Episode 2– Antara Ayah dan Anak

*

*

*

Saat Dennis kembali masuk ke dalam rumah, ia kembali ke tempat duduknya, yaitu di sofa ruang tamu. Sebelumnya Dennis sedang menonton tv di sana. Tapi sekarang ia melihat ada Brian sedang bermain game PlayStation.

Dennis tersenyum, lalu berjalan menghampiri anak itu. Saat Dennis ingin duduk di sampingnya, tiba-tiba Brian bertanya dengan nada dingin. "Apaan, ayah?"

"Kau sudah mandi?" tanya Dennis balik.

"Udah, lah."

"Gak makan dulu?"

"Entar aja, ish!"

"Apa kamu gak la–"

"Aaaah, jangan nanya mulu, ayah! Aku gak suka dikasih banyak pertanyaan." Brian menyela. Ia sempat melirik tajam ke Dennis, tapi saat kembali melirik ke tv, ia menggerutu kesal karena ia kalah dalam bertarung di game tersebut. Langsung saja ia membanting stik PS nya ke bawah, lalu beranjak dari sofa.

"Ah, ini gara-gara ayah berisik, sih! Jadi kalah, kan!"

"Emm ... maaf, Brian." Dennis menundukkan kepala, lalu mengambil stik PS yang ada di samping kakinya. Beruntung benda itu mendarat di bantal sofa dan tidak rusak karena hantaman keras. "Kau mau main berdua sama ayah?"

"Gak! Aku udah males." Brian membuang muka, lalu tak sengaja matanya melirik jam dinding. Ia tersentak lalu bergumam, "Ah, waktu itu cepat amat." Setelah itu ia pun pergi ke kamarnya.

Setelah Brian pergi, Dennis menghembuskan napas panjang lalu bersandar di sofa itu. Ia meletakkan stik PS-nya di atas meja. Pandangannya masih menatap televisi yang memperlihatkan lingkungan dalam game.

"Hah, aku lelah kalau begini terus. Apa yang harus aku lakukan?" keluh kesah Dennis dalam batinnya. "Brian sepertinya masih membenciku. Tapi aku tidak tahu kesalahanku apa? Sepertinya aku kurang bisa dalam mendidiknya, haduh ...."

"Oh, halo, Rei. Tumben datang jam segini?"

Dennis membangkitkan kembali tubuhnya, lalu menoleh ke samping. Ia mendengar suara Cahya yang berbicara dengan seseorang dari teras rumah. "Eh, ada kak Rei datang?"

Dennis beranjak dari tempatnya untuk menyambut Rei juga di depan sana. Tapi mendadak muncul Brian yang berlari kecil ke arahnya. "Ah, minggir ayah!"

Brian sudah berganti pakaian. Ia hanya memakai kaus putih dan jaket Hoodie merah. Kelana pendek abu-abu dan di tangannya ia membawa ember plastik kecil yang bisa ia tenteng sesuka hati.

Penasaran dengan penampilan Brian, Dennis pun ikut berjalan ke pintu depan dan menemui Rei di sana.

"Kak Rei! Aku yang membawa embernya sekarang, ya?" Dengan senangnya, Brian menunjukkan barang bawaannya pada Rei. Dennis jadi ikut senang karena ia melihat wajah bahagia anaknya sekarang.

"Kalian mau memancing lagi?" tanya Cahya.

"Ya. Brian yang ngajakin." Jawab Rei.

"Aku pasti akan mendapatkan lebih banyak ikan daripada punya kak Rei, lihat saja nanti!"

"Oke, aku juga tidak akan mau kalah dari Brian."

Cahya tertawa kecil, lalu mengelus kepala anaknya. "Oh, oke oke. Untuk makan malam hari ini, kau yang membawakan menunya, ya, sayang?"

Brian mengangguk cepat, lalu menepis pelan tangan Cahya karena ia tidak suka dielus. Menurutnya elusan di kepala itu hanya untuk anak kecil. Pikirannya sudah mulai dewasa, dan ia juga paling benci kalau dibilang anak kecil lagi.

Brian mulai berlari meninggalkan rumah. "Kak Rei! Siapa yang sampai di sana lebih dulu harus memasangkan umpannya, ya?"

Rei tentu saja mengejarnya dari belakang. "Awas jangan lari-lari. Nanti jatuh, kau nangis."

