75
Episode 75– Awal Mula Pertemuan
76
Episode 76– A Plan
77
Episode 77– A Plan (2)
78
Episode 78– A Plan (3)
79
Episode 79– Tamu Tak Terduga
80
Episode 80 – A Plan (4)
81
Episode 81– Akihiro & Ethan
82
Episode 82– Pengejaran
83
Episode 83– Ethan & Zainal
84
Episode 84– Final Plan
85
Episode 85– Final Plan (2)
86
Episode 86– Pahlawan yang Sebenarnya
87
Episode 87– Kehidupan Setelahnya
88
Episode 88– Akhir Pencapaian
89
Anone .... ini pengumuman
90
Episode Extrak~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!