"Ahaha ... tidak mungkin. Brian kan kuat dan gak cengeng."

Senyuman Dennis memudar saat Brian dan Rei pergi. Ia merasa sedih melihat Brian yang lebih bahagia di dekat Rei, daripada dirinya yang sudah menjadi ayah untuk Brian.

Dennis merasa tidak bisa menjadi ayah yang hebat untuk Brian. Yang pantas menjadi ayah untuk anak laki-laki itu adalah Rei.

Belum lama ini, keakraban Brian dengan Rei selalu membuat Dennis iri ketika melihatnya. Ia juga ingin mengajak Brian jalan-jalan. Tapi ketika di ajak, anak lelakinya itu selalu membandingkannya dengan Rei.

"Aku tidak menyangka kalau menjadi orang tua itu tidak mudah seperti memelihara anak kucing." Batin Dennis.

... ****************...

 

Brian dan Rei pergi ke hutan kota yang tak jauh dari rumah Dennis. Di sana ada sungai kecil yang terdapat banyak ikan. Tentu saja mereka bisa izin untuk memancing di sana dan banyak pemancing lainnya juga yang berkumpul. Tapi mereka berdua biasanya mencari tempat yang sepi dari orang lain agar tidak ada pesaing.

Saat sampai di tempat biasa, Brian melompat-lompat kecil, lalu memanggil Rei. "Kak Rei! Aku yang menang, loh!"

"Ya, ya ... aku yang pasang umpan sekarang." Rei meletakkan alat pancing yang ia bawa di samping, lalu mengeluarkan kotak kecil yang berisi banyak cacing di dalamnya. Langsung saja Rei memasangkan umpannya, sementara Brian melemparkan pelet ikan untuk memancing para ikan itu mendekati kawasan mereka.

"Yosh, siap." Rei selesai. Ia langsung memberikan alat pancing yang sudah diberi umpan itu pada Brian.

"Wah, keren kak Rei!" Dengan senang, Brian menerimanya. Setelah itu, Rei memasangkan umpan lainnya di pancingannya.

"Hmm ... Hari ini hanya sebentar saja, ya? Soalnya tar sore, aku ada kerja." Ujar Rei sambil berusaha menusuk tubuh cacing itu secara perlahan.

"Yah ... kurang asik kalau sebentar doang, kak Rei." Brian mengeluh, lalu melempar umpan yang telah terpasang pada kailnya sampai masuk ke dalam air sungai. Ia duduk di batu dekat sana dan menunggu.

"Iya, aku tidak bisa lama-lama. Kalau kau merasa belum puas, minta ayahmu saja untuk mancing juga."

"Hah? Ngapain ngajak ayah. Mending aku main game di rumah kalau kak Rei gak bisa temenin aku mancing."

"Memangnya ada apa dengan ayahmu?" tanya Rei. Tak lama ia selesai dengan pancingannya, dan mulai memancing seperti Brian. Sekarang saatnya mereka mengobrol sambil menunggu ikan menggigit umpan.

"Kan terakhir kita ajak dia, dia masa gak bisa masang umpan, sih? Haduh ... payah banget." Jawab Brian. Ia bahkan kembali mengingat kelakuan ayahnya kemarin yang selalu memutuskan tubuh cacingnya sebelum ditancapkan ke kail pancing.

"Lalu ... kemarin pas pulangnya, mendengar suara anjing menggonggong saja dia langsung ketakutan. Dasar penakut." Kemarin setelah selesai memancing bersama, Dennis dan Brian melewati sebuah gang yang di mana salah satu rumah di sana ada yang memelihara seekor anjing.

Saat hewan itu menggonggong, Dennis terkejut dan nyaris berlari. Tapi ia ingat dengan Brian yang ada di dekatnya, dan langsung mengajaknya untuk cepat-cepat jalannya. Di situ Brian benar-benar merasa hari kemarin adalah hari terburuk untuknya.

"Apanya yang harus ditakutkan, coba? Anjing doang. Dih!" Brian melanjutkan. "Trus sikapnya masih kayak anak kecil." Brian sering melihat beberapa orang yang suka mengelus kepala Dennis dan lelaki itu selalu menyukainya.

Rei sudah kenal dengan Dennis sejak lama. Ia juga tahu apa kelemahan dan ketakutan Dennis. Jadi kalau soal Dennis takut dengan anjing itu hal biasa untuknya. "Brian, ayahmu memang takut sama anjing karena traumanya. Jadi maklum aja. Tapi ayahmu itu pemberani, loh!"

"Hah? Pemberani dari mananya? Sama ibuku saja takut. Huh, benar-benar payah. Dia terlalu lembut orangnya."

"Ya ... tapi kan mau bagaimana pun juga, dia tetap ayahmu. Kau harus menghormati dan menyayanginya. Dia pasti juga sayang padamu." Rei menasihati. Lalu mendadak tongkat pancingnya bergerak. Tanda kalau sudah ada ikan yang memakan umpan.

 

Rei langsung bersiap. Ia mendiamkannya beberapa detik, lalu menarik pancingannya secara perlahan. Saat kail dengan ikan itu sudah dekat dengan daratan, Rei langsung menariknya dan memasukkan ikan itu ke dalam jaring yang sudah Brian siapkan.

Brian sangat senang Rei bisa mendapatkan ikan yang lumayan besar. Sampai dengan sengaja ia bergumam dalam hati, "Andai saja ayahku adalah kak Rei. Pasti bakalan seru."

...****************...

 

"Maaf, ya, tidak bisa menemanimu lebih lama lagi."

 "Tidak apa kak Rei!" Brian menggeleng pelan, lalu menunjukkan ember yang penuh dengan  ikan hasil tangkapan mereka. "Dua jam ini saja kita bisa dapat lumayan buat makan malam. Kalau aku sama ayah, gak bakal bisa dapat sebanyak ini."

"Eh? Kau membawa pancinganku?" tanya Rei sambil melihat-lihat sekelilingnya. Di tangan, ia hanya memegang satu pancingan. Saat memerhatikan Brian, ternyata Brian hanya memegang ember itu saja. "Ah, sepertinya pancingan kita ketinggalan satu di tempat tadi."

 "Oke kalau gitu aku yang ambil ke–"

 "Jangan, Brian. Kita bersama-sama saja. Ayo!" Rei mengajak tapi Brian menggeleng pelan. Ia tidak mau ikut dengan Rei dan memutuskan untuk tetap tinggal di tempat itu saja sambil menunggu. "Tidak. Aku menunggu di sini saja."

"Oh, oke. Berhati-hatilah! Aku akan segera kembali." Rei pun pergi kembali ke hutan kota. Untung jalannya tidak terlalu jauh, jadi Rei tidak akan lama.

Sementara itu, Brian masih menunggu di pinggir jalan yang sepi. Tapi masih terdapat rumah penduduk di sana. Hanya saja, jarang ada pejalan kaki atau kendaraan apapun yang lewat.

Sampai tak lama setelah Rei pergi, sebuah mobil Van hitam tiba-tiba berhenti di depan Brian. Brian yang heran, tapi merasa curiga pun memerhatikan mobil itu dengan hati-hati. Tapi tidak ada gunanya juga dia berdiam diri di sana. Anak laki-laki itu ingin meninggalkan tempatnya dan menyusul Rei saja.

Namun saat baru tiga langkah ke depan, tiba-tiba pintu mobil itu terbuka dan dua orang dewasa keluar dari dalam sana lalu menangkap kedua tangan Brian dan menjatuhkan ember yang ia pegang. Ikannya pun berantakan di atas aspal.

Anak laki-laki itu sudah sering berkelahi, jadi ia bisa sedikit melawan. Tapi karena lawannya lebih besar, ia memutuskan untuk melarikan diri saja setelah terbebas dari kedua orang dewasa tersebut.

Brian mencoba untuk terus memberontak sampai mereka mau melepaskannya. Tak lupa ia juga berteriak meminta tolong dan kakinya terus menahan tubuhnya agar tidak dapat ditarik masuk ke dalam mobil.

Karena teriakan dan tubuhnya yang tidak bisa diam, salah satu dari orang dewasa itu langsung membekap mulut Brian dengan kain dan seketika lelaki itu langsung tak sadarkan diri. Tubuhnya lumpuh seketika. Tapi sebelum menutup mata, ia sempat melihat bayangan seseorang yang menghampirinya dengan cepat, namun tak jelas.

*

*

*

To be continued–

Terpopuler

Comments

Emmy Ndoen

Emmy Ndoen

aduh... anak 9 tahun ko bisa ya... g ada hormatnya sama orang tua....

2021-07-28

0

IZHUKAA``^-^

IZHUKAA``^-^

si Brian nya g da akhlak njr samai u nya sndr

2021-07-18

0

WillStanis S

WillStanis S

novelnya menarik dan tidak ketebak

2021-05-05

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1– Pulang Sekolah
2 Episode 2– Antara Ayah dan Anak
3 Episode 3– Telepon dari Kekasih
4 Episode 4– Kampung Halaman Mizuki
5 Episode 5– Rencana Liburan
6 Episode 6– Brian dan Nisa
7 Episode 7– Insiden Petang Hari
8 Episode 8– Rumah Sakit
9 Episode 9– Teman Lama
10 Episode 10– Hari Ayah
11 Episode 11– Pengganti Sosok yang Sudah Tiada
12 Episode 12– Persiapan Keberangkatan
13 Episode 13– Pembalasan Orang Lemah
14 Episode 14– Tamu Dari Luar
15 Episode 15– Pertemuan
16 Episode 16– Konflik
17 Episode 17– Konflik (2)
18 Episode 18– Siapa Orang itu?
19 Episode 19– Hutan
20 Episode 20– Hutan (2)
21 Episode 21– Hutan (3)
22 Episode 22– Zainal
23 Episode 23– Zainal (2)
24 Episode 24– Anak Lelaki Misterius
25 Episode 25– Keanehan di Pagi Hari
26 Episode 26– Pembicaraan
27 Episode 27– Gigitan Gadis Kecil
28 Episode 28– Kebosanan
29 Episode 29– Jenga
30 Episode 30– Jenga (2)
31 Episode 31– Sebuah Pertanda
32 Episode 32– pertengkaran
33 Episode 33– Dian dan Natsuki
34 Episode 34– Gejala Higanbana
35 Episode 35– Gejala Higanbana (2)
36 Episode 36– Mencari Akihiro
37 Episode 37– Main Kejar-kejaran
38 Episode 38– Kedatangan Ethan
39 Episode 39– Mizuki & Natsuki
40 Episode 40– Kecemasan Dennis
41 Episode 41– Goa Persembunyian
42 Episode 42– Laba-laba yang Tersakiti
43 Episode 43– Ikatan Persaudaraan
44 Episode 44– Tempat Isolasi
45 Episode 45– Mereka Semua Berbohong
46 Episode 46– Bermalam di Rumah Pengungsian
47 Episode 47– Permen Pertama Xio
48 Episode 48– Awal Tragedi
49 Episode 49– Sebuah Tekad
50 Episode 50– Perdebatan
51 Episode 51– Roh Orang Mati
52 Episode 52– Natsuki dan Dennis
53 Episode 53– Youkai yang Terluka
54 Episode 54– Penyerangan Misterius
55 Episode 55– Kenyataan Pahit
56 Episode 56– Dennis dan Brian
57 Episode 57– Mengintropeksi Diri
58 Episode 58– Permintaan Maaf
59 Episode 59– Saat Sampai di Rumah ....
60 Episode 60– Kematian Yuka
61 Episode 61– Kematian Yuka (2)
62 Episode 62– Festival Musim Panas
63 Episode 63– Festival Musim Panas (2)
64 Episode 64– Festival Musim Panas (3)
65 Episode 65– Festival Musim Panas (4)
66 Episode 66– Malam yang Buruk
67 Episode 67– Malam yang Buruk (2)
68 Episode 68– Malam yang Buruk (3)
69 Episode 69 – Malam yang Buruk (4)
70 Episode 70– Malam yang Buruk (5)
71 Episode 71– Malam yang Buruk (6)
72 Episode 72– Kepribadian Ganda
73 Episode 73– Ledakan
74 Episode 74– Bantuan
75 Episode 75– Awal Mula Pertemuan
76 Episode 76– A Plan
77 Episode 77– A Plan (2)
78 Episode 78– A Plan (3)
79 Episode 79– Tamu Tak Terduga
80 Episode 80 – A Plan (4)
81 Episode 81– Akihiro & Ethan
82 Episode 82– Pengejaran
83 Episode 83– Ethan & Zainal
84 Episode 84– Final Plan
85 Episode 85– Final Plan (2)
86 Episode 86– Pahlawan yang Sebenarnya
87 Episode 87– Kehidupan Setelahnya
88 Episode 88– Akhir Pencapaian
89 Anone .... ini pengumuman
90 Episode Extrak~
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Episode 1– Pulang Sekolah
2
Episode 2– Antara Ayah dan Anak
3
Episode 3– Telepon dari Kekasih
4
Episode 4– Kampung Halaman Mizuki
5
Episode 5– Rencana Liburan
6
Episode 6– Brian dan Nisa
7
Episode 7– Insiden Petang Hari
8
Episode 8– Rumah Sakit
9
Episode 9– Teman Lama
10
Episode 10– Hari Ayah
11
Episode 11– Pengganti Sosok yang Sudah Tiada
12
Episode 12– Persiapan Keberangkatan
13
Episode 13– Pembalasan Orang Lemah
14
Episode 14– Tamu Dari Luar
15
Episode 15– Pertemuan
16
Episode 16– Konflik
17
Episode 17– Konflik (2)
18
Episode 18– Siapa Orang itu?
19
Episode 19– Hutan
20
Episode 20– Hutan (2)
21
Episode 21– Hutan (3)
22
Episode 22– Zainal
23
Episode 23– Zainal (2)
24
Episode 24– Anak Lelaki Misterius
25
Episode 25– Keanehan di Pagi Hari
26
Episode 26– Pembicaraan
27
Episode 27– Gigitan Gadis Kecil
28
Episode 28– Kebosanan
29
Episode 29– Jenga
30
Episode 30– Jenga (2)
31
Episode 31– Sebuah Pertanda
32
Episode 32– pertengkaran
33
Episode 33– Dian dan Natsuki
34
Episode 34– Gejala Higanbana
35
Episode 35– Gejala Higanbana (2)
36
Episode 36– Mencari Akihiro
37
Episode 37– Main Kejar-kejaran
38
Episode 38– Kedatangan Ethan
39
Episode 39– Mizuki & Natsuki
40
Episode 40– Kecemasan Dennis
41
Episode 41– Goa Persembunyian
42
Episode 42– Laba-laba yang Tersakiti
43
Episode 43– Ikatan Persaudaraan
44
Episode 44– Tempat Isolasi
45
Episode 45– Mereka Semua Berbohong
46
Episode 46– Bermalam di Rumah Pengungsian
47
Episode 47– Permen Pertama Xio
48
Episode 48– Awal Tragedi
49
Episode 49– Sebuah Tekad
50
Episode 50– Perdebatan
51
Episode 51– Roh Orang Mati
52
Episode 52– Natsuki dan Dennis
53
Episode 53– Youkai yang Terluka
54
Episode 54– Penyerangan Misterius
55
Episode 55– Kenyataan Pahit
56
Episode 56– Dennis dan Brian
57
Episode 57– Mengintropeksi Diri
58
Episode 58– Permintaan Maaf
59
Episode 59– Saat Sampai di Rumah ....
60
Episode 60– Kematian Yuka
61
Episode 61– Kematian Yuka (2)
62
Episode 62– Festival Musim Panas
63
Episode 63– Festival Musim Panas (2)
64
Episode 64– Festival Musim Panas (3)
65
Episode 65– Festival Musim Panas (4)
66
Episode 66– Malam yang Buruk
67
Episode 67– Malam yang Buruk (2)
68
Episode 68– Malam yang Buruk (3)
69
Episode 69 – Malam yang Buruk (4)
70
Episode 70– Malam yang Buruk (5)
71
Episode 71– Malam yang Buruk (6)
72
Episode 72– Kepribadian Ganda
73
Episode 73– Ledakan
74
Episode 74– Bantuan
75
Episode 75– Awal Mula Pertemuan
76
Episode 76– A Plan
77
Episode 77– A Plan (2)
78
Episode 78– A Plan (3)
79
Episode 79– Tamu Tak Terduga
80
Episode 80 – A Plan (4)
81
Episode 81– Akihiro & Ethan
82
Episode 82– Pengejaran
83
Episode 83– Ethan & Zainal
84
Episode 84– Final Plan
85
Episode 85– Final Plan (2)
86
Episode 86– Pahlawan yang Sebenarnya
87
Episode 87– Kehidupan Setelahnya
88
Episode 88– Akhir Pencapaian
89
Anone .... ini pengumuman
90
Episode Extrak~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!